Jeongwoo kembali mencoret dan kali ini dia mencoret kalender di angka 25.
"Lima hari. Akan kubuat kamu mengalami memori indah bersamaku di sisa 5 hari ini"
Jeongwoo yang sudah berpakaian sangat rapi, membuat bingung Woojin.
"Wo─ kamu mau kencan?" ucap Woojin bingung.
"Lebih penting dari itu," ucap Jeongwoo sambil pergi.
Anak itu─ benar-benar aneh, batin Woojin.
.
.
.
Setelah menjemput Haruto, mereka berdua sedang berada di kereta, menuju taman bermain karena Haruto bilang tidak sudah lama tidak kesana.
Di sepanjang perjalanan, Haruto menatap Jeongwoo.
Meskipun aneh, tapi aku menyukai sikapmu saat ini, Wo, batin Haruto.
Setibanya di taman, mereka benar-benar menikmati waktu bersama.
Berteriak kencang di Hurricane Adventure.
Komat-kamit baca doa di roller coaster T-Express.
Berfoto ala model di tempat-tempat yang memiliki bangunan unik.
Hingga tiba saatnya mereka naik bianglala bersama.
Wajah Haruto benar-benar sangat bahagia, membuat Jeongwoo tersenyum lega.
"Kamu benar-benar senang sekali," ucap Jeongwoo.
Haruto mengangguk mantap, "Sudah lama sekali. Terakhir kali─"
Haruto terdiam sejenak.
"Terakhir kali ketika ayah masih ada."
"Kamu pasti sangat merindukan ayahmu," ucap Jeongwoo.
"Dulu sering sekali aku menangis karena tidak ada beliau. Tapi sekarang aku sudah menerima semuanya."
Dan kemudian, muncul keheningan diantara mereka.
"Sebenarnya, aku melihatmu bermimpi buruk di rumah Doyoung tempo lalu. Apa kamu ada masalah?" ucap Jeongwoo sambil menatap tajam Haruto.
Jujurlah padaku, nam tong-sæng.
"Sejujurnya─ aku teringat kenangan pahit bersama hyung-ku"
Terkutuklah dirimu ini, batin Jeongwoo.
"Orang yang paling tidak terima akan kepergian appa adalah hyung, dan ia sangat membenciku karenanya."
"Mengapa?"
"Karena aku sangat mirip dengan appa. Membuatnya terus teringat beliau," ucap Haruto dengan tangan gemetar.
Jeongwoo mengenggam tangan Haruto.
"Aku akan mencoba memberimu kenangan indah─ untuk menghapus semua memori kelam tersebut."
Haruto tertawa, "Kamu bersikap seolah-olah mau pergi jauh."
Jeongwoo ikut tertawa.
Memang Haruto, aku sebentar lagi akan pergi.
"Setelah ini apa kita akan pulang?" tanya Haruto.
Jeongwoo menggelengkan kepala.
"Percuma jalan-jalan kalau belum satu hal," ucap Jeongwoo.
Haruto mengeryitkan dahinya.
.
.
.
Dan saat ini mereka sudah berada di dalam ruang karaoke, hal yang harus masuk dalam list to-do Haruto.
Haruto yang cukup kaku, akhirnya bisa menyanyi dengan bahagia dengan Jeongwoo.
Mereka benar-benar mengukir memori bahagia bersama.
"Hari ini benar-benar luar biasa," ucap Haruto sambil menegak cola-nya dan duduk di pinggir minimarket.
"Tentu saja," ucap Jeongwoo sambil meminum colanya.
"Wo, apa kamu melakukan semua ini karena aku mengatakan kamu adalah malaikatku?" ucap Haruto.
Jeongwoo menggelengkan kepalanya.
"Aku adalah orang baik, seperti yang kamu bilang. Wajar kan jika aku bersikap begini?"
Haruto tersenyum dan mengangguk.
Tanpa sadar, Haruto menumpahkan cola di area dagu dan lehernya.
"Tidak es krim, tidak cola, kamu benar-benar bermasalah dengan cara makan," ucap Jeongwoo sambil mengambil tisu dan membantu Haruto membersihkan cola.
Haruto tersenyum kembali.
Terima kasih, Wo, memberikan memori indah padaku.
.
.
.
Ketika Jeongwoo sudah akan sampai di rumah, tiba-tiba ia mendengar gosip dari pembantu rumahnya.
"Tuan Woojin belum memberitahukannya?"
Jeongwoo langsung bersembunyi, mencoba menguping pembicaraan tersebut.
"Tuan Jeongwoo habis koma, pasti Tuan Woojin masih khawatir akan kondisinya."
"Tapi kasihan juga Tuan Woojin selama ini. Harus merawat Tuan Jeongwoo yang koma seorang diri."
Seorang diri?
"Mau bagaimana lagi, Tuan Besar dan Nyonya meninggal seketika sehingga mau tidak mau hanya Tuan Woojin yang merawat Tuan Jeongwoo"
Bagai disambar petir, Jeongwoo terkejut akan kenyataan ini.
Appa
Eomma
Meninggal?
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Next Chapter:
Ia mengingat bagaimana kedua orang tuanya bersimbah darah.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Park Jeongwoo - Treasure] Stuntman in Your Dream
Fanfiction**Completed** Koo Jun-hoe adalah pemuda yang memiliki catatan kejahatan beruntun. Sayangnya, nasib sial mengakibatkannya meninggal dunia seketika. Ketika ia diperhadapkan pada penentuan akhir hidupnya, Tuhan memberinya kesempatan untuk menebus sedik...