51. Hilang

41 8 0
                                    

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bagaikan gelegar petir di siang bolong, kabar dari Yudi sungguh membuat pikiran Kaska tak bisa diajak santai dan jantung yang memompa lebih cepat dari biasanya.

Pemuda dengan jaket bomber loreng hadiah ulang tahun dua bulan lalu dari Tanaya itu tanpa bicara lagi langsung putar balik. Bahkan, ketika ditanya Rega perihal mengapa wajahnya tampak begitu khawatir setelah menerima panggilan telepon, Kaska enggan menjawab.

"Kenapa balik lagi? Dompet lo ketinggalan?" tanya Rega. Meski bingung, tapi tetap mengekor.

Kaska masih tidak memberi jawaban, lebih memilih merogoh saku jaket dan mengeluarkan sekeping kunci mobil.

"Woi, mau kemana?!" Rega sedikit memekik karena merasa terlalu dikacangi.

Kini barulah Kaska balas menatap temannya itu. "Mau balik ke kontrakan, gue harus liat Tanaya," ucapnya terkesan terburu-buru.

"Lah terus, ini kita belanjanya nggak jadi dong?" Rega mendesah kecewa.

"Jadi, kok, jadi. Tapi lo yang masuk, belanja sendiri," ujar Kaska seenaknya.

Tentu saja Rega menolak tegas. "Duit gue bisa ludes, Botak," cibirnya.

Kaska berdecak keras, merogoh saku celana untuk mengeluarkan dompet cukup tebal yang segera dilempar kepada Rega di seberang mobil. "Mau uang cash atau pake kredit, bebas."

Tanpa berlama-lama lagi, si pria segera masuk ke mobil. Tubuh Kaska utuh terserang cemas, kepalanya sudah tidak bisa diajak berpikir jernih lagi, Tanaya harus ia pastikan aman luar dan dalam.

Mobil Jeep mulai melaju gesit sampai Rega yang masih berdiri bagai orang dungu hanya melongo memandangi kepergian. Akhirnya si empu hanya bisa menggerutu merutuki nasibnya sebelum sadar jika dompet Kaska berada di tangannya, si ikal itu refleks menyengir lebar.

Berbeda dengan Kaska di dalam mobil, ia tidak habis pikir mengapa Deri bisa kabur tanpa ketahuan, padahal pusat tahanan terkenal dengan ketatnya penjagaan. Namun, sepertinya Kaska melupakan sesuatu, jika semua akan menjadi mudah ketika uang sudah ikut serta.

Dalam kecepatan tinggi, batin Kaska terus merapalkan doa. Bukan, bukan doa supaya perjalanannya selalu lancar, namun berdoa tentang Tanaya agar selalu disertai keselamatan.

Hanya memerlukan waktu sepuluh menit, hunian sederhana itu kembali ditapaki. Kaska segera turun, memacu lari kecil untuk tak sabaran melihat dengan mata kepala perawakan sang gadis yang kini sukses membuat gelisah pemuda tampan itu.

"Nay, Naya, Tanaya!"

Pemilik nama yang dipanggil tiga kali langsung berdiri cemas kala melihat Kaska datang dengan napas ngos-ngosan serta pelipis sedikit dibanjiri oleh buih-buih keringat.

"Kok, udah pulang aja?" tanya Tanaya, pandangannya turun ke tangan Kaska yang kosong. "Lho, belanjaannya mana?"

"Itu nggak penting, yang paling penting bagi gue cuma keadaan lo, Nay. Lo nggak kenapa-kenapa, 'kan?" Tangan Kaska mencekal kedua bahu Tanaya, membalikkan badan gadis itu ke kanan lalu ke kiri.

Save Me (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang