Jeongwoo yang sudah berada di sekolah, menatap terus ke arah tempat duduk Haruto.
"Apa Haruto sakit ya?" ucap Doyoung yang melihat kekhawatiran dari raut wajah Jeongwoo.
"Tidak tahu, Doyoung. Dia tidak membalas pesanku," ucap Jeongwoo yang masih tetap memandang tempat duduk Haruto.
Dan ketika sang guru memasuki kelas, Jeongwoo barulah memutuskan tatapannya ke arah tempat duduk Haruto dan mencoba fokus ke pelajaran yang diberikan.
.
.
.
Jam istirahat pun tiba. Jeongwoo terdiam ketika sedang makan bersama Jihoon, Mashiho dan Yoshi.
"Apa kamu kena kutukan, Jongu? Tiap hari wajahmu kusut terus, seperti selalu ada masalah," ucap Jihoon.
"Temanku tidak masuk sekolah dan tidak membalas pesanku," ucap Jeongwoo.
"Yang namanya Haruto itu ya?" ucap Yoshi.
Jeongwoo mengangguk.
"Temui saja di rumahnya ketika pulang sekolah," ucap Mashiho memberi solusi.
"Tapi aku tidak tahu tempat tinggalnya," ucap Jeongwoo yang langsung dibalas pukulan sendok dari Jihoon.
"Otak itu dipakai Jeongwoo, jangan didiamkan sampai jadi artefak. Minta Yoshi carikan saja, manfaatkan sahabatmu yang anak kepala sekolah ini," ucap Jihoon.
"Nanti aku akan chat alamatnya setelah mendapat jawaban dari staff sekolah," ucap Yoshi sambil mengetikkan sesuatu pada handphonenya.
"Makasih makasih makasih," ucap Jeongwoo dengan senyum tercerahnya.
"Mood-swing banget ya Jeongwoo ini. Habis sedih langsung berubah ceria dalam beberapa detik," ucap Mashiho sambil mencubit gemas pipi Jeongwoo.
Jeongwoo sama sekali tidak protes dengan cubitan Mashiho. Pikirannya saat ini hanya tertuju pada Haruto.
Semoga Haruto baik-baik saja, batin Jeongwoo.
.
.
.
Begitu Jeongwoo sampai di rumah Haruto, ia bertemu sosok wanita yang membukakan pintu untuknya.
"Anyeonghaseyo, omoni. Saya Jeongwoo, teman Haruto," ucap Jeongwoo dengan sopan. Jeongwoo mempunyai feeling bahwa orang yang dihadapannya adalah ibu Haruto.
Sang ibu memperhatikan lekat-lekat Jeongwoo tanpa mengucapkan sepatah katapun.
"Haruto tidak masuk hari ini dan juga tidak memberi kabar. Saya hanya ingin memastikan kondisinya," ucap Jeongwoo.
Kembali, sang ibu menatap Jeongwoo dalam diam.
"Mohon maaf, tapi apakah saya boleh menemui Haruto?" ucap Jeongwoo kembali.
"Maafkan saya, tadi saya terpikir sesuatu. Silahkan masuk," ucap wanita tersebut mempersilahkan Jeongwoo masuk.
Jeongwoo pun memasuki rumah tersebut.
Rumahnya kecil tetapi tatanan rumahnya sangat rapih dan manis, ucap Jeongwoo sambil melihat sekeliling rumah tersebut.
"Maafkan sikap saya tadi. Haruto tidak pernah punya teman dekat, sehingga saya cukup heran ada yang mendatanginya," ucap wanita tersebut membuyarkan Jeongwoo dan pikirannya sendiri.
"Sebenarnya─ Haruto sedang sakit sekarang. Saya seharusnya bekerja, tetapi terpaksa cuti untuk menemani Haruto," ucap ibunda Haruto, wanita yang berbicara dengan Jeongwoo sendari tadi.
"Apakah─ apakah boleh jika saya yang menjaga Haruto? Supaya tante tidak perlu cuti kerja," ucap Jeongwoo.
Sang ibu terdiam sejenak, "Tapi kerja saya bisa sampai pagi."
Jeongwoo pun tersenyum, "Saya akan menginap. Jika diperbolehkan."
Kembali sang ibu menatap Jeongwoo lekat-lekat. "Kalau begitu saya titip Haruto ya. Makanan sudah saya siapkan, bisa dihangatkan. Kamu juga bisa pinjam baju Haruto."
"Baik. Saya akan jaga Haruto dengan baik," ucap Jeongwoo dan kemudian sang ibu menunjukkan kamar Haruto serta bersiap untuk bekerja.
Setiba Jeongwoo di kamar Haruto, dilihatnya Haruto yang tertidur dengan peluh yang membanjiri dahinya.
Jeongwoo duduk di samping tempat tidur Haruto dan menatapnya dalam.
Apakah dia bermimpi buruk lagi sekarang, batin Jeongwoo yang mengambil kompres Haruto dan menggantinya dengan yang baru.
Ibunda Haruto, yang mengintip dari balik pintu, melihat interaksi Jeongwoo dan Haruto.
Andaikata─ dia dulu bersikap seperti anak ini, batin sang ibunda yang kemudian meninggalkan mereka berdua di rumah.
.
.
.
Haruto yang terbangun, cukup terkejut ketika melihat Jeongwoo yang sudah tertidur di sampingnya dengan posisi terduduk.
Ia pun juga menyadari kompres di dahinya.
Apa aku sakit tadi, batin Haruto dan melihat Jeongwoo yang masih terlelap.
Ketika Haruto akan membangunkan Jeongwoo, tiba-tiba tangan Jeongwoo menggenggam tangannya kuat.
"Kamu sudah bangun?" ucap Jeongwoo dengan mata masih sayu, khas orang bangun tidur.
"Kenapa─"
"Aku menjengukmu dan ternyata kamu sakit. Ibumu harus bekerja, sehingga aku yang mengajukan diri untuk menjagamu hari ini. Apa kamu lapar? Aku akan hangatkan makananmu."
"Aku memang lapar─"
"Kalau begitu tunggu disini. Akan aku bawakan makananmu kesini," ucap Jeongwoo yang langsung bergegas ke ruang makan.
Haruto menatap kepergian Jeongwoo.
Andaikan kamu adalah dia, Wo, apakah aku akan menjadi orang yang bahagia? batin Haruto.
Jeongwoo yang menyiapkan makanan untuk Haruto, mengedarkan pandangannya lagi pada sekeliling rumah ini. Dan kemudian, ia datang ke kamar Haruto membawakannya makanan.
"Perlu kubantu untuk makan?" ucap Jeongwoo dan Haruto menggeleng pelan.
"Aku bisa sendiri."
Jeongwoo pun memberikan makanan ke Haruto dan Haruto melahapnya.
"Kenapa di rumahmu tidak ada foto keluarga?"
Haruto langsung terbatuk dan Jeongwoo dengan sigap memberikannya minuman.
"Apa pertanyaanku mengejutkanmu? Mianhe," ucap Jeongwoo merasa bersalah.
Haruto lantas berucap, "Tidak apa, Wo. Wajar kamu menanyakan hal tersebut."
Aku dan ibu
tidak ingin terbawa ke masa lalu
Dengan adanya foto keluarga
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Next Chapter:
Aku─ sama sekali bukan orang baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Park Jeongwoo - Treasure] Stuntman in Your Dream
Fiksi Penggemar**Completed** Koo Jun-hoe adalah pemuda yang memiliki catatan kejahatan beruntun. Sayangnya, nasib sial mengakibatkannya meninggal dunia seketika. Ketika ia diperhadapkan pada penentuan akhir hidupnya, Tuhan memberinya kesempatan untuk menebus sedik...