16. Info Tentang Razka

134 50 324
                                    

Gadis bertubuh pendek itu berjalan menuju gerbang sekolah. Dengan tas ransel yang ia gendong di belakang punggungnya, rambut yang ia biarkan tergerai, dan jari-jari tangan yang menggenggam erat tali tasnya.

Semua siswa dan siswi sudah berdatangan dengan wajah yang berbeda. Ada yang masih mengantuk dan ada yang sudah bersemangat memasuki gerbang sekolah.

Bagaimana dengan Meira? Gadis itu netral. Antara semangat dan tidak.

Semangatnya karena ia ingin bertemu dengan Abizar hari ini.

Tidak semangatnya karena hari ini adalah pelajaran matematika ditambah pelajaran ekonomi. Sumpah demi apapun Meira lambat dalam hal menghitung. Meski dikelasnya gadis itu adalah murid yang pintar, namun tetap dalam hal menghitung Meira lambat. Meira benci perhitungan.

Dengan langkah kaki yang lambat, gadis itu mulai memasuki gerbang sekolah dan menyapa satpam disana. Rutin setiap pagi bukan doi yang Meira sapa, tapi satpam.

Saat gadis itu sudah melewati gerbang, tiba-tiba terdengar seseorang memanggil namanya berkali-kali.

"Mei!"

"Mei, tunggu!"

"Meira!"

Gadis itu celingukan mencari seseorang yang memanggil dirinya. Sudah mencari keberadaan orang tersebut, namun tak ada di sekitar Meira. Akhirnya Meira memilih untuk melihat ke belakang.

Saat membalikkan tubuhnya, terlihat seseorang yang melambaikan tangannya tengah berlari menghampiri Meira.

Langkah Meira refleks berhenti, langsung terlihat senyuman mengembang di bibirnya. Ia diam menunggu orang itu sampai tepat di hadapannya.

Dengan nafas yang terengah-engah, lelaki itu diam didepan Meira. Membungkukkan tubuhnya dengan tangan yang ia tempelkan di dengkulnya.

"Astaghfirullah masih pagi udah lari-lari. Rusuh banget, sih, ada apa emang? Kangen ya, Kak?" ledek Meira dengan sedikit kekehan.

Lelaki itu langsung menegakkan tubuhnya dan menatap Meira dengan tatapan serius. "Ngaco lo!"

"Iya, iya, maaf. Tapi serius, ada apa sampe lari-lari ngejar aku?" tanya Meira.

"Ada banyak hal yang mau gue tanyain sama lo," jawab lelaki yang bernama Abizar itu.

Meira mengernyitkan dahi. "Tumbenan? Soal apa? Kalo mau nanyain soal matematika atau ekonomi, gak usah. Jauh-jauh sana!" usirnya.

Ternyata Meira masih memikirkan soal dua pelajaran memusingkan itu. Gawat, bisa-bisa Meira dibuat stres dengan pelajaran matematika dan ekonomi.

"Mei, siapa juga yang mau nanyain soal matematika sama ekonomi? Kelas kita aja beda," ungkap Abizar.

Meira memperlihatkan deretan giginya. "Hehe... Terus nanyain soal apa???"

"Soal Razka," jawab Abizar to the point.

Seketika raut wajah Meira berubah menjadi datar. Dahinya sedikit mengerut, tatapannya terlihat kesal.

Abizar paham dengan ekspresi wajah Meira yang seketika berubah itu. Karena pasti diantara mereka ada sesuatu yang membuat Meira seperti ini.

"Ngapain tanya soal dia?" ketus Meira.

Ketus. Sangat ketus. Wajah yang tadinya ceria, ramah, manis itu hilang. Abizar menjadi sedikit canggung dan merasa bersalah karena mungkin bisa jadi hal ini menyinggung Meira?

Tapi... Abizar begitu penasaran dengan kehidupan Razka. Abizar ingin sekali tahu banyak soal Razka sekarang ini. Karena Abizar yakin yang tahu bagaimana keadaan Razka hanya Meira, entah keyakinan itu datang darimana.

From Hi To GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang