22 - Pertanda

180 25 36
                                    

Bae Suzy

The image of you in my memory
Is the one in front of me right now
It's already been overshadowed by it's face

(Suzy - My Dear Love)

---

"Oppa! Oppa! bangun!"

Aku langsung terduduk dan panik begitu melihat Seung Gi yang ternyata masih tidur di sampingku. Segera aja, aku menggoyangkan tubuhnya, berusaha membangunkannya sekalipun mataku masih terasa berat. Pria itu bergeming, hanya menjawab dengan deheman singkat setelah aku berulang kali memanggilnya.

"Oppa, apa yang kau lakukan? Cepat bangun!" ucapku panik tetapi dengan nada setengah berbisik agar tak terdengar oleh siapapun.

"Lima menit," jawabnya dengan suara serak. Aku menabok lengannya agar pria itu lekas bangun.

"Aigoo, kau ini! Orang tuaku pasti sudah bangun, bagaimana kalau mereka melihatmu keluar dari kamarku? Mereka akan makin marah kepada kita!" ucapku masih panik.

Setelah sore kemarin terus-menerus menangis, malamnya aku tertidur sangat lelap, hingga tak terbangun sama sekali sepanjang malam. Aku kelelahan. Aku hanya ingat kalau aku menjadikan paha Seung Gi sebagai bantal, masih dengan sisa-sisa tangisku sebelum akhirnya jatuh tertidur. Entah pria itu sempat pindah kamar atau tetap di kamar ini, aku tidak tahu.

"Yiaa, Lee Seung Gi! cepat bangun! Jangan membuat masalah semakin runyam!" ucapku sambil menggoyangkan tubuhnya lagi.

Tanpa kuduga, ia malah menarikku untuk turut merebahkan diri di ranjang dan memelukku erat. Aku berusaha melepaskan dekapannya, tapi, aku telah terkunci. Semakin aku berontak, Seung Gi malah semakin mengeratkan pelukannya.

"Kau gila? Apa yang kau lakukan? Cepat bangun dan menyelinap keluar! Kamar kakakku ada di sebelah kamar ini, cepat pergilah ke sana," ucapku.

"Kenapa aku harus melakukannya?" tanyanya. Suaranya berat dan serak khas orang bangun tidur. Aku berdecak kecil dan memukul dadanya pelan.

"Bagaimana kalau ayah dan ibuku tahu kita tidur sekamar?" ucapku.

"Tenang saja. Ibumu yang menyuruhku tidur di sini," jawabnya.

"Apa? Kau tidak sedang mengigau kan?" protesku. "Jangan bercanda, cepat bangun!"

"Aku tidak bercanda, Sayang," ucapnya sembari melonggarkan dekapannya. Dengan mata yang masih mengerjap menahan kantuk, ia berusaha untuk menatapku. Seulas senyum tipis terbingkai di wajah bantalnya. "Semuanya sudah beres semalam. Tidak ada yang perlu kau khawatirkan sekarang. Aku tidak tahu apa yang ayahmu katakan pada ibumu sampai akhirnya semalam ia mau bicara denganku dan menerima hubungan kita."

Aku tertegun. Pria itu kembali memejamkan kedua kelopak matanya. Benarkah ini? Benarkah semuanya sudah selesai? Tunggu, berarti mereka bertiga bicara tanpa ada aku? Jangan-jangan Seung Gi hanya bermimpi. Ibuku sedikit sulit untuk diatasi, apalagi kalau sudah marah seperti kemarin. Semudah itukah ibuku luluh pada Seung Gi?

"Kau tidak sedang membohongiku kan?" tanyaku lagi. Pria itu kembali membuka matanya dan menatapku.

"Untuk apa aku berbohong? Semalam aku bicara dengan kedua orang tuamu. Ah tidak, lebih tepatnya mereka yang mengajakku bicara," ucap Seung Gi. Aku mengerutkan dahiku.

"Kalian berdiskusi tanpa mengajakku? Yaa, kenapa kau tak membangunkanku?" protesku pada Seung Gi.

"Kau pikir aku tega membangunkanmu? Kau tidur sangat lelap, aku tak mau mengganggu istirahatmu," balas Seung Gi. "Lagi pula, orang tuamu memang ingin bicara denganku saja, jadi kubiarkan kau tetap tidur."

CANDALA (Lee Seung Gi x Bae Suzy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang