5. Ingin

1.1K 197 29
                                    


<<<--->>>

Yang mau sama kamu, mungkin lebih dari seribu, tapi yang mau sama saya, cuma kamu.

<<<--->>>

Tapi kenapa harus pake surat segala? Bukankah ia bisa bicara langsung atau mungkin berbisik jika tak ingin ketahuan guru. Ah, ia sulit di pahami.

Azura lantas menulis di balik kertas sebagai jawaban.

Kenapa gak ngomong langsung? takut ketauan ya?

Laki-laki itu lantas menatap ke arahnya. Menatap kedua netranya lekat. Tatapan yang tak dapat Azura artikan. Seperti sendu, namun ia tak mengerti apa maksudnya.

Lantas beberapa detik setelahnya, Jeffrey mengangguk pelan sambil tersenyum kecil.

Kamu cantik.

Azura sedikit terkejut dengan tulisan yang baru saja di tulis laki laki itu. Ah, buaya. Ia tak membalasnya kembali. Hanya mengulas senyum kecil di bibirnya.

Jangan salah paham, saya cuma melontarkan apa yang saya lihat. Saya cuma berusaha menghargai ciptaan Tuhan seindah kamu.

Pulpen dan jemarinya kembali bergerak menulis sesuatu. Senyuman kembali terlukis di bibir Azura. Secara tak langsung, juga membuat laki-laki itu senang.

Saya enggak nyangka, ternyata kita temen sebangku. Setelah enggak sengaja ketemu di gramedia dan pertigaan angkringan, saya akan lebih sering ketemu kamu setiap hari. Ngomong-ngomong, kamu mau duduk sama saya? Kenapa? Boleh tau alasannya?

Azura tak mengerti. Haruskah ada alasannya untuk hanya sekedar menjadi teman sebangkunya?

Enggak ada alesannya, sih. Gue anak baru, waktu itu lo gak masuk. Di bangku sini, ada dua yang kosong. Mungkin cuma kebetulan aja gue bisa duduk di sini.

Balas Azura sambil menyodorkan kertas yang awalnya masih banyak tempat kosong, kini sudah mulai penuh terisi tulisan tulisan.

Azura, bunda saya selalu bilang, tidak ada yang namanya kebetulan. Semua itu sudah di gariskan. Saya bisa kenal kamu, itu sudah digariskan semesta. Enggak sengaja, itu memang ada. Tapi tidak dengan kebetulan. Pertemuan kita sebelumnya, yang kita kira hanya kebetulan, sampai kamu duduk di sini, menjadi teman sebangku saya, itu juga bukan kebetulan. Itu sudah digariskan.

Azura membaca setiap kata yang tertulis di sana.

Jadi, gue ketemu sama lo itu takdir?

Bisa dibilang begitu.

<<<--->>>

Azura berjalan cepat menyusuri koridor sekolah. Perutnya benar benar sudah kosong. Rasa lapar mulai berkecamuk. Ia bahkan sudah membayangkan betapa lezatnya mie ayam bu kantin.

"Azura!!!" seseorang memanggilnya dari belakang. Membuat gadis itu menghentikan langkahnya, dan menoleh ke sumber suara.

Alex.

Remaja laki-laki itu berlari kecil ke arahnya.

"Mau kemana?" tanyanya saat sampai di hadapan gadis itu.

KepulanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang