1.8

605 74 21
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Sudah sekitar dua minggu sejak pertemuan Zion dengan seorang dokter muda bernama Tristan. Tak jarang dia bertemu dengan Tristan setiap sorenya di taman yang biasa Zion kunjungi ketika bosan.

Sekarang, remaja April itu berdiam di kamarnya sambil menatap kalender di dinding dengan senyum kecilnya. Sekarang baru tanggal 16 April, hari Minggu, tepat beberapa angka setelahnya terdapat sebuah angka yang terdapat banyak coretan dan beberapa tempelan stiker buatan Terry.

Angka 23.

Angka dimana dia harus kembali mengukir senyum manis, bersyukur karena Bundanya sudah berjuang melahirkannya hingga bisa menyentuh bumi ini.

Tok
Tok

"Yuhuu, udah tidur atau lagi belajar? Eh, tapi ga mungkin jam 9 kurang begini dia masih belajar? Abang boleh masuk gak, Zi?" Panggil Terry dari luar membuyarkan lamunan Zion.

"Masuk aja, bang. Gak dikunci" sahut Zion.

Pintu kayu itu terbuka, menampilkan sosok Terry dengan segelas susu ditangannya. "Nih, Abang bawain susu. Diminum ya, mumpung masih anget" ujar Terry sambil menyodorkan segelas susu hangat kepada Zion.

"Hm.. makasi, bang" jawab Zion sambil tersenyum lalu meminum susunya.

Terry tersenyum sambil mengusap-usap kepala Zion. Tangannya kembali menerima gelas kosong itu dari Zion. "Besok sekolah mau berangkat bareng?"

"Emang Abang gak sibuk ngurus gallery ?" Tanya Zion.

Terry menggeleng, "Udah beres semua kok. Pamerannya 'kan Minggu depan, 3 hari ini banyak jadwal kosong buat istirahat. Kasian kalo kepadatan jadwal buat partner yang lain. Takut gak bisa istirahat buat pameran Minggu depan" jelas Terry sambil tersenyum kecil.

Minggu depan ya? Itu artinya pameran di lakukan tepat di hari ulangtahunnya nanti. Ah.. omong-omong, ada yang ingat tidak ya?

"Hei? Kok bengong? Abang nanya lho tadi. Mau bareng gak? Biar sekalian. 'Kan gallery Abang sama sekolah kamu satu arah" ujar Terry membuyarkan lamunan Zion.

Zion tersenyum canggung, lalu mengangguk. "Sekalian aja. Motornya masuk bengkel lagi, kalo pake mobil males, macet" jawabnya.

Terry mengernyit heran, "motornya masuk bengkel lagi? Kenapa?" Tanyanya.

"Hehe.. tabrakan kecil lagi:)" jawab Zion sambil menyengir menampilkan deretan gigi rapinya.

"Astaghfirullah.. lain kali tuh hati-hati. Yaudah, tidur sana. Udah jam 9 ini, besok jangan bangun kesiangan" titah Terry sambil mengacak rambut Zion.

"Iyaaa, abangku sayanggg" jawab Zion sambil tersenyum lebar lalu mendorong tubuh Terry agar keluar kamarnya. Terry hanya tersenyum pasrah ketika dirinya didorong-dorong Zion agar keluar kamar.

[-] The Zion's DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang