Chapter 29a

399 22 0
                                    

"Dok," Sol melirik ke arah atasannya yang kini secara tiba-tiba berjalan di sampingnya.

Pria dengan jaket putih itu kini mengatur nafasnya akibat berlari mencoba menghampirinya. Kali ini Sol hanya menaikkan sebelah alisnya, Dokter Ivan masih muda tapi lari seperti itu saja sudah kehabisan nafas. Harusnya dia melaksanakan nasehatnya sendiri dan mulai hidup sehat.

"Kenapa, dok?" Tanyanya.

"Mau ikut saya malam ini tidak?"

Hening meliputi keduanya. Sol jelas tidak paham kemana arah pembicaraan pembimbingnya ini.

"Saya sudah punya tunangan." Ia melambaikan cincin pertunangannya di hadapan pria itu

"Kalau itu saya tahu!" Gerutu Dokter Ivan. "Saya harus ikut ke acara amal malam ini mewakilkan rumah sakit. Tadinya ada perawat yang mau ikut, tapi dia tiba-tiba batal."

Sol menghela nafasnya, acara amal seperti itu sama sekali bukan favoritnya. Dokter Ivan yang dianggap sudah senior dan masih ada hubungan dengan direktur rumah sakit terang sudah biasa dimintai tolong seperti itu.

"Makanya jangan suka main-main sama perawat, dok." Sol terkekeh.

"Bukan bukan!" Reaksinya yang panik itu tak ayal membuat Sol kembali terkekeh, "perawatnya mau ikut karena katanya El akan datang. Tapi dia tiba tiba cancel karena kabarnya El mau menikah. Ampun deh, kalau belum punya pasangan memangnya artis seperti El mau melirik dia?"

Jujur saja, Sol bukan orang yang mengikuti kabar terkini terutama tentang artis. Sebelumnya juga ia tidak peduli jika ada artis yang sudah kawin cerai untuk ke-15 kalinya. Hanya saja kali ini ia merasa tertinggal. El itu kan sahabatnya Draven. Seharusnya pria itu bercerita padanya.

"Menikah dengan siapa?" Tanya Sol.

"Cinderella." Pria itu menjawab tenang.

Jawabannya tentu membuat Sol kini mengernyit, ia tidak tahu apakah Dokter Ivan kini bercanda atau serius. Atau jangan-jangan Cinderella yang dimaksud itu kiasan. Upik abu yang tiba-tiba jadi kaya?

"Eh maksudnya Belle. Saya sampai ketuker."

Padahal Cinderella dan Belle itu jauh sekali. Walaupun sama-sama karakter putri Disney, ceritanya sangat berbeda. Desainnya juga jauh berbeda. Sol hanya bisa menggelengkan kepalanya atas keantikan pembimbingnya itu.

"Ikut saya, ya? Kalau sendiri saya pasti bosan sekali."

Tidak perlu dikatakan juga Sol tahu, acara yang isinya orang kaya dengan uang terlalu banyak itu membosankan. Jika memang ingin beramal mereka tidak perlu mengadakan pesta yang harganya bahkan jauh lebih tinggi dari nominal yang akan diamalkan.

"Disana makanannya enak-enak." Bujuk pria itu lagi.

"Saya malam ini mau pulang ke rumah dan memasak untuk tunangan saya." Sol menghela nafasnya.

Sudah hampir satu bulan ia hampir tidak bertemu dengan Draven. Pun bertemu mereka hanya menyapa seadanya. Sol sibuk di rumah sakit dan Draven sibuk dengan dirinya sendiri. Entah sejak kapan hubungan mereka menjadi hambar seperti ini.

"Tunangan kamu bukannya ikut malam ini? Dia sudah RSVP kok!" Dokter Ivan kini kembali membuka ponselnya.

"Dokter tahu dari mana?"

"Yang punya acara kan nenek saya! Makanya saya tahu akan bosan, soalnya dari daftar tamunya tidak ada yang saya kenal."

Dokter Ivan membiarkan ponselnya direbut dari tangannya sementara Sol mencari nama tunangannya di dalam daftar tamu. Ia tidak tahu Draven akan pergi malam ini. Biasanya tidak peduli sesibuk apapun, Draven selalu memberikan kabar padanya.

Ia bisa melihat bahwa bukan hanya El yang ikut malam ini. Teman-teman dekat Draven ketika di sekolah dulu juga ikut. Termasuk Tresha. Perempuan yang paling tidak ingin ia sebut namanya.

"Saya ikut malam ini." Putusnya.

"Dandan yang cantik, ya!" Dokter Ivan menarik kembali ponselnya dan berlalu begitu saja dari hadapan Sol.

.....

Dalam balutan gaun merah panjang, Tresha berjalan memasuki ruangan acara amal. Ia bisa melihat beberapa orang penting sebagai tamu undangannya. Bahkan Mama kini sudah berada di sudut bergosip dengan teman-teman sosialitanya.

Draven sendiri kini hanya berdiri di sampingnya mencerna keadaan. Sudah lama sekali sejak ia menghadiri acara seperti ini. Ia sadar betul malam ini akan berkenalan dengan orang baru. Dan juga bertemu dengan kawan lama.

"Kalian sudah baikan?"

Kan. Baru saja disebut. Sahabatnya yang kini sudah menjadi artis papan atas itu tiba-tiba mengalungkan lengannya di leher Draven dan menatap ke arah Tresha. Di sebelahnya, Belle hanya berdiri menatap dengan maklum.

"Memangnya kami pernah bertengkar?" Tresha membalasnya.

"Wah tidak tahu! Sepertinya tidak pernah." El mengedipkan sebelah matanya kepada Tresha yang membuat gadis itu kini terkikik geli.

Draven bergerak untuk memeluk Belle yang entah mengapa hampir tidak bisa ditemui sejak ia pulang. Tidak peduli berapa kali ia menyambangi rumah El, Belle selalu tidak ada di rumah.

"Selamat!" Ia memberikan ucapannya pada wanita mungil di hadapannya yang kini mengulum senyum malu.

Tak lama, Tresha ikut memeluk Belle dan terkikik memperhatikan cincin yang melingkar di jari manisnya. Hanya perlu satu kali lihat untuk tahu bahwa wanita itu yang merancang cincin itu.

"Yang lain mana?"

"Eve belum datang, katanya anaknya rewel. Rue sudah mabuk di atas."

Tresha melirik ke arah jam tangannya yang menunjukkan pukul delapan malam. Terlalu cepat untuk mabuk malam ini! Ia benar-benar tidak paham dengan sahabatnya itu. Padahal mereka diundang secara khusus oleh Mrs Fitz.

"Begitu."

Sekali lagi, Tresha memutar matanya ke seluruh penjuru ruangan mencari sang pemilik acara yang sampai saat ini masih absen. Ia harus bertemu dengan Mrs. Fitz dan menyampaikan ucapan terima kasihnya.

Entah atas angin apa, salah satu gaun rancangannya. Gaun biru muda yang menjadi signature piece di acara fashion week tahun lalu dan digunakan oleh Emma Stone akan ikut dilelang malam ini.

"Rue!" Serunya, melihat sahabatnya itu kini menghampirinya. "El bilang kamu sudah mabuk di atas."

"Dasar tukang bohong!" Rue melayangkan pukulan kecil ke dada sahabatnya itu. "Aku masih tidak tahu kenapa Belle setuju mau menikah denganmu!"

"Karena aku tampan, ya kan sayang?"

Belle hanya mengeluarkan tawanya tanpa mengiyakan ucapan dari tunangannya itu. Kalau bukan karena cinta, tidak peduli setampan apapun El, Tresha yakin Belle tidak akan sanggup hidup dengan mulutnya yang bawel itu.

"Aku mau mencari minuman dulu." Tresha akhirnya memutuskan untuk pergi dari obrolan teman-temannya itu. Tidak sopan jika ia tidak menyapa Mrs. Fitz malam ini.

"Kamu mau kemana?" Draven yang semula hanya memperhatikan kehebohan sahabat-sahabatnya itu kini berjalan mendekati Tresha yang sudah bersiap untuk pergi.

"Menemui Mrs.Fitz dulu, setelah itu baru aku bisa bebas."

"Aku ikut denganmu."

Ia membiarkan Tresha melingkarkan jemarinya di lengannya dan menuntunnya berkeliling ruangan. Mungkin malam ini akan berjalan lebih baik dari yang ia kira. Toh ia hanya perlu melayangkan senyum palsu pada orang yang tidak dikenalnya.

Side Chick ✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang