1.3 | Rumah

1.6K 388 138
                                    

HALOOOO🥺

•—•

Home

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Home. My home.

•—•

Ia tak pernah tahu bisa sebegini menyakitkan. Ia tak pernah menyangka jika mencintai seseorang bisa sebegini melelahkan.

Dasar kepedean!

Kalimat itu terngiang bagai rangkaian kata yang kusut karena saking banyak jumlahnya. Berkeliaran tak ingin berhenti. Menyakitkan, namun dengan segera harus ia hadapi. Bagaimanapun caranya.

Izora siang itu menangis.

Bukan menangis karena Taehyung nyatanya telah dimiliki orang lain. Ia tak mungkin membenci fakta itu. Melainkan, ia menangis karena dirinya sendiri. Ia yang terlalu cepat mengambil kesimpulan. Cintanya yang terlalu lama hidup dalam dongeng yang nyatanya ia ciptakan seorang diri.

"Your feelings are valid. Lo nggak berada di posisi yang salah, dia yang sejak awal nggak tegas sama statusnya."

Izora tertawa, sumbang. Telinganya menerima dengan baik bait kata yang disampaikan gadis lain di seberang sana, di sambungan teleponnya. Jemari gadis itu mengusak bagian hidungnya yang telah memerah, lalu memegang sekotak bekal makanan yang berisi kue kering—ia membuatnya pagi-pagi sekali, berniat untuk memberikannya pada Taehyung—namun harus gugur bahkan sebelum pemuda itu menyicipinya satu gigit pun.

"Iya. Tau." Gadis itu tahu. Perasaannya valid. Tak ada kesalahan atas itu sebab memang yang ia lihat selama ini Taehyung tak miliki siapapun. Namun itu sebelum—ya, sebelum Izora menemui fakta jika Taehyung bukan pemuda yang seharusnya ia jatuhi dengan rasa dadanya. Demi semesta dan isinya, ia juga tak ingin mencintai lelaki yang hatinya telah dimiliki orang lain. Perusak, perebut, atau benalu—Izora tak pernah menyukai peran itu.

"Tapi ya gimana? Mau nggak mau—harus ilang." Izora berujar.

Wendy Alunnya terdengar menghela napas di sana.

"I'll be there. Ajakan gue ke dermaga masih berlaku. Kita seneng-seneng hari ini, oke?"

Mencoba mengangkat senyum bibirnya, Izora mengangguk meski gadis itu tahu Wendy tak akan melihatnya, "Oke. Gue tunggu, ya."


•—•


Matahari bersinar terik menjinjing senja yang menghampar pada jendela kaca itu. Menelusup mudah tanpa menganggu pendingin ruangan yang bekerja selayaknya biasa. Pukul lima nyaris menyentuh enam, tiga pemuda itu tak langsung pulang ke hunian masing-masing sebab tengah mengerjakan tugas bersama.

Taehyung hari itu berada di salah satu meja kafetaria kampus bersama Jimin serta Jungkook. Mereka bertiga duduk dengan satu laptop menyala dan Jimin yang mengetik sedangkan Jungkook serta Taehyung memegang dua buku tebal sebagai acuan.

SEMBILUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang