19-Hilang

1K 119 1
                                    

Sudah satu hari sejak hari membahagiakan sekaligus pertengkaran antara Alice dengan kedua orang tuanya. Semenjak hari itu pun Nalendra hanya diam saja, jujur dia bingung harus membujuk Alice dengan cara apa.

Apalagi ini pertama kalinya Alice sampai semarah itu padanya dan Riana.

Lagi Alice pun hanya diam, seperti menunggu Nalendra untuk membujuknya dan mencari solusi lainnya.

Nalendra menghela napas dengan kasar. Semakin dipikir membuatnya semakin bingung.

Setelah sarapan tadi pun, Alice pergi begitu saja tanpa mengatakan sepatah kata pun sebelum keluar ruangan. Padahal sebagai bangsawan izin keluar kepada status yang lebih tinggi adalah hal wajib, karena sebagai bentuk penghormatan.

Namun, karena hatinya masih kalut dan dirinya termasuk anak-anak. Baik Nalendra maupun Riana tidak menegurnya ataupun menyalahkannya dan lagi itu terjadi karena mereka sedang perang dingin.

Jadi, Nalendra dan Riana memakluminya untuk saat ini.

"Bagaimana ini, Honey? kita tidak bisa terus-terusan diam seperti ini!" celetuk Riana saat melihat tatapan dingin Alice sebelum keluar ruangan. Riana sudah tidak sanggup didiami oleh Putrinya itu.

"Aku masih memikirkan apa yang harus aku lakukan untuk membujuknya. Apalagi Alice sedang dalam masa transisinya, jadi wajar jika emosinya masih belum stabil, bukan?" sahut Nalendra menguraikan pendapatnya.

"Aku mengerti, tapi aku tidak ingin Alice terus marah padaku!" ucap Riana dengan pelan.

"Iya, kamu sabar ya. Secepatnya aku akan mencoba membujuknya!" ucap Nalendra janji.

Akhirnya Riana pun hanya bisa mengangguk dan menuruti ucapan Nalendra. Karena ia yakin Nalendra akan melakukan sesuatu agar Alice kembali seperti biasanya.

****

Berbeda dengan Nalendra dan Riana yang mengobrol mengenai dirinya, Alice justru berjalan keluar dari kediamannya secara diam-diam.

Bahkan dia sudah mengganti pakaian dengan model sesederhana mungkin. Tidak lupa ia juga mengenakan jubah dengan warna yang sama seperti saat pelayan keluar.

Alice ingin keluar sebentar untuk menenangkan pikiran dan hatinya. Ia hanya tidak ingin terus-terusan menghindar dari orang tuanya.

Langkah kaki Alice terlihat pelan, Alice berusaha sekuat tenaga untuk tidak menarik perhatian. Bukan hanya itu ia juga berjalan menunduk dengan sesekali menghadap ke depan untuk melihat jalan.

Alice tidak berjalan menuju ke pasar atau tempat ramai. Alice menuju tempat yang biasanya ia kunjungi pada kehidupan pertamanya.

Tempat yang selalu membuatnya terpukau walau sudah berulang kali ke tempat yang sama.

Pemandangan bunga yang bermekaran indah meskipun bukan musimnya, harum dedaunan pohon yang membuat suasana semakin nyaman adalah hal yang sangat Alice rindukan.

Angin mulai berhembus dengan kencang pertanda bahwa Alice semakin dekat dengan tempat tujuannya. Senyun bahagia terukir di wajah Alice ketika sampai di tempat.

"Wah!" ucap kagum Alice seraya menyelipkan rambut ke telinganya.

Tanpa pikir panjang Alice duduk di atas rumput dengan bunga-bunga di sampingnya. Sungguh pemandangan yang menakjubkan.

"Andai  kelahiran seseorang bisa kukendalikan, pasti aku tidak akan mengalami hal yang sama. Sayangnya itu di luar kuasaku dan kuharap ini adalah kehidupan terakhirku."

Alice menidurkan badannya sembarang. Matanya menatap langit yang sangat cerah hari ini. Sinar matahari yang tidal terlalu terik membuat Alice semakin betah.

