"Katanya sembunyi hanya berlaku untuk seorang pengecut."
"Yang udah cepet kumpulin ke depan, udah ditunggu sama Pak Memes nih. Kalo telat satu menit aja kalian tau sendiri, kan, apa risikonya?!" ucap Brandon dengan suara bass di depan papan tulis yang masih penuh dengan coretan.
Mendengar instruksi dari ketua murid, siswa-siswi penghuni kelas yang sering orang-orang sebut dengan kelas Einstein itu serempak berhamburan menuju depan tanpa perlu diperintah dua kali. Tanaya menjadi bagian dari mereka, bahkan sebenarnya gadis itu sudah menyelesaikan tugas yang Pak Memes beri sejak tadi. Ia hanya tak ingin semakin ditatap sinis jika mengumpulkan paling awal.
"Udah semua, kan, ini? Gue nggak mau, ya nanti balik lagi cuma karena ada yang belum ngumpulin." Brandon memperingati.
"Kan, itu tugas lo. Jadi KM kudu harus rela bolak-balik lah," sambar Jimi sebelum melenggang keluar bersama sang kekasih.
Brandon berdecih samar bersama mata memicing memandang. Beginilah memang kondisi kelas berisi otak pandai, tidak ada yang benar-benar akur, saling tusuk menusuk hanya untuk mendapat nilai besar.
Tanaya usai membereskan buku yang dimasukkan ke dalam ransel lantas menghampiri Brandon. "Kalau kamu nggak keberatan, aku bisa bantuin hitung jumlahnya kalau emang ada yang kurang," katanya menawarkan bantuan.
"Nggak perlu. Lagian gue yakin di kelas ini pinter semua," tukas Brandon. Si rapi yang selalu wangi itu mulai mengangkat setumpuk buku tugas.
Menyaksikan Brandon yang keluar, Tanaya jadi merasa tak enak padahal tidak seharusnya begitu.
Perasaan ini dimulai saat Brandon terang-terangan berkata jika tidak menyukai keberadaan Tanaya entah apa sebabnya. Dalam keluarga atau bahkan sekolah, ia yakini Brandon tak suka sebab satu dari dua alasan tersebut.
Pandangan Tanaya teralihkan saat Yura hendak keluar, buru-buru gadis itu melangkah mengadang Yura yang sejengkal lagi berhasil mencapai lantai koridor.
Yura memandang Tanaya bingung. "Lo kenapa?"
Tanaya menyengir kuda, lalu geleng-geleng kepala. "Kamu mau ke mana? Aku ikut, boleh?" balas gadis itu bertanya.
"Tapi gue mau ke kelasnya Kaska, kasih bingkisan," jawab Yura seraya mengangkat paper bag di cincingan tangan.
"Ya nggak apa-apa, aku bakal tetep ikut. Kan, kelas Claudy sama Kaska bareng, biar sekalian gitu loh," jelasnya menyanggupi.
Tak ada respon yang Yura beri, ia hanya diam seperti tengah memikirkan sesuatu. Hal itu membuat Tanaya jadi merasa tidak nyaman, berpikir jika Yura keberatan dengan permintaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Save Me (END)
Novela JuvenilTanaya mati dalam hidupnya. Dengan kondisi tubuh yang ringkih, jiwanya ikut terganggu tanpa ada yang tahu. Setelah kabur dari sang Kakak, Tanaya harus terjebak dalam neraka yang "dia" ciptakan. Hingga, pria itu datang. Seseorang yang dulu dan sekar...