23. Jaga Dalam Doa

63 5 0
                                    

Kedua kaki seorang gadis bertubuh pendek itu berjinjit, ia kesusahan untuk membawa buku yang sudah ia cari sejak 20 menit yang lalu. Meira mencari buku yang menurutnya bisa menjadikan ia lebih baik dari sebelumnya, buku fiqih wanita. Jika Syabila dan Januar tahu hal ini, mereka akan terkejut dan menertawakan Meira membaca buku tentang agama. Karena bagaimanapun buku yang Meira baca itu selalu saja buku bergenre romansa, maka ia tidak akan bosan.

Tangannya berusaha meraih buku tersebut yang tersimpan dipaling atas, kedua kakinya sudah tidak kuasa lagi untuk berjinjit. Ketika buku tersebut sudah mengenai jari telunjuk Meira, ternyata ada buku yang tersenggol dan hendak jatuh mengenai kepala Meira. Namun seorang lelaki dengan sigap memasang pundaknya agar buku tersebut tidak mengenai kepala Meira.

Posisi lelaki itu hampir memeluk Meira, dengan mata yang membulat Meira terkejut menyadari ada seseorang yang saat ini sedang melindungi tubuh dan kepalanya.

Dug!

Buku tersebut mengenai tubuh lelaki itu. Kedua mata Meira tak berkedip sejak lelaki itu melindunginya dari buku yang hendak terjatuh. Lelaki itu langsung memundurkan tubuhnya dan mengambil buku yang sudah tergeletak di lantai.

Dengan santainya lelaki itu menyimpan kembali bukunya ke tempat semula dan ia mengambil buku yang sejak tadi Meira incar.

"Mau ambil buku ini?" tanya lelaki itu dengan menyodorkan buku fiqih wanita kepada Meira.

Di detik itu juga Meira mengedipkan kedua matanya dan memalingkan wajahnya. "I-iya. Makasih, Kak!" ujarnya gugup.

"Aduh, jantung gue senam," ujar Meira dalam hati.

Lelaki itu mengangguk. "Lain kali kalo mau ambil buku yang gak terjangkau sama lo, pake tangga kecil yang disediain," saran lelaki itu sambil jari telunjuknya menunjukkan ke arah tangga kecil itu disimpan.

Meira mengangguk canggung. "Aku gak liat tadi." Lelaki itu merespon hanya dengan mengedikkan bahunya.

"Btw, Kak Abizar lagi ngapain disini?" tanya Meira kepada sosok lelaki yang telah melindunginya tadi. Iya, dia adalah Abizar.

"Gue kesini buat jualan kolak pisang." Meira sempat mengernyitkan dahi saat Abizar menjawab pertanyaannya. "Ya gue kesini buat baca buku, lah, Mei."

Seketika senyuman manisnya terukir di bibir Meira. "Maaf, aku basa-basi doang, sih, itu."

"Basa-basi karena mau nutupin salting, kan?" goda Abizar.

"Apaan, sih!" elak Meira.

Abizar tidak menghiraukan perkataan Meira. Lelaki itu mengambil sebuah buku membuat Meira penasaran buku apa yang akan Abizar baca. Meira terus melirik buku tersebut, matanya tak berpaling dari buku yang kini Abizar pegang.

"Mau baca disini?" tanya Abizar. Kedua mata Meira refleks menatap Abizar. Kini objek di depannya lebih menarik dibandingkan buku.

"Iya, Kak. Kalo boleh tau Kak Abizar mau baca buku apa, tuh?" tanya Meira.

"Buku tentang kisah cintanya Ali sama Fatimah."

"Hmmm, kenapa minat baca buku itu?"

"Suka aja. Karena kisah cinta Ali sama Fatimah itu menarik, gue gak pernah bosen sama kisah mereka meski udah dibaca beberapa kali."

Mendengar jawaban Abizar yang terlihat jujur, Meira semakin penasaran apa isinya tentang kisah itu. Karena sejujurnya, Meira belum pernah membaca kisah cinta para sahabat nabi.

"Emang kayak gimana? Aku pengen tau dong."

"Mau gue ceritain?" tawar Abizar.

"Mau, Kak, mau banget!" sahut Meira.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 25, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

From Hi To GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang