12. Abizar, Makhluk Tergengsi

180 73 336
                                    

Setelah melihat Razka semakin menjauh dari Meira dan Abizar, lelaki jangkung yang jaraknya tak jauh dari Meira itu berdecak kesal sambil memegang sudut bibirnya yang berdarah.

Meira melangkahkan kakinya mendekat ke arah Abizar dengan perlahan, saat ia sudah berada di depan Abizar gadis itu ditatap datar oleh oknum yang habis beradu mulut tersebut.

"Kakak gapapa?" tanya Meira dengan wajah khawatir.

"I'm okay. Seharusnya gue yang tanya, lo gapapa?" tanya Abizar balik.

"Aku gapapa. Emmm... itu... berdarah, Kak," ujar Meira dengan jari telunjuk yang ia arahkan ke sudut bibir Abizar.

Abizar mengangguk. "Gue tahu."

"Mau aku obatin? Ke UKS aja, yuk?" ajak Meira.

"Ck! Gak usah. Lagian cuman gini doang jangan lebay," tolak Abizar.

"Bukan lebay, tapi itu berdarah. Ya aku kasian aja nanti kalo Kak Abizar makan pasti perih, deh. Terus nanti kalo darahnya ke makan gimana? Kan gak enak makanannya kecampur sama darah apalagi perih nanti ma-"

"Bawel lo!" potong Abizar membuat Meira sedikit terperanjat. "Yaudah obatin," pintanya.

Seketika raut wajah Meira berubah menjadi sumringah. Gadis itu mengangguk semangat lalu mempersilahkan Abizar agar lebih dulu berjalan daripada dirinya. Meira tidak mau berjalan sejajar dengan Abizar.

"Jalannya sampingan aja kali, gak usah dibelakang," usul Abizar.

"Jangan," jawab jawab Meira yang berjalan sambil menunduk. Tak hilang senyuman yang mengembang di bibirnya.

"Kenapa jangan?" tanya Abizar.

"Karena, kan, kalo makmum itu berada dibelakang terus imamnya di depan," ujar Meira enteng tanpa rasa malu.

Mendengar hal itu Abizar menghentikan langkahnya. Meira yang berjalan sambil menunduk itu tak sengaja langsung menabrak punggung Abizar.

Dugg!

"Aduh!" keluh Meira yang langsung memundurkan tubuhnya.

"Kenapa gak lanjut jalan?" protes Meira.

Abizar membalikkan tubuhnya, ia menatap Meira yang langsung menundukkan kepala. Abizar diam tidak mengeluarkan sepatah kata pun, Meira yang penasaran sebenarnya Abizar sedang apa langsung menengadahkan kepalanya.

Merasa mempunyai kesempatan, Abizar menyentil dahi Meira pelan. "Fokus sekolah dulu jangan ngomongin itu!"

"Awhh! Kok aku disentil, sih? Emang aku ngomong apa?" keluh Meira sambil memegangi dahinya.

"Itu apaan makmum sama imam."

Meira mengernyitkan dahi. "Lah, orang aku bener? Kan, kalo makmum emang dibelakang imam."

Abizar seketika membisu, apa yang Meira cakap memang benar. Kenapa Abizar malah salah paham? Aduh, Abizar ini kenapa...

Meira senyum-senyum ternyata Abizar peka terhadap apa yang Meira ucapkan. Gadis itu menjahili Abizar dengan raut wajahnya, lelaki jangkung itu hanya bisa menatap Meira dengan tatapan mata menurun.

"Ohh aku tau. Pasti Kak Abizar ngira aku ngomong kayak gitu buat makmum sama imam kalo udah suami istri, ya? Aduh, ternyata Kak Abizar pikirannya udah kesitu. Tapi gapapa, Kak, aku mau kalo jad-"

"Diem!" protes Abizar.

"Ih! Motong pembicaraan mulu, gak baik tau," protes Meira balik.

"Lo bawel, sih. Katanya mau obatin gue? Ayo!" ajaknya yang langsung pergi tanpa mempedulikan Meira yang sedang cengengesan.

From Hi To GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang