[ FOLLOW DULU YA SEBELUM BACA ]
Ini kisah dua insan yang di pertemukan oleh sebuah takdir. Takdir lah yang membuat mereka bertemu dan akhirnya bersama. Saling melengkapi kekurangan masing-masing. Banyak perbedaan di antara mereka berdua. Salah satu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Di kediaman keluarga Miller,lebih tepatnya rumah Vanya. Terdengar suara Vincent yang berteriak marah.
Saat tidak menemukan Vanya dimanapun,Samuel pun memutuskan pulang,ia berfikir jika Vanya sudah kembali ke rumah. Namun ternyata yang difikirkan nya salah,Vanya tidak pulang kerumah. Samuel bertanya dimana Vanya,dan Vincent menjawab "Vanya masih pergi bersama Aaron".
Di situ Samuel menceritakan semua nya kepada Vincent. Dan Vinvent langsung marah,ia tidak habis fikir dengan jalan fikiran Samuel. Jika boleh jujur hatinya juga sakit ketika mengetahui Samuel telah membohongi dirinya.
"Kau tahu jika Vanya tidak menyukai kebohongan dan juga penghianatan!!!" marah Vincent.
"Aku sudah menjelaskan kepada mu jika ini semua salah paham!" elak Samuel.
"Fine kau memang pergi ke kantor untuk urusan mendadak,tapi setelah itu kau pergi dengan wanita itu!! Dibagian mana nya terjadi kesalahpahaman?!" tanya Vincent.
Samuel diam,dia tidak bisa menjawab.
"Temukan Vanya. Jika aku yang menemukan Vanya lebih dulu,maka jangan harap untuk melihat dirinya" ucap Vincent dingin.
Vincent pun pergi mencari Vanya,walaupun dia tidak tahu di mana Vanya.
.
.
.
.
.
Nabila mengetuk pintu kamar tamu yang di tempati Vanya. Setelah dipersilahkan masuk,Nabila pun membuka pintu lalu masuk kedalam. Nabila melihat Vanya yang duduk di atas lantai sembari memeluk kedua kakinya.
"Makan dulu yuk" ajak Nabila.
Vanya menatap Nabila dengan tatapan kosong nya.
"Tante suapin ya?"
Vanya mengangguk pelan.
Di depan pintu kamar yang kebetulan pintu nya tidak di tutup,ada Aaron yang berdiri disana. Melihat setiap interaksi antara Nabila dan Vanya.
Pukul 19.45
Vanya, duduk bersama dengan Aaron dan juga Nabila Theo. Mereka bercerita tetapi Vanya hanya mendengarkan. Tidak mengatakan apapun.
"Den Aaron, ada kawan nya di depan" ucap mang Ujang.
"Siapa mang? " tanya Aaron.
"Den Zaidan " jawab mang Ujang.
Aaron mengangguk.
"Makasih mang"
"Sama-sama den"
Aaron pun beranjak, berjalan keluar. Aaron melihat Zaidan berdiri di teras.