0.2 | Hubungan

2.5K 491 97
                                    

Relationship

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Relationship

•—•

Namanya; Alikka Jennie Caesa.

Alika dalam bahasa Indonesia berarti Kebahagiaan. Dan Caesa, berarti seseorang yang ulet. Selayaknya barisan doa yang gadis itu bawa kemanapun dirinya berada, nama itu laksana pesan yang bersih.

Parasnya yang cantik—manis, manis sekali—mata kucingnya yang tajam namun hangat, pipi tembam namun wajahnya yang kecil, kulit putihnya, senyuman yang selalu membuat bahagia orang-orang sekitar; Jennie memilikinya.

Jennie datang ke Universitas Histori Bangsa atau yang dikenal dengan HisBa dengan banyak prestasi di masa abu-abunya. Pernah dirinya menjabat sebagai ketua OSIS, pernah dirinya menang sebagai perwakilan olimpiade Debat Bahasa di tingkat provinsi, pernah dirinya mengikuti lomba cerdas cermat hingga di kirim sekolahnya ke pulau Dewata; Jennie melaluinya.

Hingga kala ikuti beasiswa masuk universitas ternama di Negara ini pun dirinya lolos.

Lantas, apa yang kurang dari diri gadis itu?

Bukankah, jika seorang lelaki miliki kekasih seperti Jennie—tak ayal mereka akan membanggakannya di depan teman sejawat, membawa namanya ke banyak manusia bahwa Jennie sudah di hak pateni?

Namun mengapa tidak untuk pemuda yang satu ini?

Aldebra Taehyung Swarna; Sosok kakak tingkat yang kini menjadi kekasih Jennie sejak enam bulan yang lalu.

Memandangi jendela unitnya, Jennie menatap bulan yang bersinar terang di atas sana. Terlihat begitu cantik, seolah memang semesta bangga memilikinya.

Jennie ingin seperti bulan.

"Udah pulang belum ya, Kak Taehyung? Mau chat tapi takut, hh—" menghembuskan napasnya yang berat, serta-merta Jennie menutup tirai jendelanya, dengan kaki yang kini melangkah menuju kursi rias miliknya.

Jennie tinggal di sebuah unit apartemen yang tak jauh dari kampusnya berada. Keluarganya tinggal jauh di daerah Pekanbaru, membuat Jennie yang memang miliki mimpi tinggi harus rela berpisah dan bersedia hidup sendiri di Ibukota.

Mendudukan bokongnya di sana, manik gadis itu terlempar pada jam dinding yang berada tepat di samping kaca; sudah pukul delapan malam lebih empat puluh menit.

Ponselnya; benda persegi panjang yang entah sejak kapan telah ia genggam kembali, saat ini kepala Jennie banyak mempertimbangkan. Biasanya, di tengah acara paling tidak Taehyung akan mengabarinya barang segelintir kata.

Tetapi hari ini, kosong.

Tak sedikitpun ada balasan milik pemuda itu bahkan untuk kalimat terakhir yang dirinya kirim siang tadi.

SEMBILUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang