Apa jadinya kalau...
"Sayang!"
"Ya?!" Winter yang berada di atas langsung berlari ke pembatas dan menunduk memandang Karina.
"Aku mau keluar sama Kak Prima, tolong jaga Shella ya." Dia mengangguk dan Karina memberikan flying kiss kepadanya yang tentu ditangkap dan dimakan olehnya.
Mereka berdua tertawa kecil dan Karina pergi dari rumah sambil melambai kepada anaknya yang berada diruang tengah sambil memeluk boneka salju.
"Baiklah. Ayok kita main Shella."
"Tidak mau!"
Kalau Karina menitipkan anaknya kepada Shella atau Winter, sang istri.
"Apa mereka bakal baik-baik saja?" Tanya Prima sambil membukakan pintu untuk Karina dan menoleh kerumah.
"Tidak tau ehe."
Prang!
"Aaaa jangan dilempar." Teriaknya sambil melompat ke kanan menghindari lemparan mobil mainan dari Shella.
Dirinya tidak kena namun vas bunga didekat meja jatuh sehingga pecah berserakan, Winter menahan nafasnya dan mendekati vas bunga tersebut, ia menghela nafas panjang lalu berjongkok mulai memunguti.
"Mampuslah aku, ini vas bunga kesukaan Karina."
"Ciyat!"
"Hentikan Shella."
Bugh!
Brugh!
Wajahnya kena telak oleh tendangan Shella, Winter mengatur nafas dan meringis kesakitan.
Ia bangkit secara perlahan namun perutnya sudah diduduki oleh Shella dan anak kecil itu menodongkan pistol mainan ke wajahnya.
"Mati."
"Aaa Shella hentikan." Winter mengangkat tangannya menuju wajah guna menutupi dari air-air yang keluar dari pistol tersebut.
"Bwuahahahahaah."
"Huwaaaa Kak Karina!"
Beberapa jam kemudian, Karina belum pulang dan sekarang Winter harus berlari kesana kemari untuk menangkap Shella di taman belakang.
Anak kecil itu berlari sambil mencabuti bunga-bunga yang sudah ditanam oleh Karina lalu dilempar kebelakang begitu saja.
Kadang Winter terkena oleh lemparan tersebut sehingga mata bagian kirinya kemasukan tanah.
"Shella."
"Wleeee."
"Astaga." Lelah rasanya jadi dia putuskan saja berhenti dan tidur terlentang di rerumputan yang sedikit basah.
Bertemu langsung dengan sinar mentari sehingga ia menutup kedua mata dan mengatur nafasnya yang tersenggal.
"Buset lemah." Winter hanya diam dikatakan seperti itu sehingga ia merasakan perutnya di duduki kembali serta sinar mentari terhalang oleh tubuh Shella.
Shella diam memandang wajah mamanya tersebut, ia menyeringai dan sengaja menekan sudut bibir yang ternyata luka akibat tendangannya.
"Shella shh." Lirih Winter membuat seringaian itu pudar dan tangan itu ditarik dari sudut bibir.
"Ck." Shella pada akhirnya membaringkan tubuh ke dada Winter dan memejamkan mata.
Helaan nafas panjang terdengar lagi sebelum Winter merubah posisinya menjadi duduk dan otomatis memangku Shella.
Anak kecil itu dengan mudahnya tidur dipangkuan sekarang, perlahan ia berdiri dan membawa Shella kedalam lalu menuju kamarnya diatas, bersebelahan dengan kamarnya dengan Karina.
Membaringkan lembut anaknya dan menyelimutinya setelah itu mengecup sebentar kening Shella.
Winter menghela nafas lagi dan melangkah kebawah langsung menuju taman belakang.
"Aku bakal kena marah Karina." Gumamnya kecil dan menghela nafas lagi.
Okay, hitung berapa kali Winter menghela nafas.
Ia membereskan semua kekacuan, setelah selesai di taman dirinya beralih kedalam rumah dan membereskan semuanya.
Hingga beberapa jam kemudian, Karina pulang membawa beberapa tentengan.
Ia melangkah masuk dan mengernyit bingung melihat keadaan rumah yang rapi.
"Tumben? Biasanya kacau balau." Ucapnya sambil melangkah ke dapur.
"Sshhh, perihnya." Langkah kaki itu terhenti seketika mendengar ringisan tersebut.
"Winter?" Winter menoleh kebelakang dan langsung menyembunyikan kapas serta alkohol dibalik tubuh, ia menyunggingkan senyuman lebar walaupun sudut bibirnya terluka sekarang.
Karina meletakkan belanjaannya diatas meja dan mendekati Winter.
"Apa yang terjadi denganmu?" Tanyanya dengan raut khawatir serta menangkup pipi Winter.
"Terjatuh hehehe."
"Jangan bohong."
"Aku gak-"
"Shella meninju atau menendangmu hm?" Winter diam enggan menjawab, mau berbohong bagaimana pun mana bisa karena sudut bibir terluka itu terlihat jelas dan ternyata ada sedikit lebam di pipi.
"Jawab kakak!"
"Ditendang."
"Aku akan memarahinya." Dengan begitu Winter langsung menahan lengan Karina dan menggeleng.
"Lepas."
"Hei sudahlah, dia masih kecil."
"Maka itu! Dari kecil saja dia sudah berani menendangmu, nanti be- hmph."
Winter terpaksa membungkam mulut Karina dengan bibirnya, ia melumat lembut sehingga amarah sang istri mereda dan membalas ciumannya.
Bahkan kedua tangan itu beralih memeluk lehernya.
"Eumpphh." Winter terkekeh kecil dan menarik wajahnya, ia mengusap bibir basah Karina.
"Rasa alkohol ih!"
"Ya namanya tadi diobati sayang, tapi tetap aja kan suka?" Tanpa malu Karina mengangguk dan mempertemukan kembali bibirnya dengan bibir Winter.
Setelah itu...
Kalian bayangin aja sendiri.
Bonchap end.
Authornya terduga melarikan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tendae - WinRina 🔞 ✅ (On Going Season 2)
RandomAku menyukaimu, kau gadis yang cantik Malam ini, aku ingin bisa lebih mengenalmu Kita berteman untuk sementara tapi itu sama seperti awalnya Aku ingin berselancar di tubuhmu yang bergelombang Kau adalah nuna-ku, kau adalah keluargaku Kita berteman d...