Jeongwoo memadang sungai Han dengan pandangan kosong. Gemerlapan cahaya yang terpancang dari jalanan maupun gedung-gedung di sekitar, sangat kontrak dengan batin Jeongwoo.
AKKKKKKKHHHHHHH
Jeongwoo berteriak sekencang-kencang. Ia tidak peduli jika ada polisi patroli mengira dirinya adalah orang gila saat ini.
Iya, Jeongwoo sudah merasa cukup gila.
Cukup gila mengetahui akibat dari masa lalunya.
Jeongwoo melempar batu yang berada di sekitarnya ke arah sungai, meluapkan segala amarahnya.
"Waktumu sudah tidak banyak, Jun-hoe," ucap seseorang yang berada di samping Jeongwoo, membuat Jeongwoo langsung mencengkram kerah orang tersebut.
"Kalian─ benar-benar menyeramkan," ucap Jeongwoo dingin kepada malaikat yang berwujud manusia di sampingnya.
"Membuatku mengetahui keburukan terhadap adik kandungku tidaklah cukup, bahkan─ bahkan kalian membuatku menjalankan misi dengan tubuh orang yang kubunuh," ucap Jeongwoo dengan penuh amarah.
"Koo Jun-hoe─"
"Jangan menyebutku dengan nama itu. Bahkan aku sendiri jijik dengan diriku," ucap Jeongwoo dengan linangan air mata.
"Bukan saatnya kamu meratapi semua ini─"
"Lalu aku harus bagaimana? Berpura-pura menjadi teman terbaik untuk adik yang kusakiti? Menjadi adik manis untuk pemuda yang kehilangan keluarga akibat diriku?"
Sang malaikat mengenggam pundak Jeongwoo kuat-kuat, "Jangan tenggelam dalam amarah, Jun-hoe. Manfaatkanlah kesempatan hidupmu ini. Bukan berpura-pura menjadi teman terbaik, tetapi sungguh-sungguh menjadi teman terbaik. Bukan berakting menjadi adik manis, melainkan benar-benar menjadi adik manis."
Jeongwoo mengusap bulir matanya dengan kasar.
"Waktumu tidak banyak lagi di dunia ini. Berbuatlah hal baik, semaksimal yang kamu bisa. Kembalikan lagi keceriaan pada mereka, dengan tubuhmu saat ini."
"Percuma saja─ toh sebentar lagi aku akan meninggalkan mereka dan membuat mereka terpuruk."
"Lebih baik pergi dengan meninggalkan memori indah, dibandingkan pergi dengan meninggalkan kepahitan."
Jeongwoo terdiam.
"Hanya itu yang bisa kusarankan padamu," ucap sang malaikat sebelum pergi dan menghilang dari hadapan Jeongwoo.
Jeongwoo mencerna semua perkataan yang didengarnya.
Apa hanya itu pilihanku? Pergi dengan meninggalkan memori indah?
.
.
.
Jeongwoo yang sangat tidak bersemangat, hanya bisa merebahkan diri di atas tempat tidur sambil menutup mata dengan lengan kanannya.
Di kala ia berusaha menengkan diri, panggilan telepon dari Jihoon hyung membuyarkan semuanya itu.
"Hei, kenapa nada bicaramu seperti itu? Kamu sakit?" ucap Jihoon panik karena Jeongwoo menjawab dengan nada lemah.
"Tidak kok. Hanya kelelahan setelah pergi bersama Haruto," ucap Jeongwoo berbohong.
Dia berbohong lagi padaku, batin Jihoon yang sangat mengetahui sahabatnya tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Park Jeongwoo - Treasure] Stuntman in Your Dream
Fanfiction**Completed** Koo Jun-hoe adalah pemuda yang memiliki catatan kejahatan beruntun. Sayangnya, nasib sial mengakibatkannya meninggal dunia seketika. Ketika ia diperhadapkan pada penentuan akhir hidupnya, Tuhan memberinya kesempatan untuk menebus sedik...