Di tempat baru, Shea memulai segalanya dari awal untuk merubah warna hidupnya.
Tujuannya hanya satu, bahagia dengan cara sederhana.
Apalagi kini Shea tahu ada dua orang yang ternyata sangat menyayangi dirinya, Opa Hendra dan Oma Linda.
Diterima oleh kakek dan neneknya sudah cukup membuat Shea optimis jika kebahagiaan masih bisa ia rasakan.
Sekolah barunya pun begitu jauh dari teman-teman lamanya. Tidak ada yang mengenal sosok Shea disana.
Jadi Shea merasa jika akan mudah memulai segalanya.
Namun nyatanya satu tahun berjalan tidak semulus dugaannya.
Shea tetaplah Shea, yang memiliki daya tarik tersendiri bagi para kaum Adam.
Tidak jauh berbeda dengan masa SMP nya. Sejak setahun lalu, baik kolong meja ataupun lokernya selalu penuh oleh macam-macam hadiah.
" Hei, Sheana, hari ini dua kresek penuh nih. Macem-macem isinya, ada yang mahal juga nih, coklat asli dari Belgia, yakin nggak mau ? " Celetuk Jerry yang membawa dua kantong kresek berukuran sedang di tangannya.
Mengeluarkan satu kotak coklat yang jelas merk import yang tidak main-main harganya.
" Gue lagi jaga kesehatan gigi. " Shea menanggapi datar dengan masih fokus pada buku di tangannya.
" Wokey gaesss, pesta cemilan kita. Cihuyyy.... " Teriak Jerry riang sambil membongkar isi jarahannya hari ini.
Teman-temannya pun menyambut dengan suka cita.
Seperti biasa, Shea tidak mau ribet. Semua hadiah itu, teman-teman sekelasnya ada saja yang mau dengan sukarela membereskannya.
Lagipula keberadaan Sheana di kelas mereka sungguh seperti sebuah berkah.
Kelas yang terkenal paling minim prestasi sejak dahulu kala kini mulai dilirik oleh dewan guru.
Kelas yang seolah mendapat kutukan dewa, begitu kiranya sejarah SMA ARTAMA yang tak tertulis namun melegenda.
" She, emang nggak ada dari mereka yang nyangkut gitu di hati lo ? " Tanya Maira yang barusaja duduk di sampingnya setelah menyambar coklat paling mahal dari jarahan Jerry.
Shea menggeleng acuh.
" Hish, padahal yang ngejar-ngejar lo kan cakep-cakep, tajir pula. "
" Nggak minat. "
Maira mendesah pasrah, sempat terpikir apakah sahabatnya ini normal adanya ?
Apa jangan-jangan Shea ini tipikal cantik-cantik suka sama yang cantik lagi ?
Maira bergidik ngeri.
" Stop mikir yang enggak-enggak tentang gue ! " Ucap Shea datar tanpa menoleh sedikitpun.
" Hehehe. " Maira cengengesan merasa isi hatinya terbaca oleh Sheana.
Dengan gemas menggigit coklat berbentuk hati yang baru ia buka bungkusnya.
" Shea, lo beneran nggak mau pindah ke kelas Gold ? Yakin mau bertahan di kelas Silver ? "
" Hm. "
" Kenapa ? Bukannya nilai lo bahkan bisa masuk kelas Diamond. "
" Nggak minat. "
Huufffttt
Untuk kesekian kalinya Maira harus menghela nafas mendengar jawaban santai Sheana.
" Lo sendiri kenapa nggak naik ke kelas Gold ? "
Maira menggeleng, " Gue nggak mau kalo nggak ada elo. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Married Mr. Perfect
Teen Fiction"Sopan sedikit sama calon suami. Jangan pake lo-gue, GANTI!" Imbuhnya sedikit ngegass. "Hih, kan belom tentu gue nerima tawaran lo sih Pak-- eh, Kak." "Saya yakin kamu akan bilang iya." "Pede sekali anda!" "Harus dong, kalo orang seperti saya tid...