22. Tim Dadakan

96 10 54
                                    

Rumah yang kini ditempati oleh beberapa pemuda untuk membicarakan suatu hal itu terlihat luas. Di dalamnya terdapat taman dengan pemandangan yang indah serta kolam renang yang tersedia disana.

Syabila dibantu oleh Meira membawa beberapa cemilan untuk mengisi perut mereka sembari berbincang. Mata Haikal seketika langsung berbinar setelah disuguhkan cemilan dihadapannya. Teman-teman Haikal hanya bisa diam saja, apalagi Abizar, lelaki itu memaklumi.

Disisi lain, Radit dan Januar sedang berlari-lari di sekitaran taman. Mereka hampir saling dorong satu sama lain ke kolam renang. Padahal mereka tidak terlalu dekat, namun sekarang ini mereka terlihat sangat akrab.

Sedangkan Johan, ia duduk sambil menikmati hembusan angin dengan mata memejam. Seketika lelaki itu teringat akan kenangan bersama Razka saat mereka berteman. Johan terkekeh mengingat hal itu, ternyata dirinya dengan Razka pernah saling berbagi suka maupun duka.

Beberapa menit mereka menikmati suasana taman dirumah Syabila, akhirnya mereka pun berkumpul dan mulai membicarakan hal yang tadi belum sempat terungkap.

Haikal melirik ke arah Abizar yang sedang melamun dengan tangan yang memegang sebuah snack. "Bi, sebelum lo jelasin ke kita gue mau tanya. Apa lo udah siap buat cerita? Gue pribadi gak akan maksa kalo lo belum mau dan siap. Tapi kalo lo udah cape buat mendem, cerita aja, ada kita," ujar Haikal.

Dari samping Meira tersenyum, dirinya setuju dengan apa yang Haikal katakan. "Iya, Kak, bener kata Kak Haikal. Kita gak maksa kok kalo Kak Abizar belum siap. Aku tau kalo soal mendem pasti Kak Abizar udah lebih dari cape. Asal Kak Abizar tau aja, kita disini gak akan merasa terbebani sama cerita itu, jangan ngerasa gitu, ya?" timpal Meira.

Abizar menunduk, ia menghela nafas. "Gue bingung."

"Bingung kenapa?" tanya Radit.

"Dari dulu, semenjak kejadian itu gue gak mau cerita sama siapapun bukan karena gue takut mereka terbebani doang, tapi takut mereka kayak Bunda. Gak percaya sama gue dan akhirnya benci sampe sekarang," ungkap Abizar.

Tepat disamping Haikal, Radit membelalakkan matanya. "Bi??? Tante Sarah benci sama lo?" Abizar mengangguk-anggukkan kepalanya. "Berarti kejanggalan yang gue liat kemarin itu nandain kalo nyokap lo benci sama lo?"

"Iya, Dit. Tante Sarah benci sama Abizar udah dari 3 tahun yang lalu," ungkap Haikal.

"HAHHHHHH?" ujar semua serentak terkejut.

"Ya ampun itu lama banget loh?" ujar Syabila.

"Lo kuat juga ya?" ujar Johan sambil menatap mata Abizar yang terlihat bahwa dirinya menyimpan berbagai masalah.

Januar menghela nafasnya. "Kalo aing diposisi itu gak bakal kuat, sih," ujar Januar.

"Kenapa nyokap lo sampe segitunya, Bi?" tanya Radit.

"Karena Bunda nyangka gue hamilin Karissa," ungkap Abizar.

Semua mata membelalak. Mereka sangat terkejut dengan pernyataan yang Abizar ucapkan. Apalagi Meira, gadis itu langsung merasa lemas saat mendengar hal tersebut.

"Karissa?! Cewek yang sering lo ceritain dulu? Jadi dia orang yang bikin lo gak mau deket sama cewek, Bi?" ujar Radit.

"Ya Allah, Bi, lo serius? Sumpah gue baru tau," tanya Haikal.

"Iya serius, dia orangnya. Sahabat gue sekaligus sahabat Razka juga. Bisa gue cerita sekarang?" jawab Abizar sekaligus bertanya. Mereka merespons dengan mengiyakan. Ekspresi dari mereka menjadi lebih serius, terlihat bahwa mereka sangat tertarik dengan pembahasan ini.

"Bisa banget," ujar Januar.

"Dulu gue sama mereka sahabatan deket banget. Malahan Karissa itu diasuh sama nyokap bokap gue, karena Mamanya udah meninggal dan Papanya kabur. Razka suka sama Karissa, dan Karissa sukanya sama gue. Waktu itu gue lagi main ke timezone sama Karissa berdua, pulangnya hujan dan itu udah malem. Jujur gue nyesel ninggalin dia sendirian karena cuman buat beli jas hujan doang. Gue yakin, kejadian yang bikin Karissa hamil pas banget di waktu itu, tapi gue belum tau siapa pelakunya sampe sekarang."

From Hi To GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang