Chapter 7

567 60 39
                                    

Looking back, I asked myself what got me into this mess

Jika Draven perlu mencari kata yang paling tepat untuk mendeskripsikan dirinya sendiri, maka ia akan memilih bodoh. Binatang saja tidak akan jatuh ke lubang yang sama dua kali, namun ia seolah tidak pernah kapok.

Jemarinya masih mengelus gerai halus milik Sol yang kini bernafas dengan tenang di sampingnya. Sesekali netranya melirik ke arah wajah damai gadis itu yang kini terlihat rapuh. Ia sudah mengenalnya terlalu lama untuk tahu melihat lebih dalam dibanding topeng yang berada di wajahnya.

Kehadiran Tresha dan perlakuan orang tuanya tentu membuat gadis itu merasa tak nyaman. Ia sudah beberapa kali menemukan amarah muncul di wajahnya sepanjang makan malam.

Draven menarik tangannya dari untaian rambut Sol perlahan, bersiap untuk pergi ke kamarnya sendiri. Entah mengapa ia tidak ingin tidur di sebelah gadis itu malam ini. Tak lama gadis itu menggeliat tak nyaman di sebelahnya.

"Mau kemana?" Suara paraunya memenuhi ruangan.

"Ke kamarku." Ia menghadiahkan gadis itu dengan senyuman terbaiknya.

Perlahan gadis itu bangkit dari tidurnya, ia memberikan tatapan penuh tanya pada pria yang kini bergerak tak nyaman di duduknya. Tangannya meraih pergelangan tangan milik pria itu dan mengunci gerakannya disana.

"Disini saja, ya. Bersamaku." Pintanya.

"Aku tidak enak sama Mama." Draven mencoba berdalih.

"Mama tahu kita sudah tinggal bersama selama 4 tahun."

Kali ini keduanya terdiam, Draven yang tidak tahu harus berkata apa dan Sol yang menunggu jawaban dari pria itu. Tatapan penuh tanya Sol kini memicing curiga dengan gerak-gerik kekasihnya yang aneh. Bukan hanya malam ini, kemarin juga ia pergi ketika Sol sudah tertidur.

"Tetap saja aku tidak enak. Kita kan belum menikah, sayang."

Sol menghela nafasnya lelah, "Kalau begitu nikahi aku."

Tubuh Draven menegang mendengar permintaannya. Sebelum mereka berangkat kesini, bahkan satu malam yang lalu ia sudah mantap dengan keputusannya menikahi Sol. Entah bagaimana satu hari bisa membuatnya goyah seperti ini.

"Pasti." Ia mengecup bibir gadis itu dan pergi meninggalkannya tanpa peduli kini tatapan gadis itu mengikutinya hingga tak terlihat lagi di lorong ruangan.

Draven memasuki kamarnya dan menutup pintunya rapat-rapat. Ia tidak bisa tidur lagi setelah apa yang terjadi tadi. Langkahnya membawanya ke balkon yang bersebrangan dengan kamar Tresha.

Sekali lagi, ia menghela nafasnya lelah. Matanya memandang jauh ke arah kamar di seberangnya yang kini sudah gelap. Hanya ada satu lampu kecil yang menyala, kemungkinan lampu tidur Tresha.

Seolah bertahun-tahun yang ia jalani dengan Sol hanya kebohongan, satu hari bersama Tresha terasa lebih jelas dibanding tahun demi tahun meniti suka duka dengan kekasihnya itu.

Tidak salah jika ia memilih kata bodoh sebagai yang terbaik untuk mendeskripsikan dirinya. Sekali lagi, ia jatuh dalam pesona Tresha yang begitu memikat hingga terkurung seluruh nadinya.

.

.

.

.

.

.

Side Chick ✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang