Haii apa kabar?? Hehe
Hanya mengingat kembali, jika tokoh yang ada didalam cerita tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan nyata dari tokoh tersebut.
Baik perilaku maupun hal yang lainnya
Kembali lagi, cerita ini hanya cerita fiksi.
Terimakasih :))"Aku baik dan, terimakasih telah menolongku kemarin" Ujar Renjun setelah sekian detik kedua manusia itu sama sama mengatupkan bibir mereka masing-masing.
Jeno yang sedari tadi terdiam, hanya mengangguk pelan "Bukan masalah, maaf kan aku sudah mengganggu tidurmu kemarin" Kini Jeno yang mengatakan permintaan maafnya karena kemarin ia telah mengagetkan Renjun yang tengah tertidur karena bentakannya kepada para pelayan yang mengekorinya.
"Oh itu, aku memang sudah terbangun jadi tak apa" Balas Renjun singkat, setelah mengingat kejadian kemarin.
"Benarkah?" Tanya Jeno memastikan kembali.
"Iya, tentu saja pangeran"
"Syukurlah, aku--" Ucapan Jeno terpotong karena atensi gadis cantik di depannya teralihkan pada datangnya dua sepasang suami istri yang sedang menhampiri Jeno dan juga Renjun.
"Renjun-ah" Sapa si perempuan muda bergaun biru pastel, mendekat ke arah Renjun dengan perut yang terlihat buncit lucu. Renjun terkekeh geli, melihat sang kakak yang sedang di omeli oleh sang suami karena berjalan begitu cepat. Bukan tanpa alasan melarang nya berjalan cepat, tapi karena memang kondisi nya yang kini kian perlu di waspadai.
Xiaojun adalah tipe orang yang begitu aktif, hingga ia tidak bisa memperhatikan kondisinya sendiri yang tengah berbadan dua. Untung saja, Pangeran Dery selalu mengingat kan istrinya itu untuk selalu berhati-hati. Walaupun pada akhirnya akan dilanggar oleh sang istri dan kemudian mereka berdebat. Seperti sekarang, mereka berdua berdebat kecil sembari mendekati pasangan muda lain yang tengah saling mencuri pandang, sesekali.
Benar-benar dua pasangan yang sangat menggemaskan, bukan?
Renjun berjalan mendekati sang kakak yang sudah sampai didepannya, membantunya untuk duduk di salah satu kursi yang berjejer rapi hasil kerjanya kemarin.
Gadis cantik nan mungil itu kembali melempar senyum sembari masuk dalam pelukan sang kakak yang merentangkan kedua tangannya lebar-lebar.
"Kakak, aku sangat merindukanmu" Ujar Renjun dengan suara yang meredam karena berada di dalam dekapan sang kakak.
"Aku juga, bagaimana kabarmu sayang?" Tanya Xiaojun merenggangkan pelukannya, memberikan jarak antara diri nya dan sang adik agar ia dapat melihat dengan jelas raut wajah adik kecilnya yang kini berkaca-kaca.
"Sangat baik kakak"
"Syukurlah, aku begitu lega mendengarnya. Aku sangat yakin disini kau bahagia walaupun awalnya mungkin sedikit tak suka. Tapi dengan melihatmu seperti sekarang, membuatku semakin yakin bahwa kau lebih dari sekedar baik" Tutur Xiaojun. Senyuman tulus miliknya pun ikut tersungging manis, membuat parasnya yang cantik semakin menawan.
"Aku pun sama, aku juga lebih bahagia lagi ketika aku tau bahwa aku akan memiliki seorang keponakan lucu dari mu. Berapa usianya kakak?" Tanya Renjun. Kedua telapak tangannya yang mungil itu bergerak mengusap lembut permukaan perut Xiaojun yang membuncit.
"6 bulan, sebentar lagi kau bisa melihat wajahnya" Renjun tersenyum senang namun kemudian ia tersentak kaget, ketika keponakannya itu meresponnya begitu cepat. Bayi dalam sana sedang bergerak kesana kemari membuat sang ibu tertawa geli karenanya. Bukan hanya karena geli, tawanya timbul juga karena ia melihat wajah sang adik yang tampak antusias menyambut buah hatinya dengan pangeran Dery.