13. Hancur

995 149 19
                                    


<<<--->>>

Setelah punggung cantik menghilang
예쁜 뒷모습이 사라지고 나서

Saat aku berbalik, aku sudah merindukanmu

돌아서는 그 순간 벌써 네가 그리워

-WalkYouHome.NctDream

<<<--->>>








Ayah termenung di kamarnya. Gelap dan pekat. Seolah tak ada tanda kehidupan di sana. Nyawa ayah memang masih ada di sini, namun jiwanya seolah sudah ikut pergi bersamaan dengan pemakaman bunda tadi pagi. Bersamaan dengan pengantaran bunda ke peristirahatan yang terakhir. Bersamaan pula dengan diletakkannya jasad bunda ke liang lahat.

Bunda pernah bilang, "anak anak kita lengkap ya, mas. Mereka sama-sama punya kelebihan yang sama. Adek yang rapuh, namun ada abang yang bantu adek kuat. Abang yang penakut, namun ada adek yang selalu menjadi perisai."

Meskipun nyatanya, di luar sana tidak sedikit orang yang menggunjing keluarga ini, karena memiliki dua putra yang berbeda fisik. Nathan yang tampan, pintar, dan nyaris sempurna, selalu saja dibandingkan dengan Jeffrey yang bisu, dan penuh ketergantungan. Padahal mereka hanya melihat dari luarnya saja. Mereka tidak tahu, bagaimana perbedaan yang mereka pikir adalah kekurangan, menjadi sebuah keistimewaan dalam keluarga bunda. Bunda tidak pernah malu, bunda tahu betul, Jeffrey, putranya yang selalu mendapat gunjingan tak enak dari tetangga-tetangganya, menyimpan banyak kelebihan. Misal, hatinya.

Namun hal itu berubah drastis semenjak bunda meninggal, dan Jeffrey menjadi satu-satunya orang yang disalahkan atas hal itu.

"Harusnya abang enggak maksa waktu itu. Harusnya abang dengerin ayah. Bunda lagi gak enak badan. Liat sekarang? Bunda udah enggak sama kita lagi. Bunda udah di ambil Tuhan. Maaf, kalo ayah harus bilang kaya gini, tapi ini semua gara-gara abang! Ayah enggak mau benci sama anak ayah sendiri, nak. Ayah mau kalo disuruh menutup mata. Tapi ayah gak bisa! Fakta kalo bunda meninggal karena abang yang maksa ke pasar malam, bikin ayah kaya orang gila! Ayah gak bisa ngelupain fakta itu gitu aja! Ayah benci sama abang!"

Malam itu, Jeffrey menangis dalam diam. Hatinya benar-benar tersayat saat mendengar semua kalimat yang ayahnya lontarkan padanya. Ia sungguh tidak ingin hal buruk ini terjadi. Namun ia bisa apa, semesta tahu ini bukan salahnya, hanya saja manusia yang kurang memahami hakikat takdir Tuhan.

"Adek benci sama abang! Abang udah bikin bunda ninggalin semua oyang! Adek enggak mau ketemu abang! Abang peygi aja sana! AAAAAAAA!!!"

Bahkan Nathan pun juga sama. Ia menganggap, Jeffrey adalah penyebab bunda meninggal.

Laki-laki kecil yang dulunya merasa bahagia karena kebahagiaan adiknya, kini harus menerima fakta bahwa sakit terbesar adiknya, datangnya dari dia. Dari abang.

"Maaf... Abang juga enggak mau bunda pergi. Abang juga masih mau sama bunda. Tuhan, bundanya abang balikin ya. Abang mau bunda. Abang enggak mau sendirian. Ayah udah enggak mau ngeliat abang. Adek juga enggak mau kenal sama abang. Tolong balikin bundanya abang ya. Abang mau bunda, cuma mau bunda."

Hari-hari setelahnya, waktu yang Jeffrey habiskan, terasa sangat pahit dan menyesakkan. Ia harus melihat ayahnya yang sering pulang dengan keadaan mabuk. Membawa botol minuman keras. Ayah sudah tidak bekerja. Ayah di pecat.

Bahkan Nathan pun juga sama. Ia seringkali pulang dengan rokok di tangannya. Kadang, dengan beberapa goresan luka di wajahnya. Dia juga tidak mau belajar lagi. Jadi, nilainya benar benar anjlok. Dia sudah bukan Nathan yang pintar, Nathan yang patuh, dan Nathan yang baik. Dia hanya sosok Nathan yang kasar, galak, dan kesepian.

KepulanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang