0.6 | Panggung

2K 413 83
                                    

Track:
Nadin Amizah - Taruh

Highly recommended; kalau ada play mulmed, mulmednya dinyalain ya, temen-temen

•—•

The performance

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

The performance.

•—•


Dua minggu berlalu.

Hari ini, tepat kala mentari baru saja bangkit dari singasananya. Bagaimana langit gelap mulai tersisih digantikan dengan biru yang semakin lama semakin muda—mereka, para pengurus acara baru saja bangun dari tidur singkatnya.

Ya, cukup singkat mengingat malam tadi mereka habiskan untuk diskusi kemantapan acara terakhir kalinya.

Beberapa dari rekan organisasi memang pulang ke rumah masing-masing. Namun, untuk mereka yang memang inti dan sangat dibutuhkan saat fajar, memilih tuk menaruh lelap di aula kampus—tentunya atas izin perguruan mereka. Termasuk Taehyung; yang pagi-pagi sekali sudah berada di hadapan panggung.

Panggung Bulan Musik.

Di mana mayoritas mahasiswa begitu tertarik dengan hal-hal baru yang akan disuguhi.

"Sarapan dulu, Tae. Windi udah beli buryam." Punggung milik Taehyung ditepuk oleh seorang rekan organisasinya. Pemuda dengan unjung nama Swarna itu mengangguk—namun, saat dirinya menoleh, presensi yang begitu ia kenali berdiri tertangkap matanya. Menatapnya dengan senyum tipis.

Kakaknya. Dakhta Namjoon Swarna. Yang dalam pandangannya mengangkat satu tas kecil mirip dengan bekal makanan.

Beberapa detik dilalui dengan hening hingga sosok bernama lengkap; Hoseok Rajasa itu menjentikan ibu jari dan telunjuknya tuk membubarkan lamunan Taehyung, "Aldebra—Haloooo?"

"Eh?"

"Kok ngelamun sih lo? Ayo, anjir. Rata-rata udah kumpul di dalem, sarapan."

Taehyung berdecak, kini sepenuhnya menaruh atensi pada Hoseok dan meninggalkan tatapnya dari Namjoon.

Tak tersisa.

"Sori. Iya. Ayo."

Dan Namjoon di sana, menghela napas maklum dengan sungging bibirnya. Sekotak nasi dan ayam buatannya—tentu tak akan mudah diterima oleh sang adik, apalagi ini adalah perdana ia melakukannya.

Wajar. Percobaan pertama, kok. Monolognya berusaha menghibur diri.


•—•



Langit sudah terlihat jingga. Waktu yang memang dipilih, ialah siang hingga senja.

Dari tiga belas penampil, sepuluh di antaranya sudah tampil.

SEMBILUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang