5. Pohon Harapan

134 24 57
                                    

"Untuk bisa bahagia, berkeluh kesah menjadi hal pertama yang harus dilakukan."

"Aku bareng sama Bapak, ya?" tanya Tanaya pagi itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku bareng sama Bapak, ya?" tanya Tanaya pagi itu.

Faiz yang tengah mengigit sandwich mengangkat kepala. "Kamu, kan, bareng Deri. Kalian nggak lagi marahan, kan?"

Tanaya mengulum bibir, berganti menatap Seli yang duduk di samping suaminya. "Bu, boleh sama Bapak, ya?"

Wanita yang kali ini mengikat rambutnya itu mendorong gelas berisi susu ke hadapan Tanaya. "Kalo kamu sama Bapak, apa nggak kasian sama Deri yang jauh-jauh ke sini cuma buat jemput kamu?"

Ternyata sama seperti yang sudah-sudah, Deri masih menjadi hal istimewa bagi mereka. Mau Tanaya merengek sekali pun, Seli dan Faiz tetap tidak akan menuruti permintaannya.

"Tapi, Bu. Aku kangen berangkat bareng sama Bapak," ungkap jujur Tanaya sekaligus untuk menghindari pria itu tentu saja.

Tapi Faiz terus menggeleng. "Next time, ya. Bapak nggak enak sama Deri, dia pasti rela bangun pagi-pagi biar bisa bareng sama kamu."

"Ibu juga mikirnya gitu," sambar Seli. "Kamu, Tanaya, harusnya bersyukur bisa punya pasangan kayak Deri. Dia udah baik, sopan, tampan, keluarganya dermawan pula," lanjutnya memuji. "Berangkat bareng Deri aja, ya?"

Seli menatap penuh harap anaknya, membuat Tanaya jadi tidak enak untuk menolak. Alhasil wanita itu pasrah saja mengangguk-anggukkan kepala. "Iya, Ibu. Aku bakal bareng Deri."

Perlu diketahui jika Seli dan Faiz saat ini bekerja di sebuah perusahaan ternama yaitu Thamson Group yang di mana pemiliknya adalah keluarga Deri. Alasan kuat mengapa sepasang suami-istri itu tetap kekeh menjadikan Deri sebagai pasangan anaknya, meski berulang kali Tanaya merengek meminta agar perjodohan itu dihentikan.

Semenit kemudian suara mesin mobil terdengar, Seli dan Faiz terlihat antusias. Berbanding terbalik dengan Tanaya yang menghela napas.

Tubuh Seli bergerak bangun. "Ibu panggil Deri dulu, ajak sarapan bareng kita," katanya dengan wajah yang tak pernah luntur dihiasi lengkungan indah.

"Nggak perlu, Bu," ujar Tanaya mampu menahan pergerakan Seli. "Biar aku aja yang keluar."

"Tapi sandwich kamu belum habis loh." Itu teguran dari Faiz.

"Aku udah kenyang, Pak."

Tanaya mendorong kursi ke belakang untuk bangun, menyambar ransel yang sudah siap di kursi sebelahnya. Gadis itu lantas berjalan memutar ke sisi meja seberang dengan tujuan menyalimi kedua orang tua angkatnya itu.

Save Me (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang