Hari ini adalah hari yang membahagiakan bagi Alice, karena sudah waktunya Darren dan Lyman untuk pulang ke kerajaan masing-masing. Hari inilah yang Alice tunggu beberapa hari terakhir.
Ada yang berbeda, karena Alice menunjukkan senyum lebarnya. Kentara sekali bahwa ia sudah menunggu kedua Putra Mahkota itu untuk pergi dari kediamannya.
Dengan begini ia bisa kembali hidup dengan damai dan memulai rencananya. Beberapa hari lalu, Alice sudah memutuskan untuk belahar sihir.
Ia juga sudah meminta Ayahnya untuk memanggil guru, sesuai dengan kriteria yang Alice inginkan. Alice hanya tidak mau mendapat guru yang kasar atau pun yang lainnya yang pasti sebisa mungkin dia perempuan.
"Nona Alice, saya pamit pulang!" ucap Darren dan Lyman secara bersamaan.
Mereka saling berpandangan dengan sengit. Alice hanya membalasnya dengan senyum terpaksa. "Semoga perjalanan Yang mulia lancar hingga tujuan," sahut Alice dengan anggun.
Lagi dan lagi mereka mengangguk secara bersamaan dan masuk ke dalam kereta masing-masing.
Alice dapat menghela napas lega setelah kereta keduanya berjalan menjauhi kediamannya. "Akhirnya," gumam lega Alice.
"Nona Alice!"
"Iya?"
"Mari masuk, Nona!" ajak Arna yang membuat Alice tersadar dari lamunannya.
"Arna, kamu bisa kembali dulu. Aku ingin bertemu dengan Ayah," ucap Alice sembari membalikkan badan menuju kantor Ayahnya.
"Baik, Nona."
Menurut Alice ada sesuatu yang janggal. Semenjak dirinya tak sadarkan diri waktu itu, baik Ayah maupun Darren tak lagi membicarakan pasal pertunangan.
Menurutnya ini Aneh. Apalagi Pangeran Lyman yang sama sekali tak mencoba mendekatinya. Ini jelas berbeda dengan kehidupan pertamanya dulu.
Dulu saat pertama bertemu Pangeran Lyman akan langsung mencoba mendekati dirinya. Bahkan sampai mengikutinya ke mana-mana, entah kenapa Alice justru senang dengan hal itu. Mungkin karena rupa Pangeran Lyman yang tampan, membuatnya terlena begitu saja.
Sikap Lyman berubah ketika umur Alice 17 tahun. Tiba-tiba saja Lyman menjadi kasar, suka bermain wanita, dan suka menyakiti hatinya. Bahkan tak jarang Lyman menunjukkan kemesraannya di depan matanya sendiri.
Jelas, ini membuat hati Alice hancur. Semuanya semakin melebur saat Lyman memintanya untuk meminum ramuan yang membuat semua kehidupannya berubah.
Ia mati karena laki-laki yang dicintainya, Alice tak habis pikir dengan dirinya saat itu yang mau-mau saja diminta untuk meminum racun, dihadapan Lyman dan kekasih gelapnya.
Masa lalu sudah berlalu, tapi kenanganannya masih sangat membekas di kepala Alice. Semua perlakuan kurang ajar Lyman masih terekam dengan jelas di otaknya.
"Sayang, kenapa di depan pintu?" suara Nalendra membuat Alice tersadar bahwa dirinya sudah berada di depan ruang Ayahnya.
"Ada yang ingin aku bicarain sama Ayah!"
"Ya udah, yuk masuk!"
Nalendra melihat Alice saat penjaga membuka pintu ruangannya. Nalendra bingung sekaligus khawatir saat Alice hanya diam di depan pintu tanpa mengucapkan sepatah kata.
"Jadi, apa yang mau kamu bicarakan?"
"Emm ... Ayah ini soal pertunanganku. Aku ingin tahu kenapa Ayah tidak membicarakannya, bukankah seharusnya Yang mulia Pangeran Lyman kemari untuk hal itu?" tanya Alice dengan tenang.
"Sebenarnya Ayah sudah membatalkan pertunangan kalian. Tapi, Yang mulia Pangeran Lyman ingin mendekati kamu dengan usahanya sendiri dan meminta Ayah untuk menunda pengumuman pertunangan kamu dengan Yang mulia Pangeran Darren."
Alice yang sudah menghela napas lega ketika mendengar batal, menjadi menahan nafas ketika mendengar kelanjutan kalimat Ayahnya.
"Memangnya Pangeran Darren setuju?"
"Tentu ... tidak. Kamu tahu kan bahwa Yang mulia Pangeran Darren begitu kekeh ingin bertunangan denganmu. Padahal belum memberitahukan kepada Yang mulia Kaisar."
Benar, Alice baru teringat bahwa Darren dari Kekaisaran dan ucapan Darren kemarin bahkan belum mendapat persetujuan dari Kaisar alias Ayah Darren.
"Apakah ini akan menjadi masalah?" sahut khawatir Alice.
"Tenang saja, Sayang. Yang mulia Pangeran Darren yang akan mengurusnya. Nggak usah dipikirin ya, lagi pula kamu baru aja sembuh."
Alice yang diperlakukan seperti anak kecil pun hanga bisa pasrah. Ya walaupun umurnya memang masih 12 hendak 13 tahun, tapi diumur ini sudah termasuk masa peralihan bukan?
"Tapi, Ayah ini juga masalah Alice. Apalagi Alice terlibat!"
"Ayah paham, tapi Ayah nggak mau kamu sakit lagi seperti kemarin. Ayah sayang banget sama kamu," ucap tulus Nalendra sembari memegang pundak kecil Putrinya.
"Udah ya, Ayah mau kamu menikmati masa sekarang. Kamu nggak perlu berpikir keras, kamu hanya perlu mengikuti alur dan juga hati kamu," lanjutnya seraya menatap lembut mata Alice.
"Baik Ayah."
Nalendra yang mendengar itu pun memeluk erat Alice. "Rasanya Ayah nggak mau kamu cepat dewasa."
Jangan lupa Vote N Komen dan baca cerita Arissa yang lain.
Order Novel Arissa yuk, judulnya "WHERE IS MY DADDY, MOM?" tertarik😉? bisa pesan dengan :
Form pemesanan
•> Nama lengkap :
•> Alamat lengkap:
• Jalan :
• Rt/Rw :
• Kelurahan :
• Kecamatan :
• Kota/kabupaten :
• Provinsi :
•> Judul buku :
•> Nama paket :
•> No hp :
•> Ekspedisi :Kirim ke no +62 857-3351-8064
Yuk buruan diorder!!😇
ORDER Novel Arissa YUK!!🎉🎉
Judul : JENDELA KAMAR
Tertarik? pesan dengan
Yang mau ikutan bisa isi form di bawah!!👇
Format pemesanan:
Nama :
Alamat lengkap :
No. Hp :
Judul Buku :
Jumlah Pemesanan :
Ekspedisi :Kirim form di atas ke nomor +62 858-7559-8283
Yuk buruan order😇
👇👇👇👇👇👇👇
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Seperti Juliet
Historical FictionJika kisah Romeo dan Juliet berakhir tragis dengan meninggal bersama karena cinta sejati. Berbeda denganku yang harus lenyap karena cinta buta. Terlalu buta akan cinta hingga bunuh diri pun kulakukan. Sampai ternyata aku membuka mataku kembali dan b...