'Only by encountering many difficulties, knowing and experiencing those difficulties, then your strength to escape them will develop.'
-Lee Taeyong
"Azura! Gue mau ngomong sama lo!" Alex datang dengan tiba-tiba disaat Azura tengah mengerjakan tugas sekolah miliknya. Padahal masih pagi, namun Alex sudah membuat seisi kelas berbisik tak enak tentang keduanya. Mengingat kejadian dua hari lalu, dimana dia menghajar Jeffrey habis-habisan sampai harus dilarikan ke rumah sakit. Hal itu masih teringat jelas di pikiran Azura bagaimana bengisnya Alex saat itu.
Seolah bukan Alex yang ia kenal selama sebelas tahun terakhir. Bukan Alex yang biasanya selalu membuatnya bangga dengan kebaikan hatinya.
Bukan Alex yang biasanya ia selalu dibuat takjub dengan ketulusan hatinya. Entah ada apa dengan laki-laki ini, Azura masih belum memahami.
Azura menatap Alex, ia tak mau pergi seperti yang Alex bilang. Azura menggeleng cepat, "Gue gak mau."
Namun Alex balik menatap Jeffrey yang duduk di sebelahnya. Azura paham, tatapan membunuh itu seolah tersirat di matanya.
Alex seolah menyalahkan Jeffrey karena Azura tak mau pergi bicara dengannya. Tak mau hal sebelumnya kembali terjadi, Azura lantas menarik tangan Alex keluar kelas.
"Mau ngomong apa?"
"Soal kemaren,"
"Lo yang tiba-tiba main pukul orang lain gitu aja? Iya? Lo enggak kaya Alex yang gue kenal semenjak gue pindah ke sini. Lo beda!"
"GUE KAYA GINI GARA-GARA SI BISU ITU!"
Alex berteriak. Membuat Azura geram karena sepertinya Alex tidak merasa bersalah sekali atas apa yang terakhir kali terjadi.
"Stop panggil dia si bisu! Lo kenapa kasar banget sih? Dari omongan lo, tingkah lo, semuanya gak kaya Alex yang gue kenal! Emang Jeffrey ada urusan apa sih sama lo? Sampe lo benci banget sama dia?"
"Mau tau alesannya, Ra?" Alex mendekatkan wajahnya pada Azura, "Karena dia udah berani nyentuh apa yang gue punya."
"Maksud lo?"
"Lo, Azura." ujar Alex pelan.
"Jangan bohong sama gue, jangan bilang sama gue kalo lo gak peka sama perasaan gue ke lo. Jangan bilang kalo lo taunya, gue cuma anggep lo temen. Lo tau betul, Ra, gue suka sama lo. Tapi lo malah ngehindar dan deket-deket sama si Jeffrey. Padahal gue udah nunggu lo lama banget." Alex mengacak rambutnya kasar.
"Lex? Lo inget ga gue pernah bilang apa? Gue gak minta lo buat nunggu gue. Gue gak pernah minta. Lo bilang lo bakal terima resikonya. Lo yang bilang sendiri, resiko jatuh cinta kalo enggak bahagia, ya patah. Terus soal Jeffrey, lo yakin gara gara gue deket sama dia, baru abis itu lo nyiksa dia kaya gitu? Bukannya sebelumnya lo udah biasa kaya gitu? Gue tahu betul, lo nyiksa dia kaya gitu bukan karena cemburu atau apa, tapi karena lo masih nyimpen rahasia yang gue enggak tau."
Detik setelahnya, Azura memahami segalanya. Bahwa apa yang Alex rasakan padanya, itu bukan cinta. Melainkan ia hanya tak suka dengan Jeffrey. Cinta untuk dirinya hanya persetan.
"Rahasia apa sih, Ra? Rahasia apa yang gue simpen dari lo? Kita udah kenal lebih dari sepuluh tahun. Gak mungkin kalau gue nyimpen sesuatu dari lo! Gue bahkan rela kasih dunia gue buat lo, Ra!"
"Gue juga tau, kalau kita udah temenan dari sepuluh tahun. Tapi lo liat sekarang, gue seakan gak percaya, Alex yang gue kenal bisa ngelakuin hal sebengis itu sama orang lain. Seolah gue baru ketemu lo! Terus lo minta gue yakin, lo masih Alex yang gue kenal? Yang enggak akan nyembunyiin apapun dari gue? Iya?"
Alex mengusap wajahnya kasar. Pikirannya mumet, "Iya! Gue salah! Harusnya waktu itu gue gak ngelakuin hal itu sama si Jeffrey di depan lo! Harusnya gue abisin aja dia sekalian di tempat sepi! Gitu?!"
Azura melotot kaget. Setega itukah Alex sampai ingin menghabisi nyawa orang lain?
"Maksud lo? Lo mau jadi pembunuh? Huh?"
Alex tersadar dengan ucapannya barusan. Lagi-lagi ia memaki dirinya sendiri. Sesekali matanya memejam. Berusaha menetralisir emosi yang menggerogoti dirinya.
Ia tak mau perkelahian kecil dengan Azura akan sangat berdampak pada hubungan mereka nantinya. Ia tak mau, Azura yang ia perjuangkan dan ia tunggu sejak tiga tahun lalu harus pergi meninggalkannya.
"Azura, gak gitu-"
"Gak gitu? Jelas jelas omongan lo barusan mau ngabisin dia! Jelas jelas gue liat tatapan lo yang makin bringas! Jelas jelas gue liat suara lo yang berubah drastis! Tolong, jangan sakitin orang-orang yang enggak salah sama lo, apalagi Jeffrey. Dia-"
"JEFFREY JEFFREY JEFFREY!!! GUE MUAK DENGER NAMA SIALAN GAK GUNA ITU!!!"
Alex berteriak. Puncak emosinya seolah berada di ujung ubun-ubun. Bukannya mereda, emosinya justru meluap.
Dirinya benar-benar tidak ingin mendengar nama Jeffrey lagi. Dirinya tak mau jika Azura harus menyebut nama itu lagi.
Bohong jika Azura masih bisa tenang. Dirinya bahkan ikut terkejut dengan perubahan mental Alex yang tiba-tiba.
Terutama saat ia kembali menyebut nama Jeffrey. Seolah ada hal yang benar-benar Alex benci dari laki-laki itu.
"Udah berapa kali gue bilang? Cuma gue yang pantes buat lo, Ra! Bukan dia! Lo mau hidup sama laki-laki bisu, gak punya martabat, keluarganya gak jelas, hidupnya miskin, bisanya cuma ngerepotin-"
Plak!
Azura menampar pipi laki-laki itu, "Lo gila! Terserah, lo mau nyimpulin apa tentang Jeffrey, satu hal yang gue tau, lo bukan cinta sama gue! Itu cuma obsesi lo aja!"
Azura memutuskan untuk pergi dari sana. Meninggalkan Alex dengan sejuta emosinya. Tak peduli apakah laki-laki itu akan semakin marah atau tidak.
"ARGHHHH!!!"
"SIALAN!!!"
"DASAR BISUUU!!!"
"LO GAK BISA AMBIL APAPUN DARI GUE!!! LO GAK BISA AMBIL AZURA!!! AZURA CUMA PUNYA GUE! LO SAMA SEKALI ENGGAK ADA HAK BUAT MILIKIN AZURA!"
"KENAPA HARUS AZURA YANG MAU LO AMBIL? KENAPA?"
Alex menjatuhkan dirinya.
"Di saat ada banyak banget cewek di luar sana, kenapa harus Azura? Satu satunya cewek yang buat gue bertahan sejauh ini. Di saat ada banyak cowok yang mau sama lo, kenapa harus Jeffrey, Ra? Satu satunya orang yang paling gue benci. kehadirannya di dunia!"
"Lo salah di saat lo bilang lo tau tentang gue! Lo salah besar! Lo gak tau duri yang masih ada di sini!" Alex menepuk-nepuk dadanya dengan kepalan tangan.
"Gue terlalu butuh lo, Ra! Gue yang butuh lo di sini, bukan Jeffrey. Gue yang butuh peluk lo kaya dulu, gue yang butuh kehadiran lo untuk keluh kesah gue! Gue yang butuh itu semua, bukan Jeffrey!"
"Jeff, belum cukup lo ambil bunda gue?"
---
Haiii, maaf ya lama gak update!!!Banyak tugas bundah, mana lagi persiapan Uas!
Buat kalian yang lagi ujian, semangattt!!! Jangan baca wp mulu lu! Belajar noh!
Have a nice day<<3

KAMU SEDANG MEMBACA
Kepulangan
Genç KurguLaki-laki bisu yang seringkali menjadi lampiasan semesta atas semua ketidakadilan. Satu satunya kebahagiaan yang ia miliki adalah memori bersama ibunya. Kasih sayang dari ayahnya bahkan terbatas hanya sampai ibunya tiada. Dinding kebencian dari adik...