11. Masa Lalu Yang Belum Selesai

175 74 262
                                    

Pergelangan tangan Meira dicengkram, ia ditarik menuju tempat yang sepi. Terlihat pergelangan tangan Meira sudah memerah, ia meringis kesakitan. Berusaha melepaskan cengkraman tersebut namun tak bisa. Cengkraman itu terlalu kuat.

"Lepasin!!!" pekik Meira.

"Lo diem!" perintah orang itu dengan suara yang berat dan mengentikan langkahnya.

Tangan Meira di tepis kasar, gadis itu langsung memegangi tangannya yang terlihat bekas cengkraman. Lelaki tersebut menatap Meira dengan tatapan nanar.

"Lo apaan, sih?" hardik Meira.

"Biasa, bagi duit!" pinta seorang lelaki bertubuh tinggi dengan mata yang terlihat merah, ialah Razka.

Meira yakin bahwa Razka sudah mabuk, ia tidak aneh lagi melihat mata Razka yang begitu merah karena efek minuman keras.

"Lo abis minum?" tanya Meira.

"Gak usah sok peduli!"

Meira tersenyum miring. "Siapa yang peduli? Gue cuman nanya."

"Ck! Cepet bagi duit, pengen ngerokok!" cibir Razka yang terus memaksa Meira.

"Gue gak punya uang," jujur gadis itu.

"Bohong! Lo selalu ada uang kalo gue minta. Kenapa lo berubah, sih, Mei?"

"Setiap orang gak selalu berada diatas pasti ada masanya dia berada dibawah, dan artinya gue gak selalu punya uang. Lo tanya kenapa gue berubah? Ya karena kita udah bukan siapa-siapa lagi. Kalaupun gue masih sama lo, gue gak sudi terus-terusan ngasih uang buat lo, gue nyesel, Ka!" jelas Meira.

"Gue gak peduli. Lo mau nyesel mau nggak juga bukan urusan gue."

"Yaudah kalo bukan urusan lo kenapa lo masih ngusik hidup gue?"

"Karena lo satu-satunya cewek yang paling bisa gue bodohin," ungkap Razka dengan wajah yang seakan-akan meledek Meira.

Degg!

Jantung Meira seperti berhenti berdetak, tubuhnya lemas dan bergetar. Ternyata selama ini Meira dianggap bodoh oleh Razka, dan Meira gampang dibodohi.

Jujur, Meira sangat menyesal pernah mencintai seorang lelaki seperti Razka. Meira tidak lagi merasakan bagaimana sosok seorang ayah, maka jangan salahkan Meira kalau ia begitu gampang terbawa perasaan. Diperhatikan sedikit baper, dipedulikan sedikit baper, dan hal-hal kecil lainnya yang bisa membuat Meira terbawa perasaan.

Inner child Meira terluka, gadis itu begitu takut dengan yang namanya kehilangan. Maka saat ia menemukan sosok Razka yang sejak awal terlihat seperti sangat menyayangi Meira, ia tidak segan-segan untuk membahagiakan orang itu agar ia tidak kehilangan seseorang yang ia cintai lagi.

Namun, kini semua itu lenyap. Meira menyesal pernah berpikir bahwa Razka seperti ayahnya. Meira menyesal pernah mengenal Razka dan pernah melakukan apapun untuknya.

"Gue sadar dulu gue bego, mau-mau aja gue dijadiin ATM berjalan sama cowok kere kayak lo!" hina Meira.

"Kalo gue kere, terus kenapa lo mau sama gue, bego?!" timpal Razka yang sedikit meninggikan suaranya.

"Ternyata bener penyesalan itu datengnya di akhir. Sumpah gue nyesel pernah mikir kalo sikap lo sama kayak Ayah, tapi ternyata beda 180°. Dulu, awal-awal gue ketemu sama lo gue ngerasain apa itu cinta, tapi setelah gue tau sifat lo yang asli gue jadi ngerasain apa itu benci."

Razka tertawa sarkas. "Heh anak yatim piatu! Lo gak usah bawa-bawa Ayah, deh. Ayah lo udah di tanah. Gue juga tau duit yang lo kasih ke gue itu duit sumbangan. Iya, kan?"

From Hi To GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang