FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA & JANGAN LUPA VOTE SAMA KOMEN YA-!!!
Ini kisah tentang Angkasa dan Zea
~Kisah yang akan selalu dikenang, hari ini, esok, dan selamanya~
"Bintang sama bulan itu ibaratkan lo sama bunda di kehidupan gue, segelap apapun nant...
Hay guys, jangan lupa vote sama komen ya biar Tata semangat upnya☺️♥️
Jangan lupa follow akun WP aku✨
....
~SPAM 🐢 AYOK!!
CHAPTER 07: WELCOME TO PESANTREN
_A N G K A S A_ . . . . .
🐢🐢🐢
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🐢🐢🐢
Di pagi hari yang cerah ini, Angkasa sudah bersiap-siap, dia hanya memakai baju biasa yang di tutupi oleh jaket kulit yang berwarna navy. Angkasa sudah siap untuk pergi ke Pesantren.
"Sayang, sini sarapan dulu!" perintah Bu Lia yang sedang menyiapkan makanan pagi dengan Bi Inem.
"Iya, Bun." Angkasa meletakkan kopernya di dekat meja ruangan tengah, Angkasa juga meletakkan handphone miliknya di atas meja.
"Pah... Sarapan dulu!" teriak Bu Lia. Lalu pak Arga datang, dia duduk di kursi meja makan.
Pak Arga, Angkasa, dan Bu Lia makan pagi bersama. Di tengah-tengah mereka sedang makan Pak Arga selalu memecahkan keheningan di antara mereka bertiga.
"Awas... Nanti kamu di Pesantren jangan nakal, apalagi kalo kamu sampe berantem di sana!" tegas Pak Arga dengan penuh penekanan.
"Iya." respons Angkasa singkat.
"Papah titipin kamu sama Ustadz Daud, dia adalah pemilik Pesantren As-Salam, dia juga teman dekat Papah, jadi Papah titipin kamu sama Ustadz Daud supaya kamu gak nakal terus!" Pak Arga menatap Angkasa dengan wajah pak Arga yang serius.
"Asa bukan anak TK Pah, pake di titip-titipin segala," jawab Angkasa malas.
"Kamu emang bukan Anak TK, tapi sikap kamu emang seperti anak TK berantem terus. Kamu emang gak bisa menyelesaikan masalah secara baik-baik, kerjaannya berantem terus. Coba kalo kamu seperti Abang kamu!" tegas Pak Arga yang membuat Angkasa terdiam dari aktivitas makannya.
Sudahlah, Angkasa tidak suka papahnya terus membanding-bandingkan dia dengan Langit, sungguh Angkasa merasa malas jika papahnya sudah mengucapkan kalimat itu.
"Udah, Pah." Bu Lia mencegah Pak Arga agar tidak meneruskan ucapannya lagi, karna Bu Lia tau Angkasa tidak suka di banding-bandingkan dengan langit.
Setelah mereka makan bersama, Angkasa mengambil hp-nya yang ada di atas meja.
"Asa, kamu gak boleh bawa Hp!" cegah Pak Arga dengan tegas.
"Tapi Pa—" belum selesai Angkasa berbicara, dengan cepat Pak Arga memotongnya.