1.2 | Peringatan

2.4K 457 225
                                    

CW / Akan banyak part social media (please ignore timestamp), harsh words, mention of hate speech.

CW / Akan banyak part social media (please ignore timestamp), harsh words, mention of hate speech

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

No Need To Warn Me.

•—•


Imanuel marah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Imanuel marah.

Dan Namjoon merasa begitu bersalah.

Pemuda yang berada di antara rak susunan buku—perpustakaan, duduk di salah satu meja dengan layar laptop dan buku terbuka, menghela napasnya berat. Ketikan jemarinya berhenti, hilang di antara paragraf susunan tugas dan beralih fokus pada ponsel pintarnya.

Nyatanya, ada sesuatu yang tak Namjoon ketahui dari adik kandungnya itu.

Meskipun dirinya tahu, jika pun hubungan Taehyung dan adik dari sahabat karibnya itu berjalan—semua akan rusak pada waktunya. Waktu yang tak mampu Namjoon prediksi namun pasti akan terjadi dan penyebabnya ada pada tertua Swarna.

Pemuda bertubuh tinggi tegap itu pernah membayangkan kemarahan Seokjin jika sampai Izora masuk dalam masalah keluarga mereka. Pernah. Bahkan sering. Maka detik ini, Namjoon tak tahu mana yang benar. Ada lega di dadanya jika sosok itu bukan Izora, bukan adik dari sahabatnya. Gadis yang nanti akan menerima sakit karena penolakan besar itu tak miliki hubungan apapun dengan Seokjin yang artinya; Namjoon tak harus pusing memikirkan keselamatan hubungan persahabatannya.

Namun sekali lagi, Namjoon tak tahu mana yang benar.

Apakah sisi egoisnya benar atau justru salah, Namjoon tak tahu.


•—•



Aroji di pergelangan tangannya telah menunjukan pukul sebelas siang. Memang, tadi dirinya sempat pulang ke rumah untuk mengambil beberapa keperluan kelasnya hari ini. Tidak begitu lama, bahkan sangat cepat dan satu-satunya manusia yang ia temui pun hanya bibi dan petugas kebersihan rumahnya.

Hingga kini dirinya berada di dalam mobil, menunggu lampu merah dengan punggung tubuh yang bersandar penuh pada kursi. Kedua telapak melekat di atas kemudi, salah satu jemarinya—telunjuk kiri—mengetuk-ngetuk di sana.

SEMBILUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang