Hai, selamat datang di bagian kedua. Selamat menikmati dan semoga ikut merasakan suasana cerita ini. Saya enggak akan bosan, bilang terima kasih sama kalian yang sudah mampir. Terima kasih banyak.
Salam hangat,
KIg : @ur1997_
<<<--->>>
Tidak ada pertemuan yang kebetulan, semua itu sudah digariskan.
<<<--->>>
Azura menunggu Ajil yang tengah bermain basket di lapangan. Gadis itu kini tengah duduk menyelonjorkan kakinya. Beberapa murid tengah piket di dalam kelas.
"Azura, ya? Anak baru kan?" tanya seorang murid laki laki dengan sopan. Ia tahu jika murid laki laki itu satu kelas dengannya. Namun ia lupa namanya siapa.
"Iya, lo udah selesai piket?" tanyanya balik.
Murid laki laki itu mengangguk.
"Nunggu siapa, Ra?" tanyanya lebih lanjut.
"Tuh, adek gue. Masih latian basket katanya. Lo...Juna kan?"
"Juan, Ra."
Azura menepuk jidatnya.
"Sorry sorry, gue lupa."
Juan menggeleng, "Engga papa. Kan baru ketemu. Santai aja."
Sejenak ia berpikir, Juan pasti tahu sesuatu tentang laki laki bernama Jeffrey itu. Ia yakin. Karena tidak mungkin jika Juan tidak tahu, mengingat Juan adalah ketua kelas. Jadi ia pasti tahu segalanya.
"Um, Juan, gue boleh nanya nanya gak?" tanya Azura gugup.
Juan mengangguk mengiyakan.
"Lo kenal Jeffrey?" Azura tak ingin banyak basa basi. Karena ia sudah semakin penasaran, apalagi mendengar jawaban Alex, ia semakin ingin tahu tentang laki laki itu.
Terlihat jelas dari aura muka Juan yang sedikit berubah. Laki laki itu sedikit terkejut. Keningnya berkerut, dan kedua alisnya naik.
"S-siapa?" Juan ragu dengan apa yang di dengarnya barusan.
"Jeffrey. Jeffrey Aldebaran. Kenal enggak?" tanya Azura lagi.
"Kenal, tapi enggak tau dia kenal juga sama gue apa enggak." Ucap laki laki itu.
"Dia... udah meninggal?"
"Hah?"
Berbeda dari ekspektasi Azura, sebelumnya, seperti apa yang dikatakan Alex bahwa Jeffrey yang ia maksud katanya telah meninggal.
"Meninggal? Kata siapa?" tanya Juan lebih lanjut.
"Eh? Enggak ya? Sorry sorry, gue gak tau. Jadi, dia kemana? Dia yang duduk sama gue bukan?" tanya Azura sambil mengalihkan topik.
Aish! Alex benar benar tidak punya hati. Bagaimana bisa dia meng-klaim. seseorang sudah meninggal, padahal tidak.
"Iya, dia yang duduk sama lo. Di pojok. Dia gak masuk hari ini. Besok paling masuk, besok lo bisa ketemu sendiri." Kata Juan. Laki laki itu lantas bangun dari duduknya.
"Ra, gue balik duluan ya. Kalo mau tanya apa apa, tanya aja. Jangan sungkan. Lo juga bisa tanya ke anak anak yang lain. Oh ya, besok ada tugas kelompok, jadi ntar malem, gue kirimin lo anggota kelompoknya ya."
Azura mengangguk sembari tersenyum. Juan orang yang baik.
"Iya, thanks ya. Nanti kalo gue bingung, gue tanya sama lo."

KAMU SEDANG MEMBACA
Kepulangan
Fiksi RemajaLaki-laki bisu yang seringkali menjadi lampiasan semesta atas semua ketidakadilan. Satu satunya kebahagiaan yang ia miliki adalah memori bersama ibunya. Kasih sayang dari ayahnya bahkan terbatas hanya sampai ibunya tiada. Dinding kebencian dari adik...