07. Pemakaman

169 87 152
                                    

Dengan langkah kaki yang panjang, Abizar berjalan menyusuri koridor sekolah dengan wajah datar dan hati yang tersulut emosi. Ia menyimpan rasa kesalnya dengan cara diam, ingin rasanya membalas Razka tapi ia tak bisa. Bagaimana pun Razka pernah mengukir berbagai kejadian suka dan duka dengan Abizar.

Dari kejauhan terlihat seorang perempuan yang memegang ponselnya berlari kecil menghampiri Abizar. Namun, Abizar tak acuh. Wajahnya tetap datar tak sedikitpun melirik gadis yang kini sudah di depannya.

"Kak Abizar, haii!!!" sapanya melambaikan tangan.

Abizar menghentikan langkahnya, melirik gadis itu tanpa membalas sapaannya.

"Kak Abizar abis darimana?" tanya gadis bertubuh pendek, siapa lagi kalau bukan Meira.

"Kepo lu!" desis Abizar.

Meira menekuk wajahnya. "Ih, yaudah gak akan nanya lagi!"

Abizar tak menggubris, namun ia tertawa kecil tak terlihat oleh Meira.

Wajah Meira terlihat serba salah, ia menghentakkan kakinya. "Tapi aku kepo!"

Tak disangka Abizar memberikan sebuah senyuman kepada Meira, berbeda 180° dengan biasanya. Maka tak heran kini Meira sedang terdiam bisu, matanya berbinar.

"Gak dari mana-mana, Meiraaaaaa," jawab Abizar lembut.

Mendengar itu Meira langsung salah tingkah. Perempuan mana yang tidak salting saat sang lelaki mengucapkan namanya dengan panjang di akhir lalu disertai senyuman.

"Kenapa?" tanya Abizar dengan wajah datar lagi melihat Meira yang wajahnya sudah seperti udang rebus.

"G-gapapa," jawabnya gugup.

"Aku... boleh nanya gak sama Kak Abizar?" tanya Meira.

"Nanya apaan?"

"Boleh gak aku liat instagramnya?"

"Instagram siapa?"

"Kak Abizar, lah!"

"Gak," tolak Abizar enteng.

Meira mengernyitkan dahi. "Dih, kok gitu?"

"Gue gak punya instagram," jawab Abizar.

"Masa, sih? Kak Abizar, kan, famous masa gak punya instagram? Aku gak percaya ya!" ujar Meira.

"Emangnya kalo gue punya instagram sama kalo gue gak punya instagram kenapa? Apa urusan lo?" desak Abizar.

"Ya mau aku follow, lah, Kak."

"Gak!" tolak Abizar mentah-mentah.

"Kenapa? Pasti punya, kan? Gak mungkin orang se-famous Kak Abizar gak punya sosmed," ujar Meira.

"Gak!"

"Gak gak mulu. Emang kenapa gak punya instagram? Padahal enak, loh, Kak Abizar, kan, famous pasti banyak yang follow terus nanti dapet endorse bisa dapet uang. Ih, sayang banget, deh!" racau Meira.

"Gue gak mau dikenal banyak orang," jawab Abizar membuat Meira seketika terdiam.

"Gak nyaman," lanjut Abizar kemudian melangkahkan kakinya pergi menjauh dari Meira yang sedang terdiam bisu sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Bego! Berarti itu akun bukan punya Kak Abizar dong. Terus ngapain gue follow? Tapi kenapa di follow juga sama Kak Radit sama Kak Haikal? Ah, si Syabila gak bener cari infonya!" racau Meira lalu berlari mencari keberadaan Syabila.

"SYABILAAA!!"

"SYABILLL KELUAR LO!"

"BILAAA!"

Teriak Meira beberapa kali, dan akhirnya terlihat lah batang hidung Syabila. Ia datang seperti biasa, dengan cemilan di tangannya.

From Hi To GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang