Tae pergi.

1.2K 113 4
                                    


Matahari yang terbenam di hari itu  menjadi sebuah penanda bahwa waktu untuk hari ini sudah berjalan setengahnya.
Siang hingga sore hari tadi sepertinya sudah menjadi momen berharga bagi mereka saat mengadakan pesta kecil-kecilan untuk Tae

Pesta yang sedianya menjadi wadah untuk mereka menyematkan rasa percaya diri kepada Tae, agar dia yakin akan rencananya yang ingin berangkat menuju new York besok.

Hingga tadi sore, Tae terlihat masih percaya dengan berhasilnya rencana itu. Dia masih ceria dan sanggup menguar senyum kepada siapapun yang mengajaknya bicara.

Tapi saat ini,di saat gelap itu tiba, dan orang-orang yang tadi menyemangatinya sudah masuk ke bilik mereka masing-masing.
Hati Tae kembali kosong.

Ditatapnya dua koper besar yang sudah berbaris di dekat pintu kamarnya.

"Kau akan baik-baik saja..
Ini adalah keputusan yang kau buat sendiri.. jadi buktikanlah bahwa keputusanmu ini tidak salah. percayalah kami selalu mendukungmu"
Nada lembut dari suara mommynya masih terngiang di telinganya,di saat tadi pagi dia membantu Tae mengemas barang-barang yang akan dibawa.

"Tidak mommy..
Aku sama sekali tidak ragu..
hanya saja aku merasa ada yang kurang.."Tae bergumam sendiri.

Ditatapnya lagi sekeliling ruangan itu ..
Ruangan yang telah menjadi saksi bisu saat dia menghabiskan sebagian waktunya dirumah ini.
Tempat dia melepas lelah setelah seharian beraktivitas, tempat dia menyembunyikan perasaannya dari para saudaranya dan mommy daddynya, juga tempat untuk dia menjadi dirinya sendiri, tanpa ada yang mengetahui.
Dia sudah belajar mengucapkan selamat tinggal untuk kamar ini.
Jadi pikirnya, seharusnya bukan karena itu dia merasa ada yang kurang.

Saat matanya menatap ke figura yang berjejer di dinding juga nakas.
Dia menarik sedikit senyum.
Tampak wajah-wajah penambah semangat itu seolah-olah tersenyum kepadanya.
Lalu seketika hatinya menangkap apa yang salah..
sepi..ya dia merasa kesepian.
Ah..menyesal sekali rasanya menolak tawaran saudara-saudaranya tadi, yang ingin mengajaknya tidur bersama dalam satu kamar,
ia merutuki diri..

Perlahan dia turun dari tempat tidur dan melangkah keluar.
Tapi sekali lagi dia terdiam.
Pikirnya tidak mungkin mengetuk pintu kamar orang tengah malam begini.
Semua pasti sudah terlelap.
Karena, semua tadi menyempatkan diri untuk mengadakan pesta kecil-kecilan itu disela kesibukan dan rutinitas mereka.
Jadi pastilah malam ini mereka sedang terlelap karena kelelahan..

Dia yang sudah berdiri di antara pintu kamar yang berjejer itu hanya mematung, Sambil menatap satu persatu sekat yang memisahkan antara dia dan orang-orang terkasihnya.

Dan ketika dia menatap sebuah pintu berwarna biru muda  di bagian paling ujung, seketika dia meneruskan langkahnya.

"Nana..?"dicobanya mengetuk dengan lembut.
Itu adalah kamar baby.
Dan seperti biasa, Nana akan tidur dengan baby jika tidak ada salah satu dari mereka yang tidur dengannya.

"Sebentar."
Terdengar sayup-sayup suara Nana dari dalam kamar.

"Oh.."sahut Tae. Tidak lama berikutnya pintu terbuka.

"Masuklah. Aku baru saja memberikan susu pada baby, dia agak gelisah.."ucap Nana sambil mempersilahkan Tae masuk.

Tae langsung mendekati ranjang baby dengan mata menatap sosok kecil yang sedang tertidur itu penuh kasih.
Kemudian entah gerangan apa yang mengarahkan tangannya,dia langsung menggendong tubuh mungil itu.
Kehangatan dan damai langsung memenuhi hati Tae.
Mata Tae terpejam menikmati irama nafas dan berat badan si baby dalam dekapannya itu.
Tubuhnya mengayun berirama, khas orang sedang menggendong bayi.

still baby..[JIMIN] COMPLETED ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang