Who's he?

2.1K 172 22
                                    

"Lihat, ayah membelikanku kacamata baru."

"Wah sangat cantik, btw aku sepatu baru ni dibeliin papa."

"Halah sepatu sama kacamata doang, gua dong dibeliin iphone 13 sama daddy."

Shella yang baru saja tiba di kelas segera berhenti didepan pintu dan mengintip sedikit ketiga temannya yang terlihat senang memamerkan barang-barang yang di beli ayahnya.

Melihat itu Shella hanya bisa menghela nafas dan membuka pintu.

Bunyi gesekan pintu dengan lantai membuat ketiga temannya menoleh ke pintu.

Salah satu dari mereka bergerak mendekati Shella sambil tersenyum hangat dan mengangkat sesuatu, sedangkan 2 teman lainnya hanya diam memandang sebel Shella.

"Lihat, ayah membelikanku kacamata baru." Ucap temannya Lia yang memang lebih dekat kepada Shella dibanding kedua temannya itu.

"Itu sangat bagus, aku senang mendengarnya karena kamu tidak akan kesulitan lagi dalam melihat papan tulis." Memang Lia mengalami minus di kedua mata indahnya itu sehingga dari sd dia memakai kacamata sampai sekarang diumur remaja ini.

"Hihi." Dia cengir kuda memperlihatkan gigi kelinci dan menoleh kebelakang, memanggil kedua teman yang hanya diam sedari tadi.

"Jay dan Putri kemarilah." Putri dengan malas mendekat namun lengan kanannya langsung dicegat oleh Jay dan menggeleng. Shella sudah terbiasa dengan itu semua, jadi dia hanya diam menyunggingkan senyuman tipis dan berlalu sambil mengusap sejenak bahu kanan Lia sebelum menuju kursinya.

Dirinya duduk bertepatan dengan bel masuk berbunyi, para murid datang berhamburan, baik itu dari kantin, yang baru datang atau selepas bermain bola.

Keadaan kelas ricuh seketika.

"Bola gua jangan dimainin woi, ayah gua baru beliin."

Ayah lagi.. Shella mulai menunduk dan meletakkan kedua tangannya diatas meja.

"Njing, cuman ini doang ntar rusak ayah gua ganti."

"Pembohong." Setelahnya gelak tawa terdengar dan salah satu mereka melirik Shella.

Dengan seringaian tipis yang tersungging ia membisikkan sesuatu sehingga teman-temannya tertawa dan mengangguk-angguk semangat.

Dug!

"Aww." Shella langsung menyentuh kepala tak kala ia mendapati hantaman keras, ia meringis namun masih menunduk enggan mendongak.

Lia yang mendengar ringisan temannya langsung bergerak mendekati dan mendorong sedikit dada murid cowok tadi yang sengaja melempar bola ke Shella.

"Ayok kuantar ke uks, kepalamu pasti sakit dan pusing sekarang." Shella menggeleng dan mendongak memandang Lia yang terlihat khawatir kepadanya.

"Tidak usah, aku tidak terlalu merasa pusing."

"Kamu pembohong, aku tau betul gi-" Ucapannya terhenti tak kala mendapati kedua tangannya di pegang dan ditarik mundur.

Murid cowok tadi yang sengaja melempar bola mendekati Shella dan melewati Lia yang memberontak di pegangan kedua temannya.

"Ambil bolaku." Perintahnya, dengan begitu diselingi rasa takut Shella berdiri dan berjongkok meraih bola, dapat dan berdiri namun kaki cowok itu dengan sengaja menendang kuat punggung Shella sehingga ia tersungkur kedepan.

Beruntung wajahnya tidak terkena oleh lantai karena dia sudah melindunginya terlebih dahulu.

"Yak, kamu sangat kurang ajar Kris!"

"Tidak sengaja." Ucapnya acuh dan membungkuk sedikit meraih bola di dekat kepala Shella, ia melirik anak itu yang hanya diam sambil mengigit bibir bawahnya sendiri, kedua netra indahnya berkaca-kaca.

"Cengeng." Ejeknya dan saat itu pula Shella menangis, ia menunduk dalam sambil menutup wajah dengan kedua tangannya.

Shella memang cengeng, dia hanya berpura-pura kuat dihadapan Winter, dia melakukan itu hanya karena tidak mau diberi perhatian lebih oleh Winter.

Dia membencinya..

Membenci Winter yang bertugas sebagai kepala keluarga dirumah ini, menggantikan sosok ayah padahal dia seorang perempuan.

Shella ingin orangtua yang normal kayak teman-teman lainnya.

Sehingga guru datang membuat mereka semua berhamburan ke meja masing-masing, Lia memandang sinis teman-teman Kris dan dirinya mendekati Shella yang perlahan berdiri.

"Maafkan aku." Menggeleng dan beranjak keluar kelas begitu saja, mengabaikan guru yang berteriak memanggil namanya.

"SHELLA!"
.
.

"Kau membeli tiket menuju korea hanya untuk melihat makam ini, Win?" Winter terkekeh kecil dan menoleh ke Rezka, ia menurunkan kedua tangan yang ditangkup untuk berdoa tadi.

"Duitku terlalu banyak."

"Sombong si bangke." Merangkul Rezka dan menyeretnya pergi menjauhi makam tersebut.

Mereka mendekati mobil yang terparkir di sebrang jalan.

"Aku dan Kak Acha akan melangsungkan pernikahan 2 minggu lagi."

"Itu kabar yang sangat bagus." Rezka mengangguk dan membukakan pintu untuk temannya.

"Dimana?" Tanyanya setelah Rezka masuk dan menutup pintu, Rezka tidak menjawabnya duluan melainkan memakai sealbelt dan menepuk pelan bahu sopir didepannya.

"Jalan pak."

"Baik non."

"Kau belum menjawab pertanyaanku."

"Dimana aku tidak tau, itu Kak Acha yang urus."

"Baiklah." Setelah itu hening, Winter yang terlalu fokus memandang keluar sambil bertopang dagu dengan tangan kanannya, sedangkan Rezka tengah sibuk membalas pesan dari kekasihnya, ia sesekali terkekeh ataupun tersenyum sehingga Winter turut tersenyum melihat wajah bahagia Rezka dari pantulan kaca jendela.

Namun senyuman itu pudar tak kala melihat sebuah mobil melaju kencang menyalip mobil mereka.

Ckitt...

Sopir ngerem mendadak membuat kedua tubuh dibelakang tersentak kedepan, beruntung mereka memakai sealtbelt, Rezka dan Winter saling pandang lalu melepas sealbelt dan memutuskan keluar.

Mereka berdua mengernyit bingung memandang sosok tinggi memakai pakaian serba hitam, memakai topi dan masker sehingga Rezka maupun Winter tidak bisa melihat jelas siapa sosok tersebut.

Yang mereka ketahui kalau sosok itu merupakan laki-laki.

"Siapa dia?" Menggeleng tidak tau akan pertanyaan Rezka dan sosok itu menunjuk Winter tiba-tiba, ia mengangkat sedikit topinya sehingga memperlihatkan mata yang menatapnya tajam.

Bisa Winter tebak kalau sosok itu pasti menyeringai di balik maskernya tersebut.

Sosok itu menurunkan tangan dan ia masuk kedalam mobil setelahnya pergi begitu saja.

"Mabuk kali tu ya orang."

"Aku gak tau, tapi entah kenapa perasaanku tidak enak." Ucap Winter menunduk sedikit dan menyentuh dada kirinya.



























Oke, setelah berpikir lama.. aku bakal menggaet beberapa member Weeekly dan Enyphen untuk cast dicerita ini.

Jadi silahkan tebak menebak, awoakwoakwok.

Tendae - WinRina 🔞 ✅ (On Going Season 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang