Haiii 🤗🤗
Kembali lagi dengan bab baru nih, jangan lupa vote dan tinggalkan komen yaa, ❤
Makasihh❤❤Typo=bonus :))
Sebesar apapun usaha yang di lakukan untuk mengubah keputusan hati, nyatanya itu masih belum bisa untuk sepenuhnya mengubahnya menjadi apa yang kita inginkan. Begitu juga dengan perasaan yang mengalir seperti hembusan angin yang entah datang dari mana.
Perasaan yang tumbuh di dalam hati, itu bukanlah sepenuhnya di kehendaki oleh sang pemilik. Rasa sayang dan cinta yang di rasakan oleh seseorang tak akan tumbuh begitu saja tanpa ada nya interaksi ataupun aksi yang terdapat di dalamnya. Tapi itulah yang kini terjadi dan tengah dirasakan oleh Pangeran Jeno.
Hatinya sedang berada di ambang kebimbangan yang membuat hatinya sedikit resah, atau mungkin resah bukan hanya sedikit. Pikirannya berkecamuk, memikirkan dua sosok wanita yang kini berbagi tempat dihatinya atau lebih tepatnya memperebutkan hatinya saat ini. Tapi itu tak sepenuhnya benar. Karena salah seorang dari kedua sosok didalam hatinya masih diam tak bersuara. Entah apa yang di rasakan oleh sosok wanita itu sekarang. Setelah menjalani bahtera rumah tangga yang telah berjalan selama kurun waktu setengah tahun.
Selama ia menjalani kehidupan barunya sebagai seorang suami. Ia belum pernah sedikitpun tau, bagaimana perasaan sang istri setelah menikah. Mungkin tidak ada cinta antara keduanya 7 bulan yang lalu, tapi kini Jeno seolah tertarik dengan sosok Renjun yang diam diam memikat hatinya tanpa permisi.
Entah sejak kapan lebih tepatnya, namun setiap Jeno berdekatan dengan Renjun ia merasakan hatinya menghangat, perasaannya berbunga-bunga hanya karena berhadapan dengan sang istri. Tapi tak di pungkiri bahwa berat hati ia menerima kenyataan jika hatinya telah berpaling dari sosok lain yang telah menjadi kekasihnya selama kurang lebih dua tahun lamanya.
Hubungan yang telah terjalin cukup lama, membuat Jeno ragu akan perasaannya kepada Renjun hanya lah sebagai perasaan yang mungkin bisa di sebut dengan pelarian. Ya pelarian, karena kerenggangan antara sepasang "kekasih" itu semakin terlihat jelas setelah pertemuan mereka bulan lalu.
Jeno banyak memikirkan kemungkinan kemungkinan yang akan terjadi dalam hidupnya. Atau lebih tepatnya ia telah memasrahkan hatinya untuk memilih siapakah yang hendak ia pertahankan. Bisa saja ia bertahan dengan keduanya, tapi tidak dengan dua sosok itu. Mungkin mereka tak akan menerima sosok lain hadir dan hidup berdampingan. Sejujurnya ia tak yakin, bisa saja Renjun akan acuh tak acuh, mengingat keduanya terikat hanya karena sebuah perjodohan konyol sang ayah yang tiba-tiba menyeretnya untuk menggantikan sosok sang kakak menjadi suami dari putri raja Yuta itu.
Awalnya ia pun sama, saling mengacuhkan satu sama lain seolah mereka adalah dua orang asing yang sedang terjebak dalam lubang yang sama. Kenyataannya memang mereka adalah orang asing yang baru beberapa kali bertemu. Pertemuan nya bahkan bisa di hitung dengan jari dan jelas jatuh cinta tak akan semudah yang orang kira.
Tak ada getaran aneh yang menjalar, tak ada perasaan bergemuruh di rongga dadanya setiap kali bertemu. Dan itu tak akan terjadi karena setiap hati telah bertuan.
Renjun yang masih terjebak dalam kubangan masa lalu, terasa begitu berat memijakkan kakinya untuk melangkah ke depan. Terlebih juga dengan hatinya yang masih setia berada di titik yang sama ketika ia kehilangan orang yang begitu ia cinta.
Hatinya seakan masih menjadi milik sosok yang hilang bersama dengan tanah dan abu. Sosok yang bertahun-tahun lalu telah tertelan bumi. Sosok itu yang masih membuat Renjun mengunci hatinya rapat-rapat, hingga tak membiarkan orang lain mampu menjamahnya dengan mudah.