Part 3

3.7K 461 94
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pagi ini gracia terbangun dengan perasaan yang lumayan baik, setidaknya pagi ini gracia tidak mendengar pertengkaran antara kedua orangtuanya.

Gracia bangkit dengan perlahan memaksakan dirinya untuk segera mandi karena pagi ini gracia memiliki jadwal kuliah hingga siang, aroma vanilla langsung menyerbak menyebar keseluruh kamar.

Handuk yang menutupi tubuh polosnya kini sudah terlepas menggunakan bra dan CD dengan warna senada, menggunakan pakaian santai karena ini kuliah bukan open BO.

Menyisir rambutnya dengan lembut dan terakhir menambahkan liptint sebagai pemanis bibir gracia.

Mengambil ponsel dan tas yang berisikan buku tulis 1 dan alat tulis 1 agar tak ada yang bisa meminjamnya.

Gracia melakukan semuanya dengan santai dan tak terburu buru karena unutk apa terburu buru hanya akan membuatnya panik, walaupun telat tetaplah santai. Kakinya melangkah keluar kamar menuruni anak tangga satu persatu masih mempertahankan kesantaian dan kesantuyan seorang shania gracia harlan.

" kamu urus dong rumah, anak kamu urus "

" Harlan! Aku males berdebat "

" ve! Dia anak kamu juga, jangan buat dia lagi lagi jatuh dalam kekecewaan "

" aku udah berusaha Harlan, tapi anak itu! "

" dia punya nama VE! STOP BILANG ANAK ITU ANAK ITU "

" KAMU YANG STOP HARLAN, STOP BELAIN ANAK BA- "

PLAKK

" JAGA UCAPAN KAMU VE! "

" HARLAN! ANAK ITU "

Gracia termenung diam di tangga, matanya memanas lagi lagi pertengkaran ini terjadi karena dirinya, tak ingin membuat hatinya semakin sakit gracia berjalan mendekat mengambil air dan meminumnya sekali teguk, membuat harlan dan ve seketika terkejut.

" kenapa berenti ? anak itu aku kan ? lanjutin aja ? lagian ini bukan kali pertama kalian berantem gara gara aku kan ? maaf yah selalu jadi beban, selalu jadi parasite, aku pergi" ucap gracia lalu pergi meninggalkan dua orang yang saling bertatapan itu.

Kakinya terus melangkah walau sedikit berat gracia tetap melangkah, setidaknya gracia harus menahannya hingga malam datang, hingga gelap menyapa dan hingga keheningan tercipta . mengingat mobilnya yang masih berada di tangan CEO kemarin yang bahkan gracia lupa siapa namanya, dan tidak berniat untuk menghubunginya.

Berjalan menunduk menatap jalanan beraspal yang akan membawanya keujung jalan, ke halte bus yang akan dianaikinya.

" hay " seseorang tiba tiba berjalan disampingnya

Gracia menoleh matanya sedikit membulat ketika melihat siapa yang saat ini berada di hadapannya " CEO " panggilnya kepada shani indira natio

" shani indira natio " ucap shani mengulurkan tangannya yang langsung disambut oleh gracia beserta cengiran khasnya

Untitle | GreshanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang