Flower

2K 152 10
                                    

Cafe kecil-kecilan yang dibuka Karina di dekat taman serta sungai han tengah ramai pengunjung sekarang, dirinya bahkan turut ikut membantu para karyawannya.

Terlihat antrean panjang, beberapa meja-meja penuh oleh pasangan muda mudi yang tengah berpacaran atau mengerjakan tugas.

Para karyawan sibuk mondar-mandir kesana kemari mengantar pesanan, mereka terlihat lelah namun disembunyikan oleh senyuman lebar sehingga mata menyipit dan sapaan hangat.

"Terimakasih." Hingga akhirnya keramaian tersebut menyurut, mereka menghela nafas lega dan saling pandang, tertawa kecil serta melakukan tos karena hari ini sangat ramai.

"Kalian boleh pulang cepat hari ini."

"Serius Sajang-nim?"

"Tentu, atau kalian mau pulang seperti biasa?"

"Tidak-tidak! Terimakasih Sajang-nim!" Karina tertawa kecil dan melepas apron berwarna coklat tersebut lalu meletakkan di meja, dirinya sedari tadi bertugas sebagai kasir.

Dia keluar dari area kasir dan berdiri di depan karyawannya, ada 4 karyawan disini yaitu 2 cewek dan 2 cowok.

Ia tersenyum hangat serta menarik nafas sejenak lalu dihembuskan perlahan.

"Terimakasih atas kerja keras kalian, saya senang mempunyai karyawan yang kinerjanya sangat bagus seperti kalian."

"Ndee Sajang-nim, terimakasih kembali." Mereka berempat membungkuk sopan, Karina mengangguk kecil dan memutuskan kembali keruangannya.

Setibanya di ruangan ia langsung berbaring di sofa serta memejamkan mata, sungguh lelah hari ini.

Tok tok tok!

Disela-sela merehatkan tubuh, ketokan pintu terdengar. Membuat Karina langsung merubah posisinya menjadi duduk dan berteriak kecil menyuruh masuk si pengetok.

Cklek!

Terlihat sosok gadis yang tersenyum kikuk dan ragu untuk masuk, Karina yang melihat itu segera berdiri menghampiri.

"Ada apa, Ningning?"

"Sebelumnya saya minta maaf karena menganggu istirahat Sajang-nim, namun saya harus memberikan ini." Ucapnya dengan tangan kanan yang terulur memberikan sebuket bunga, Karina menerimanya dengan kernyitan dahi dan menatap lekat mata NingNing.

"Kamu membenci saya?" Ningning sontak menggeleng kencang.

"Tidak, saya tidak membenci anda."

"Lily orange melambangkan kebencian Ningning."

"Saya tau Sajang-nim, hanya saja bukan saya yang membeli ini, seseorang tadi mengetok pintu cafe dan meletakkan begitu saja sebuket bunga di lantai, saya segera bergerak mendekati pintu untuk mengejar sosok tersebut, namun dia sudah pergi kabur, saya tidak tau siapa dia Sajang-nim." Jelas Ningning panjang kali lebar.

"Baiklah, maaf karena salah paham terhadapmu." Ningning mengangguk kecil dan membungkuk sejenak sebelum keluar dari ruangan Karina.

Seperginya Ningning, Karina langsung membuang sebuket bunga Lily orange tersebut kedalam tong sampah dan bergerak langsung meraih hp nya.

"Halo?"

"Winter-ah."

"Siapa yang menelpon?" Winter menurunkan hpnya dari telinga dan menunduk memandang sesuatu diatas mejanya.

"Karina."

"Dia pasti mendapatkannya juga." Menghela nafas panjang dan membuang begitu saja sesuatu diatas meja kearah jendela besar diruangannya, sesuatu itu langsung berhamburan dan berserakan di lantai.

Rahangnya terkatup keras seketika disertai deru nafas memburu.

Rezka yang melihat itu hanya diam sambil memasukkan kedua tangan didalam saku dan menunduk sedikit menatap kelopak bunga di lantai.

"Seseorang membenci kita."

"Aku, bukan kita, dia membenci keluarga kecilku." Ucap Winter yang kini membelakangi Rezka, dirinya berdiri menghadap kaca jendela besar tersebut dan melihat kebawah, melihat bagaimana padatnya jalanan di korea.

Rezka menghela nafas panjang dan meraih hpnya didalam saku disaat merasakan getaran kecil.

"Aku mengangkat telpon Kak Acha sebentar."

"Hm." Hanya berdehem dan Rezka tersenyum tipis lalu berbalik melangkah keluar ruangan.

Kini hanya ada Winter diruangan itu, dirinya menunduk lebih dalam dan matanya melotot lebar memikirkan hal ini semua.

Tidak pernah terbayang kalau dirinya bakal mendapati kiriman bunga, dan lebih parahnya lagi bunga tersebut melambangkan kebencian.

Siapa?

Siapa yang tengah membenci dirinya, ah bukan, lebih tepatnya membenci keluarga kecilnya.
.
.
.
.

"Ada yang ngelihat Shella?" Lia menanyai temannya satu persatu, walaupun mereka terus membully mereka tidak akan sejahat itu untuk tidak memberitahu dimana keberadaan Shella.

"Ntah." Lia mendengus kesal, raut wajahnya tercetak jelas kekhawatiran, pasalnya Shella belum kembali ke kelas, bahkan ini sudah jam istirahat kedua.

Para guru-guru yang mengajar dikelas mereka mulai muak dengan tingkah laku Shella dan sebagian sudah mengadu.

"Kepada Shella Winata Alevandra, segera menuju ruang kepala sekolah, sekali lagi kepada Shella Winata Alevandra." Himbaun sudah terdengar, membuat Lia makin khawatir kepada temannya tersebut dan memutuskan mencarinya sendiri.

Dirinya berlari melewati lorong yang beberapa siswa maupun siswi tengah membicarakan Shella.

Masa bodoh dengan itu, tidak penting sama sekali, yang dipentingkannya sekarang adalah Shella.

"Hiks." Orang yang dicari Lia sedari tadi ternyata ada diluar sekolah, dirinya berada di sungai han, duduk dibawah pohon dan memeluk kedua lutut.

Kepalanya terbenam membunyikan tangisan.

"Apa itu kamu, Shella?" Seseorang datang menghampirinya dan berjongkok, dirinya tersenyum tipis melihat kepala Shella yang mendongak perlahan.

Senyumannya lebar seketika sehingga matanya menyipit setelah menatap jelas wajah basah Shella.

"Siapa kamu?" Rasa takut menghampiri diri, perlahan namun pasti dia bergerak kesamping untuk menjaga jarak, sosok itu menyadarinya, namun dia malah berdiri dan mengeluarkan sesuatu di balik jasnya.

"Bunga untukmu, anak manis." Ucapnya sambil mengulurkan tangan kanan yang terdapat setangkai bunga mawar biru.

"Rose Blue?" Dengan ragu Shella menerima.

Sosok itu sedikit membungkuk dan membawa tangan kirinya menuju kepala Shella, meletakkannya lalu mengusap lembut kepalanya.

Mendapat perlakuan tersebut, Shella langsung menepis tangan dan berdiri, kedua netranya bergetar ketakutan, dirinya bergerak mundur dan langsung berbalik melarikan diri.

Menyisakan sosok itu yang menegakkan punggung dan terkekeh kecil, netranya bergerak kebawah memandang setangkai bunga mawar biru yang tergeletak di tanah.


































Komen : Next Chapter.

Tendae - WinRina 🔞 ✅ (On Going Season 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang