Malam pun tiba. Keempat pemuda yang berkumpul tersebut memutuskan untuk tidur bersama di satu kamar. Sebenarnya ada banyak kamar yang tersedia di villa, hanya saja mereka memilih untuk menghabiskan malam larut bersama.
Dikala seluruh pemuda tersebut memutuskan untuk tidur, handphone Jeongwoo berbunyi.
"Hyung, ada apa?" ucap Jeongwoo begitu mengetahui nama Park Woojin terpampang di layar handphone-nya.
"Kamu pergi dengan teman-temanmu ke vila? Kalian sudah sampai disana? Baik-baik saja kan?" ucap Woojin dengan nafas memburu yang terdengar jelas di telinga Jeongwoo.
"Aku baik-baik saja. Maaf kemarin aku ingin izin secara langsung tapi kakak tidak pulang ke rumah. Maaf juga aku hanya meminta izin melalui chat," ucap Jeongwoo. Ia merasa tidak enak membuat kakak satu-satunya tersebut khawatir.
"Tidak Jeongwoo, tidak apa-apa. Yasudah senang-senanglah dengan temanmu ya. Jangan lupa saat balik, pastikan mobil yang kamu tumpangi dalam kondisi baik. Siapa yang menyetir? Dia sudah punya SIM kan? Benar-benar bisa menyetir dengan baik?" ucap Woojin panjang lebar.
"Kakak tenang saja. Yang menyetir adalah Yoshi hyung, dia sudah punya SIM. Kondisi mobil juga baik kok," ucap Jeongwoo lagi.
"Baik kalau begitu. Kamu tidur ya, selamat malam," ucap Woojin lagi.
"Kakak juga cepat istirahat. Jangan terlalu memforsir diri," ucap Jeongwoo dan mematikan handphone-nya.
Kakak sangat manis, Jeongwoo adik yang beruntung, ucap Jeongwoo.
Di sisi lain, Woojin di dalam mobil memegang dada yang terasa sesak.
"Tuan muda, obat dan air minum ada di samping mobil," ucap sopir yang khawatir ketika melihat kondisi Woojin melalui spion tengah.
Woojin mengangguk dan meminum obat yang berada disana.
Tenanglah, Woojin, Jeongwoo sudah baik-baik saja, monolog Woojin pada dirinya.
.
.
.
Malam ini semua tertidur, termasuk Jeongwoo. Ketika seperti biasa Jeongwoo ingin memilih mimpi, ia cukup terkejut nama yang tiba-tiba terpampang.
Jihoon hyung? Baiklah akan kucoba, ucap Jeongwoo dengan tanpa pikir panjang memilih nama Jihoon.
HWAAAAAAAAA
ANDWEEEEEEEEE
Secara reflek Jeongwoo berteriak sekencang-kencangnya. Bagaimana tidak, ia tiba-tiba sudah berada di dalam roller coaster dengan posisi terjun kencang ke bawah.
Jeongwoo juga mendengar suara orang-orang disekitarnya ikut berteriak sekencang-kencangnya. Sahut-sahutan teriakkan dari dirinya maupun orang dalam roller coaster memenuhi area tersebut.
Ketika roller coaster tersebut sudah berhenti, Jeongwoo tidak beranjak dari tempat duduknya. Jiwanya benar-benar sudah tertinggal di area menakutkan tadi.
"Sayang, kamu baik-baik saja?" ucap seorang wanita muda yang memegang tangan Jeongwoo dengan lembut dan menuntunnya keluar dari area roller coaster.
Jeongwoo mengikuti wanita tersebut. Ia melihat tangannya yang mungil dan langkah kakinya yang kecil.
Jihoon hyung memimpikan masa kecilnya, batin Jeongwoo.
Tak lama Jeongwoo melihat sebuah tulisan di box penjual es krim.
Alur cerita: Jihoon kecil menghabiskan waktu bahagia dengan bibinya.
"Hoonie ingin es krim ya?" ucap wanita yang merupakan bibi Jihoon, ketika melihat Jeongwoo terus menatap tempat penjual es krim.
"Aku─" belum selesai Jeongwoo berbicara, sang bibi menariknya dan membelikannya sebuah es krim coklat.
"Kita duduk dulu sambil kamu memakan es krimnya ya," ucap sang bibi sambil mengajaknya duduk di lokasi tak jauh dari penjual es krim.
"Bagaimana untuk hari ini, Honnie?" tanya bibi Jihoon.
"Sangat menyenangkan," ucap Jeongwoo, mencoba membuat karakter Jihoon yang manis.
Wanita tersebut tersenyum dan mencubit gemas pipi gembul Jihoon, yang diperankan oleh Jeongwoo.
"Kenapa tidak menemaniku tadi naik roller coaster?" tanya Jeongwoo bingung.
"Jantung bibi tidak kuat untuk naik wahana ekstrim," ucap sang bibi.
Bibi Jihoon tetap menemani sekalipun dalam kondisi tidak baik, Bibi yang sangat baik, batin Jeongwoo.
Jeongwoo pun melanjutkan memakan es krimnya.
Setelah Jeongwoo menyelesaikan es krimnya, ia memasuki wahana-wahana lain permainan tersebut. Hingga ketika ia sedikit lelah, sang bibi memintanya untuk duduk di dekat komedi putar.
"Bibi belikan Hoonie makanan ringan dan minum ya. Hoonie tunggu disini," ucap wanita tersebut sambil tesenyum dan pergi membelikan makanan.
Jeongwoo yang menurut, duduk di dekat komedi putar, sambil melihat anak-anak yang naik dengan wajah yang sangat amat bahagia.
15 menit.
20 menit.
Sang bibi tak kunjung-kunjung tiba. Jeongwoo ingin melangkahkan kaki untuk pergi, tetapi ia ingat kata-kata bibi Jihoon hyung.
"Aku harus menjadi anak baik. Aku harus menunggu," ucap Jeongwoo dalam hati.
30 menit.
35 menit.
40 menit.
Resah dengan sang bibi yang tidak kunjung kembali, Jeongwoo yang akhirnya mau bangkit malah didatangi oleh sepasang suami istri yang tiba-tiba memeluknya.
"Jihoon kamu baik-baik saja kan? ayo kita pulang," ucap perempuan asing tersebut sambil menggandeng Jeongwoo dengan tangan lembutnya.
Jeongwoo yang sangat bingung, tiba-tiba dihadapkan dengan sang suami yang berjongkok untuk memposisikan diri sejajar dengan Jeongwoo.
"Mulai hari ini, yang ada dalam hidup Jihoon adalah appa dan eomma. Tidak ada yang lain," ucap pria tersebut sambil menujuk perempuan yang memegang tangan Jeongwoo.
Jeongwoo yang semakin tidak paham, tiba-tiba dibawa pergi oleh pasangan suami istri tersebut. Ketika matanya mencari sang bibi, Jeongwoo menangkap dari kejauhan sosok bibi yang memandangnya dengan senyum pahit dan linangan air mata.
"Bibi─" ucap Jeongwoo lirih dan tanpa sadar tiba-tiba segalanya kembali menjadi putih dan Jeongwoo tersadar dari mimpinya.
Ada apa ini? pikir Jeongwoo sambil terduduk memikirkan mimpi Jihoon.
Dan disaat Jeongwoo merenung, ia melihat seseorang yang memegang pundaknya dan betapa terkejutnya Jeongwoo ketika melihat orang tersebut.
"Jeongwoo─" ucap Jihoon, yang memegang pundak Jeongwoo.
Tunggu
Jihoon hyung
menyadarinya?
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Next Chapter:
Apa aku tetap bisa melakukan ini tanpa adakecurigaan dari yang lain, batin Jeongwoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Park Jeongwoo - Treasure] Stuntman in Your Dream
Fanfic**Completed** Koo Jun-hoe adalah pemuda yang memiliki catatan kejahatan beruntun. Sayangnya, nasib sial mengakibatkannya meninggal dunia seketika. Ketika ia diperhadapkan pada penentuan akhir hidupnya, Tuhan memberinya kesempatan untuk menebus sedik...