Bahkan Alice tidak berpikir bahwa sekang di kediaman sedang kebingungan dan panik mencari dirinya.

"BAGAIMANA BISA KALIAN TIDAK MELIHAT PUTRIKU!" bentak Nalendra setelah mendengar kabar bahwa Alice hilang.

"Ma-maafkan saya, Tuan."

"MAAF? bukankah kau yang menjaga gerbang, kenapa tidak melihatnya?"

"Sa-saya benar-benar tidak melihatnya, Tuan. Maaf jika saya lancang, kemungkinan Nona muda menyamar, Tuan," ucap takut-takut sang penjaga.

"Menyamar?"

"Iya Tuan, beberapa pelayang atau pekerja di sini jika keluar akan selalu mengenakan jubah. Kemungkinan Nona muda juga melakukan hal sama, bukankah Nona muda pernah terlihat akan keluar bersama Pelayannya?"

Nalendra diam membenarkan perkataan Penjaga. Itu memang bisa menjadi kemungkinan. Masalahnya Alice keluar tidak bersama Pelayannya, bahkan sekarang Arna sedang menghadap Nalendra.

"Arna, kapan terakhir kamu melihat Alice?"

"Setelah Nona, keluar dari ruang makan. Saat itu saya mengejarnya karena beliau lari. Namun, beliau memerintah saya untuk memberi waktu sendiri," jelas Arna dengan kepala menunduk.

Atmostfir di ruangan ini tidak main-main. Bahkan jika anak kecil yang merasakannya pasti sudah menangis. Jika orang dewasa yang merasakannya badannya akan gemetar ketakutan secara tidak sadar alias reflek.

"Jika begitu, lakukan pencarian. CARI PUTRIKU SAMPAI KETEMU!"

Semua prajurit (atau pengawal nih?) yang mendengar segera keluar dan menaiki kuda masing-masing.

Mereka keluar dan mulai berpencar dari mulai pasar hingga gang-gang sempit mereka cari. Tapi, sayangnya tidak ada tanda-tanda keberadaan Alice.

Sedangkan orang yang sedang membuat panik justru tampak tenang dan santai melihat pemandangan indah di depannya sekarang.

"Rasanya aku tidak ingin pulang dulu," gumam Alice seraya menatap hamparan bunga.

Rambut indahnya dibiarkan menjutai hingga sesekali terbawa angin. Bahkan Alice tidak sadar jika ada orang yanh menatap dirinya dengan lekat.

Orang itu menatap punggung Alice dengan intens, seolah ingin memastikan apakah ia mengenalnya atau tidak.

"Nona Alice?"

Tubuh Alice tersentak mendengar suara yang tidak asing lagi baginya. Sebuah suara yang paling dirinya hindari.

Alice pun memberanikan diri membalikkan tubuh dan melihat sosok pria yang sangat ia kenal dulunya.

"Yang mulia!"































Jangan lupa Vote N Komen dan baca cerita Arissa yang lain.

Ramein vote sama komennya, jangan cuma viewsnya aja😭

Yuk yuk vote sama komen.



Order Novel Arissa yuk, judulnya "WHERE IS MY DADDY, MOM?"  tertarik😉? bisa pesan dengan :

Form pemesanan

•> Nama lengkap :
•> Alamat lengkap:
• Jalan :
• Rt/Rw :
• Kelurahan :
• Kecamatan :
• Kota/kabupaten :
• Provinsi :
•> Judul buku :
•> Nama paket :
•> No hp :
•> Ekspedisi :

Kirim ke no +62 857-3351-8064

Yuk buruan diorder!!😇




ORDER Novel Arissa YUK!!🎉🎉

Judul : JENDELA KAMAR

Tertarik? pesan dengan

Yang mau ikutan bisa isi form di bawah!!👇

Format pemesanan:

Nama :
Alamat lengkap :
No. Hp :
Judul Buku :
Jumlah Pemesanan :
Ekspedisi :

Kirim form di atas ke nomor +62 858-7559-8283

Yuk buruan order😇
👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇

Tak Seperti JulietTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang