02. Dark

319 110 258
                                    

Gadis berwajah bulat itu sedang berjalan disekitar koridor sekolah, tangannya sibuk mencari sebuah benda di dalam tasnya. Sampai-sampai dirinya tidak melihat ke depan, kepalanya menunduk.

Tidak sadar ternyata di depannya terdapat tiang. Gadis itu hampir menabrak tiang di depannya, namun beruntung ada sebuah tangan yang menghalangi dahi Meira dari tiang tersebut.

Duggg!

Meira terdiam, menengadahkan kepalanya. Terlihat seorang lelaki bertubuh tinggi sedang melihat Meira dengan tatapan datar. Meira mundur, lelaki tersebut menurunkan tangannya lalu ia masukkan ke dalam saku celana.

"Gara-gara lo gue harus ambil wudhu lagi," lontar lelaki jangkung itu.

Meira melongo. "Hah?" Seketika Meira memahami apa yang orang itu ucapkan, kulit mereka bersentuhan tanpa ada penghalang kain. Meira mengerti mungkin lelaki jangkung itu mempunyai wudhu. "Eh, sorry. Lagi punya wudhu? Kalo gitu ngapain ngebiarin tangannya kena jidat gue?"

"Terus lo mau kejedot gitu kalo gue biarin?"

Meira menggeleng pelan. "Nggak..."

"Yaudah," ujar lelaki bertubuh tinggi itu yang langsung melangkahkan kakinya pergi. Meira mengernyitkan dahinya, menurut Meira laki-laki itu sok jual mahal, mentang-mentang ganteng.

Meira berbalik badan. "Tunggu!" Alhasil lelaki itu menghentikan langkahnya tanpa membalikkan badan, namun kepalanya melirik ke samping meski sedikit.

"Namanya siapa??" pekik Meira. Lelaki itu tidak menggubris, dia terdiam sejenak lalu kembali melangkahkan kakinya pergi menjauh dari Meira.

Gadis berwajah bulat itu berdecak, ia kesal. "Ih cuek banget, sih, mentang-mentang ganteng. Tapi gapapa, deh, yang penting tangannya pernah kena jidat gue. Jinat jenong pembawa keberuntungan," ujar Meira sambil memegang dahinya cengengesan.

- - -

Meira dan Syabila sedang berjalan dengan santai menuju kantin. Tangan Syabila bergelayut ditangan Meira sambil mereka mencari-cari makanan yang akan mereka santap.

Saat mereka sedang berjalan menuju meja yang akan mereka tempati, mereka berpapasan dengan Abizar dan kawan-kawan.

Meira sumringah dan langsung menyapa Abizar tanpa rasa malu.

"Hai, Kak!" sapa Meira melambaikan tangan.

"Waalaikumussalam," jawab Abizar yang berbeda dengan sapaan Meira sejak awal.

Alhasil Meira langsung merasa malu. "Hehehe, assalamu'alaikum," sapanya ulang.

"Hadeuh, ada cowok ganteng dikit gelagapan, dasar cewek! Istighfar cepet!" celetuk Haikal.

"Ya maaf, abisnya langsung kayak terhipnotis gitu, Kak," balas Meira.

"Karena bukan hanya laki-laki saja yang menyukai keindahan, maka wanita juga harus menjaga pandangan. Ya kan, Bi?" tanya Radit.

Abizar hanya mengangguk datar tanpa mengeluarkan satu kata sedikit pun.

"Dengerin, tuh! Zina mata, Ukhti, zina mata!" celetuk Haikal dengan nada yang terlihat tidak santai dan wajah sangarnya.

"Kak, selow ae dong mukanya kek ngajak tarung mulu kalo ngomong. Baywan sini!" kata Syabila.

Haikal menimpal, "ogah, maunya bakwan. Jangan ganggu gue, laper tau!"

From Hi To GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang