0.8 | Pesan

2K 432 78
                                    

2000+ Words🌟

2000+ Words🌟

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Messages

•—•


Ruangan itu didominasi dengan warna hitam dan gelap ditambah dengan segelintir interior yang berwarna keemasan. Bisa dibilang, untuk dihuni satu orang, kamar itu besar. Mewah. Elegan. Marmer yang menjadi pijakan mampu mencerminkan seberapa menariknya kamar milik sang pemuda.

Pemuda Aldebra.

Sosok yang saat ini tengah duduk di bibir ranjang dengan lengan kiri yang mengusak surai hitam basahnya dan satu lagi memegang ponsel melihat sederet pesan yang dikirimkan oleh teman satu organisasinya. Tak jauh dari sebagian potret Bulan Musik beberapa saat yang lalu, serta komentar anak-anak tentang event yang mereka adakan itu.

Seulas senyumnya muncul. Tak berbohong jika dirinya cukup puas akan apa yang terjadi siang hingga petang tadi, semuanya nyaris sesuai yang mereka rencanakan.

Namun, mengingat segerombol euphorianya hari ini, pikirannya terlempar ke arah bagian paling mengecewakan yang mana dirinya menjadi antagonisnya, lagi dan lagi.

Menjatuhkan handuk dari jemari ke ranjangnya, kini pemuda itu menyugar surainya kebelakang baru kemudian dua telapaknya fokus pada benda pipih yang tampilkan penampilan kekasihnya senja tadi.

Video yang menampilkan jika kata indah tak akan cukup tuk menggambarkan Jennie Alikka Caesa. Bagaimana jemari kecil itu lihai memetik gitar, pipinya yang sedikit berisi, rambut halus panjangnya, suara luar biasa lembut dan penuh penghayatan—gadis itu sempurna.

"Kamu cantik. Yang paling cantik dan aku yang paling beruntung bisa disayangin sama kamu, Dek."

Dan di detik yang sama, ia membenci dirinya sendiri yang tak mampu memberi Jennie versi terbaik dari dirinya.

Sampai di mana suara ketukan dari arah pintu kamarnya terdengar, Taehyung terpaksa menghentikan putaran video itu.

Ia mengantongi ponsel miliknya, lantas menoleh dan menemukan sosok wanita berkaki jenjang dengan dress cokelat tua masuk bersama dua lengannya yang menenteng nampan berisi makanan.

Taehyung menghembuskan napasnya lelah, di saat yang bersamaan dengan wanita berusia kepala empat itu bersua, "Halo, Al. Udah mandi, ya? Wangi sabun banget."

Hanya dehaman singkat yang Taehyung beri.

Roana Adisthy Swarna—ibu kandung pemuda itu tersenyum maklum. Ia terbiasa, terbiasa sekali dengan sikap dingin sang anak. Memberi gestur agar pemuda itu sedikit menggeser tempatnya, Roana bersyukur puteranya itu paham.

Hingga saat di mana ia duduk bersebelahan dengan Taehyung, piring di atas nampan yang dibawanya ia letakan langsung pada jemari si pemuda yang refleks menegadah. Wanita itu menyisakan segelas susu di genggam jemarinya sendiri sedangkan nampan itu ia peluk.

SEMBILUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang