37. Langkah Pertama

55 15 27
                                    

2 hari menuju 2022, semoga suka dan jangan lupa untuk memberi dukungan dalam bentuk vote dan komen.

"Cukup kamu, maka duniaku akan terus baik."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Ranti seketika menjadi orangtua over protektif. Setelah acara sarapan bersama usai, ia melarang keras ketika Kaska menyuarakan keinginannya untuk pergi ke sekolah dengan alasan luka sang anak di wajah masih begitu miris untuk siapa pun yang melihatnya. Pun tidak sekali dua kali Kaska mengeluh jika punggungnya sakit, hal itu semakin membuat Ranti tegas melarang barang selangkah sekali pun kaki Kaska meninggalkan rumah.

Seperti saat ini contohnya. Di sofa ruang keluarga, Ranti dengan ulet membersihkan kembali lebam-lebam di wajah anak semata wayangnya itu menggunakan kapas yang sudah diberi cairan alkohol bekal dari Rumah Sakit.

"Mi ... malu ih. Udah," rengek Kaska seraya menjauhkan wajah.

"Ck!" Mami berdecak menegur, lantas menarik wajah Kaska agar kembali mendekat. "Kamu tuh diobatin bukannya seneng malah malu. Lagian malu sama siapa, sih? Biasanya aja bertingkah kayak anak kecil," selorohnya mencibir.

Kaska melotot. Berrniat menegur, akan tetapi, kenyataan memang berkata demikian. Alhasil yang pemuda itu bisa lakukan hanya menghela napas sambil meluruhkan bahunya bak zombie kelaparan.

Ranti jadi terkekeh geli melihatnya. "Kamu malu sama Tanaya, 'kan?" tebaknya tiba-tiba dengan nada menggoda.

Sontak Kaska melirik Tanaya yang tampak anteng menonton kartun di sofa yang tersedia televisi di depannya--berjarak sekitar lima belas meter dari Ibu dan Anak itu. "Jangan sok tahu deh." Ia menyangkal.

"Bukan sok tahu, Mami emang tahu," ucapnya diiringi tawa meledek, berhasil membuat Kaska mencuatkan bibir kesal. "Heh, kamu tuh udah SMA, nggak pantes cemberut-cemberut kayak gitu," lanjut sang Ibu berujar geli.

"Mami sih, cari gara-gara."

"Dasar anak bujang, anak bujang."

Selagi diobati, retina Kaska bergerak sesuai kemauan hati. Memandangi gadis pemilik tutur kata paling sopan yang pernah ia temui.

Melihat gadis itu cekikikan dengan bibir yang si empu tutupi dengan telapak tangan, Kaska berhasil tergugu karena tersipu. Beruntunglah pipi bisa diajak kerja sama untuk tidak memunculkan rona merah. Jika saja hal itu terjadi, sudah dipastikan Mami akan mengolok-oloknya.

"Ah, iya." Tiba-tiba Kaska teringat sesuatu.

"Apa sih, Sayang. Kaget nih Mami," keluh Ranti menepuk bahu sang anak pelan.

Posisi duduk bersila yang semula menghadap depan, Kaska geser menjadi berhadapan penuh dengan Ranti. "Mi, soal permintaan Kaska--"

"Jangan yang aneh-aneh," tegur Mami, bahkan kalimat belum tersuara dengan lengkap dari mulut Kaska.

Save Me (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang