Vote!!!
"Bukankah manusia diciptakan lengkap dengan kurang dan lebihnya? Namun, di mata orang lain seakan hanya terdapat kurangnya saja, untuk lebih seolah tak kasat mata."
Hasil yang tidak akan berkhianat ketika usaha terus beriring dengan kuatnya tekad. Kurang lebih dalam kurun waktu lima bulan, kesehatan psikis Tanaya sudah lebih baik dari sebelum-sebelumnya, atau bisa disebut pulih. Atas konsultasi rutin satu pekan sekali oleh Dokter Galih, ucapan syukur tidak berhenti Tanaya dan Kaska beri.
Kabar baiknya, ucapan Erik yang mengatakan akan pindah tempat tinggal, sungguh pria itu lakukan. Meski hanya sebuah kontrakan dengan dua kamar, dapur yang sudah lengkap dengan toilet dan ruang tamu persis seperti rumah mereka ketika tinggal berdua dahulu yang mampu Erik sewa.
Saat ini sepasang kekasih itu sedang menghadapi sibuk-sibuknya mempersiapkan ujian yang sudah di depan mata. Dan untuk agenda Jumat di jam sembilan, ruang tata usaha tengah ramai oleh antrean.
"Kasian pacar gue kecapean dari tadi berdiri mulu," gumam Kaska memperhatikan Tanaya dalam radius sepuluh meter, berdiri diapit teman-teman kelasnya.
Rega dengan pop ice-nya menyerngit sengit. "Kalo kasian, gih bawain kursi atau gantiin dia antre."
"Iya, ya, Ga. Cowok kalo banyak teori daripada praktek bukan cowok sejati ," sambar Claudy. Gadis itu sibuk mengunyah cireng bumbu balado menggunakan tusuk sate dalam cup.
Kaska menoleh, menatap penuh protes. "Enak aja bilang gue bukan cowok sejati. Kalo gue bukan cowok sejati, nggak mungkin sedia badan setiap Tanaya terpuruk."
Claudy memutar bola mata malas. "Iya, Kaska Pradewa, percaya deh percaya yang cowok sejati tingkat dewa."
"Gue? Gue gimana, Ody?" tanya Rega menaik-turunkan alis.
"Kalo lo mah ... apanya?" Jari telunjuk diletakkan di dagu, Claudy seolah-olah tengah berpikir keras.
"Jodohnya Claudy," tandas Kaska.
Jika Claudy melotot tidak terima, berbeda dengan Rega yang justru cengengesan tak jelas .
"Gue sih yes." Rega cengar-cengir.
"Big no!" tolak si gadis.
"Ya udah kalo nggak mau mah, biar gue sama Tanaya yang berjodoh." Kaska melambai-lambai tangan membalas Tanaya yang juga melakukan hal sama penuh gembira memamerkan kartu di atas dada.
"Itu udah pasti dan harus jadi. Awas aja ko kalian putus dan lo saikitin Tanaya, bakalan gue comblangin dia ke sepupu-sepupu gue di Semarang. Biar lo tahu rasa!" ancam gadis nyetrik itu, menunjuk wajah Kaska menggunakan tusuk cireng.
Kedua jempol diacungkan Kaska, tidak mau juga ia kehilangan Tanaya untuk kedua kalinya. "Bye, mau jemput ayang."
Melihat tubuh tinggi tegap Kaska berlalu menghampiri sang pujaan hati, desahan panjang dilakukan Rega. "Apa lo nggak iri lihat mereka, Ody? Kalo gue, sih, iri. Apalagi setiap malam Minggu, berasa masuk bui."
KAMU SEDANG MEMBACA
Save Me (END)
Teen FictionTanaya mati dalam hidupnya. Dengan kondisi tubuh yang ringkih, jiwanya ikut terganggu tanpa ada yang tahu. Setelah kabur dari sang Kakak, Tanaya harus terjebak dalam neraka yang "dia" ciptakan. Hingga, pria itu datang. Seseorang yang dulu dan sekar...