ANGKASA 25

731 31 1
                                    

Hy, jangan lupa tinggalin jejak ya
Vote sama komen oke?

Follow author juga ya!❤️

FOLLOW IG:
@snta_rsta.wp
.
.
.

~AYOK SPAM 🐢
.
.

_A N G K A S A_
.
.
.
.

🐢🐢🐢

🐢🐢🐢

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🐢🐢🐢

Angkasa pulang kerumahnya setelah ia mengantarkan Zea pulang. Hingga sampai di depan rumahnya Angkasa melihat ada mobil yang tak asing terparkir di garasi rumahnya.

Empat mobil terparkir di garasi rumahnya, dua mobil berwarna putih besar itu milik pak Arga dan bu Lia, mobil sport hitam milik Angkasa, dan mobil yang tak asing itu berwarna hitam.

Angkasa mematikan mesin motornya, lalu ia parkirkan di depan rumahnya. Angkasa berjalan, ia membuka pintu rumahnya. Terdengar dari ruangan tamu orang yang sedang berbincang-bincang.

Orang yang pertama kali ia lihat adalah bundanya, Angkasa tersenyum sambil mencium punggung tangan bu Lia.

"Satu tangkai bunga mawar untuk wanita paling hebat di dunia ini," Angkasa memberikan bunga mawar kepada bu Lia.

Dengan senang hati bu Lia menerimanya, lalu bu Lia memeluk Angkasa dengan penuh kasih sayang.

"Makasih sayang," bu Lia tersenyum, Angkasa membalasnya dengan anggukan kepalanya.

"Yuk masuk, abang kamu udah pulang." Kata bu Lia sambil menarik tangan Angkasa untuk mengikutinya.

"Bang langit?" Batin Angkasa.

Setelah sampai di ruangan tamu, ternyata benar ada Langit bersama pak Arga yang sedang terduduk di sofa sambil berbincang-bincang.

Angkasa tersenyum hambar menatap keduanya, bahkan Angkasa belum pernah sedekat itu dengan papahnya sendiri, namun Langit dengan pak Arga terlihat sangat dekat sekali.

"Angkasa, gimana kabar kamu?" Langit memeluk Angkasa.

"Baik bang, lo sendiri gimana?" Angkasa membalas pelukan Langit.

Langit Argantara Pradiga, laki-laki berumur 25 tahun itu adalah anak pertama dari pak Arga dan bu Lia. Di umurnya yang masih terbilang muda, ia sudah menjadi seorang dokter spesialis kulit yang sukses, bahkan di umurnya yang masih terbilang muda itu ia sudah di berikan kepercayaan untuk menangani pasien-pasien di luar kota ataupun yang di pelosok Indonesia.

"Abang juga baik," jawab Langit sambil melepaskan pelukannya.

"Gue ke atas dulu bang, cape mau istirahat." Pamit Angkasa sambil tersenyum terpaksa, ia pun pergi meninggalkan mereka.

Angkasa Zeavarra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang