15 END

1K 105 38
                                    

"Jadi,"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi,"



Jimin tidak suka suasana ini, ketika mata pria itu berpendar ke segala sudut ruangan namun begitu enggan untuk melihat matanya. Ketika semua sudah jelas namun mereka justru semakin pudar bahkan kabur. Jimin tau mungkin ia seharusnya besar kepala sekarang, ketika Namjoon yang selalu punya kendali atas sesuatu justru begitu takut untuk sekedar mengubah posisi duduk untuk memandang wajahnya. 







Jimin bisa jadi tidak sejenius lelaki ini, tapi tidak perlu menjadi seorang jenius untuk mengetahui jika pria itu merasakan hal yang sama dengannya. Entah sekuat atau selemah apa, intinya rasa itu ada di sana. 







"Ilana bilang lo heartless. Jadi, kemana si tuan Hearless itu sekarang?"





Namjoon akhirnya memandang Jimin meskipun hanya sekilas, pria itu tersenyum tipis, 





"Dia nggk pernah di sini, nggk pernah di depan lo."





"Karena gua pelampiasan lo tapi nggk akan  pernah cukup baik buat gantiin mantan lo. Siapa yang ngasih lo hak buat liat gua kayak gitu? Anjing kok bisa gua naksir sama anak iblis kaya gini."





Namjoon bisa, ia lebih dari mampu untuk mematahkan kalimat barusan karena sejatinya apa yang Jimin katakan tidak benar sama sekali. Namun kalimat terakhir yang Jimin ucapkan sudah terlanjur memutuskan stok kata dalam kepalanya. 



Kejujuran pria itu lagi-lagi berhasil membungkamnya, membuatnya hanya bisa diam menyaksikan mata jernih itu mulai berkaca-kaca.





"Gua tau ini nggk masuk akal, gua juga tau gua nggk punya hak buat ngatain lo. Tapi semua hal yang menyangkut rasa nggk melulu harus melibatkan logika kan? Jadi malam ini izinin gua buat marah-marah."





"Lo sadar nggk sih apa yang udah lo lakuin ke gua? Gua benci gay! Gua benci sampai rasanya mau mati setiap kali liat gay, gua marah, gua trauma karena...



Jimin menarik napas dalam, "Karena gua pernah di lecehkan. Masa kecil gua hancur karena kaum lo. Tapi lo, dengan entengnya masuk ke hidup gua dan ngubah semuanya. Lo anjing, lo yang bikin gua sadar kalau gua nggk bisa terus-terusan berlarut sama trauma tolol gua. Tapi apa? Ternyata gua justru naksir sama lo tanpa tau kalau lo sendiri masih punya hal di masa lalu yang nggk bisa bikin lo tidur tenang."







"Bodoh karena gua berharap lebih."





Namjoon bisa saja terus diam hingga Jimin selesai dengan luapan emosinya dan memutuskan untuk meninggalkan kamar mereka. Karena itu yang selama ini selalu dia lakukan, menyimpan semua pasokan kata dalam sudut terdalam kepalanya kemudian bertingkah seolah tidak terjadi apa-apa.







Gemuruh hati Namjoon seolah berubah menjadi sebuah peringatan keras yang berbunyi nyaring dan mengganggu semua sistem sarafnya. Namjoon marah.





[M] Kiss and Make Up || RM • JMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang