Secara perlahan kereta itu berhenti tepat di depan pintu masuk. Seorang Ksatria membukakan pintu kereta dan mengulurkan tangannya.
Alice pun menggapai tangan tersebut dan perlahan turun dari kereta. Matanya tertuju pada seseorang yang sudah menunggu kehadirannya.
"Ke kantor!" Nalendra melangkahkan kakinya masuk ke dalam menuju kantornya tanpa menunggu Alice.
Padahal biasanya ia akan menggandeng tangan mungil Alice dan berjalan secara beriringan mengikuti mengikuti langkah Alice yang kecil.
Selama perjalanan menuju kantor Nalendra pikiran Alice sudah kacau balau, karena ini adalah kemarahan pertama Nalendra setelah dirinya kembali menjadi kecil lagi.
"Duduk!" titah Nalendra datar.
Alice duduk tepat di seberang Nalendra dan Riana yang memang sudah menunggu. Tatapan keduanya tampak berbeda menurut Alice.
"Apa maksud tindakan kamu? kamu tahukan jika hal ini diketahui oleh bangsawan yang lain? kehormatan keluarga bisa saja tercoreng Alice!"
Mungkin Nalendra terlihat tidak marah, tapi inilah marah menurut Nalendra dan jika sudah lewat batas justru Nalendra akan diam. Karena marahnya Nalendra adalah mengabaikan semuanya. Mungkin terdengar kekanak-kanakan, tapi inilah kenyataanya.
"Maaf," gumam Alice dengan kepala menunduk ke bawah.
"Alice mata kamu harus menatap lawan bicara!" peringat Nalendra.
"Maaf."
Perlahan Alice menaikkan kepalanya dan menatap mata Nalendra. "Maaf Ayah, saya sudah melakukan tindakan tidak terhormat. Saya akan berusaha untuk tidak melakukan hal yang membuat nama baik keluarga Duke Sacheverell tercemar. Jika memang ada hukuman yang harus saya jalankan, akan saya lakukan tanpa membantah," ucap Alice.
"Baiklah, kamu tidak diizinkan keluar kamar selama dua minggu ke depan. Semua kegiatan akan ditiadakan selama masa hukuman berlangsung!" putus Nalendra.
Alice hanya mengangguk kecil sebelum berjalan keluar tanpa mengatakan sepatah kata pun.
Nalendra meraup kasar wajahnya dibarengi dengan helaan napas yang berat. Pikirannya tidak tertata, berantakan itulah satu kata yang menggambarkan diri Nalendra saat ini.
"Honey, kamu harus sabar. Jika semua sudah tenang kita bisa membujuk Alice lagi. Kita yakinkan dia tidak akan ada yang berubah meski Alice akan memiliki adik," ucap Riana mencoba menenangkan Nalendra.
"Aku keluar dulu!" Nalendra pun keluar meninggalkan Riana sendirian.
Nalendra melangkahkan kakinya menuju taman yang menjadi tempat favorit dari Putrinya. Ia duduk dan memandang lurus ke depan.
Sebenarnya sampai hari ini ia bingung kenapa Alice sampai begitu tidak ingin memiliki seorang adik. Menurut Nalendra Alice tidak akan begitu saja terpengaruh karena perkataan temannya.
Apalagi belakangan ini sifat Alice menjadi lebih dewasa. Jadi, sulit percaya bahwa Alice akan mudah terpengaruh perkataan semacam itu.
Namun, yang paling membuat Nalendra curiga itu karena Alice sudah jarang mengikuti pergaulan kelas atas. Belakangan Alice lebih serius mempelajari hal baru dibanding minum teh dengan para lady bangsawan lain.
Jika memang begitu, dari mana Alic mendapatk pikiran seperti itu?
Mustahil ia mengetahuinya sendiri, jika temannya tidak ada yang mengatakannya kan?
Nalendra mengusap wajahnya kasar dengan hembusan napas berat. Rasanya dadanya seperti ditekan dengan keras oleh suatu benda padat.
Rasanya sesak sampai sulit untuk membuatnya bernapas. Apa ini karena perkataanya keterlaluan tadi?
Entahlah, tapi menurut Nalendra tindakkanya tadi sudah cukup benar walau memang benar sedikit berlebihan.
"Sial!"
****
Setelah keluar dari ruangan Nalendra, Alice berjalan menuju kamarnya dan menjalankan hukuman yang diberikan oleh Nalendra.
Sebenarnya ini adalah hukuman yang mudah karena ia hanya berdiam diri di kamarnya. Namun, itulah masalahnya. Selama dua minggu ke depan pasti akan mati kebosanan!
Walau sebenarnya Alice sudah memiliki rencana, yaitu perdalam ilmunya terutama dalam politik dan ekonomi kerajaan.
Hal ini akan berguna jika Alice sudah memasuki pergaulan kelas atas secara resmi. Alice berencana akan mengincar posisi pusat pergaulan kelas atas.
Dengan begitu ia akan mudah mendapatkan apa yang ia mau dan dia dapat mengontrol para Nona bangsawan yang berada dalam kendalinya.
Jangan lupa Vote N Komen dan baca cerita Arissa yang lain.
Order Novel Arissa yuk, judulnya "WHERE IS MY DADDY, MOM?" tertarik😉? bisa pesan dengan :
Form pemesanan
•> Nama lengkap :
•> Alamat lengkap:
• Jalan :
• Rt/Rw :
• Kelurahan :
• Kecamatan :
• Kota/kabupaten :
• Provinsi :
•> Judul buku :
•> Nama paket :
•> No hp :
•> Ekspedisi :Kirim ke no +62 857-3351-8064
Yuk buruan diorder!!😇
ORDER Novel Arissa YUK!!🎉🎉
Judul : JENDELA KAMAR
Tertarik? pesan dengan
Yang mau ikutan bisa isi form di bawah!!👇
Format pemesanan:
Nama :
Alamat lengkap :
No. Hp :
Judul Buku :
Jumlah Pemesanan :
Ekspedisi :Kirim form di atas ke nomor +62 858-7559-8283
Yuk buruan order😇
👇👇👇👇👇👇👇👇
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Seperti Juliet
היסטורי בדיוניJika kisah Romeo dan Juliet berakhir tragis dengan meninggal bersama karena cinta sejati. Berbeda denganku yang harus lenyap karena cinta buta. Terlalu buta akan cinta hingga bunuh diri pun kulakukan. Sampai ternyata aku membuka mataku kembali dan b...