Btw baru update satu nih!
part selanjutnya masih ngetik mungkin tengah malam updatenya 😂😂🤭
Maaf ya 😇
Dalam taksi Jian terus menangis meminta pulang ke apartemen Saeron, tapi ini bukan waktu yang tepat untuk pulang ke apartemennya Jian harus pulang ke apart Renjun karna bagaimana pun kepala Saeron pening memikirkan siapa orang tua Jian.
Dari luar gedung Jian mengenali gedung apartemen ini, tangisnya semakin pecah saat Saeron membawanya ke dalam lift, beberapa mata tertuju pada Saeron karna tangisan Jian, keluar dari lift Jian meronta ronta di gendongan Saeron beberapa kali anak itu turun ingin lari kembali ke dalam lift tapi Saeron dengan sigap menahannya.
"JIAN GAK MAU! GAK MAU PULANG!" teriaknya membuat beberapa penghuni apartemen keluar dari kamar mereka.
Saeron meminta maaf dengan menunduk karna telah menganggu kenyamanan mereka, setelahnya dengan cepat gadis itu menekan password apart Renjun masuk ke dalam.
"Mama jahat! kenapa bawa Jian kemari!" teriaknya yang masih terus menangis.
Tatapan sendu Saeron arahkan pada Jian yang terduduk di atas ranjang kamarnya, tadinya Saeron ingin membawa anak itu ke kamar Renjun tapi gadis itu mengurungkan niatnya setelah melihat kondisi kamar Renjun penuh botol minuman.
Jian meronta ronta di atas kasurnya bantal dan gulingnya ia lempar kesegala arah tanpa peduli akan berantakan, anak itu seperti terkena tantrum yang umum terjadi pada anak anak, Saeron membiarkan Jian meluapkan emosinya pada apa saja di sebelahnya.
"Jian bukan anak Papa!" jeritnya yang terdengar pilu di telinga Saeron "Jian di ledek terus! ledekannya benar! Papa jahat!" ledakan emosi Jian membuat Saeron bingung, perlahan ia menghampiri Jian di ranjang yang berantakan.
"Jian sayang Mama" ucapnya pelan karna tersadar Saeron duduk di sebelahnya, matanya berkedip mengeluarkan beberapa tetesan air mata "tapi Jian bukan anak Mama!" jeritnya lagi dengan tiba tiba kedua tangannya memukul kasur empuk sampai terbaring di atasnya.
"Jian... Jian..." tangan Saeron mencoba menarik tangan Jian yang terus memukul kasurnya.
"Gak mau! Jian gak punya Papa Mama..!"
Saeron menarik Jian agar duduk di kedua pahanya yang bersila, tangannya memeluk tubuh kecil yang tengah menangis sesenggukan "udah ya... Jian gak capek ya nangis terus" katanya berbisik di telinga Jian.
Tak ada jawaban dari sang anak, Jian masih sesenggukan beberapa kali di pelukan Saeron, sesekali gadis itu menghapus air mata yang mengalir di pipi Jian setelahnya mengecup pipi sang anak.
"Sayang Mama gak?" tanyanya pelan.
Jian mengangguk.
"Nangisnya masih mau lanjut lagi?"
"Jian lagi marah sama Papa Ma.." adunya pada Saeron.
"Iya... Mama ngerti sayang" kepalanya ia tumpukan di pundak sang anak sementara kedua tangannya masih terus memeluk Jian yang duduk di pahanya yang bersila.
"Jian bukan anak Papa, Jian sayang Papa, Jian juga berarti bukan anak Mama kan?" tanyanya dijawab anggukan oleh Saeron.
"Aaaa..... Mama" rengeknya menangis, Jian berbalik menghadap pada Saeron memeluk gadis itu kedua kakinya melingkar di pinggang Saeron.
Tangannya terus mengelus rambut Jian ia bingung harus mengatakan apa pada Jian, bahkan pengalaman Saeron dalam mengurus anak masih sangat minim jadi tak bisa gegabah mengatakan sesuatu bisa jadi nanti membuat Jian tersinggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mama {Huang Renjun}
Fanfiction"Papa bilang, kalau papa punya teman perempuan tidur dikamar, itu pasti Mama" ucapnya dengan polos yang membuat Saeron gemas. "Good Morning Mama" sapa pria mungil itu sambil terseyum. Dedek dedek jangan mampir book ini buat 🔞 Orang dewasa 😌