Hina sejak tadi sibuk memandangi Saeron di sebelahnya, ada yang aneh dengan sahabatnya, sejak tadi gadis itu hanya mengaduk aduk minuman di depannya.
"Lo kenapa sih?" tanyanya, namun tak di gubris oleh Saeron "oiii!" tegurnya lagi menyenggol lengan Saeron dengan lengannya.
"Pusing gue Na" jawabnya lesu.
"Ayo ke ruang kesehatan, aku antar" tawarnya.
"Bukan pusing sakit"
"Ya, jadi apa?" tanya Hina dengan bingung.
Saeron menatap ke sekeliling kantin siapa tau ada yang memantau dirinya kan, tapi sepertinya nihil. Saeron menggeser badannya menghadap pada Hina.
"Serius amat!"
"Ini memang masalah serius!"
"Oke oke"
"Masih ingatkan Injun yang pernah gue ceritain sama lo?"
"Injun, injun, injun" katanya sambil berusaha mengingat "ah...! gue ingat cinta per-"
Belum selesai Hina melanjutkan kata katanya, Saeron menjepit bibir gadis itu dengan jari jarinya.
"Gak usah di perjelas dong.."
"Issshhhh....." desis Hina menepis jari Saeron dari bibirnya.
"Injun itu Renjun"
"Maksud lo?"
"Ya... Injun itu Renjun"
"Renjun Papa Jian?"
Saeron mengangguk.
"Wahhh.... ini sangat membagongkan, dunia sempit banget ya"
"Gue juga gak nyangka, karna dulu gak sempat kenal wajah Injun"
"Harusnya lo seneng dong... setelah Mark pergi lo punya gantinya"
Saeron mencubit lengan Hina yang mendapat keluhan sakit dari gadis itu.
"Aww! kira kira dong kalo mau nyubit" protesnya.
"Lo tuh asal nyablak terus, gue gak bisa terus terusan dengan Renjun Hina... lo faham gak sih... ada Jian" terangnya.
"Ya... emang Jian kenapa? tu anak fine fine aja sama lo, bahkan dianggap Mama juga"
Saeron menghela nafasnya dengan kasar "kalau gue terus dekat dengan Papanya itu artinya Jian semakin berharap gue akan jadi Mamanya, gue belum siap akan itu, apalagi...."
"Apalagi apa?" tanya Hina penasaran, pasalnya Saeron menghentikan tiba tiba celetukannya.
"Renjun yang pertama Na.."
"Maksud lo?"
"Ya... lo taulah... itu" jawabnya dengan kode kedua tangannya berjabat satu sama lain.
"BRENGSEK!" tangannya refleks menggebrak meja kantin membuat beberapa orang terkejut.
"Perlu gue jelasin ke lo dengan detail Renjun melakukan apa ke gue?"
"No!" tolaknya tegas.
"Makanya gue masih susah nerima dia, ya.. karna itu"
"Gue ngerti kok" jawabnya sambil mengelus punggung Saeron.
"Dan lo taukan gimana berantakannya keluarga gue Na, gue takut itu terjadi sama gue nantinya"
Hina menganggukkan kepalanya, gadis itu mengerti akan ketakutan Saeron yang mungkin saja bisa terjadi di kehidupan siapa pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mama {Huang Renjun}
Fanfiction"Papa bilang, kalau papa punya teman perempuan tidur dikamar, itu pasti Mama" ucapnya dengan polos yang membuat Saeron gemas. "Good Morning Mama" sapa pria mungil itu sambil terseyum. Dedek dedek jangan mampir book ini buat 🔞 Orang dewasa 😌