Liburan sekolah selama dua minggu usai, jalanan kembali ramai dengan siswa berseragam. Para guru menyambut mereka di gerbang, terutama siswa baru yang pertama kalinya menginjakkan kaki setelah resmi diterima. Sebelum pembelajaran, tentu saja dibutuhkan orientasi sebagai ajang pengenalan lingkungan sekolah.
SMA Negeri tempat Cinta dan Padu bersekolah melaksanakan hal sama. Bel akan dimulainya upacara berbunyi. Para siswa berpakaian biru-putih berbaris menurut gender. Kemudian kepala sekolah menaiki podium untuk memberi sambutan. Upacara penyambutan itu berlangsung 30 menit.
"Kepada siswa baru, kalian perhatikan di setiap banjar sudah ada satu kakak kelas yang akan memandu menuju kelas. Ikuti mereka, dan jangan sampai salah kelas," ucap salah seorang OSIS di podium.
"Baik, Kak," jawab siswa baru dengan serentak.
Satu per satu banjar meninggalkan lapangan. Dimulai dari pasukan laki-laki, diikuti pasukan perempuan.
Padu sudah duduk di bangku paling belakang. Ia dan peserta orientasi lainnya tinggal menunggu pasukan perempuan. Padu tersentak untuk kesekian kalinya. Wajah yang ia kenal itu memasuki kelasnya. Siswa perempuan berambut lurus dikucir dua dengan pita merah-putih, seragam dengan siswi lain. "Ini takdir atau apa?" lirih Padu.
Kegiatan orientasi kelas sudah dimulai. Terdapat tiga OSIS yang bertanggung jawab di kelas itu. Mereka memperkenalkan diri sebagai Rika, Tian dan Zahra. Rika menjelaskan mengenai visi-misi sekolah, struktur organisasi, serta mata pelajaran yang akan mereka tempuh selama bersekolah di sana.
Kala siswa lain memperhatikan dengan saksama, bahkan mencatat, Padu sibuk dengan buku tulis dan pulpennya dengan hal lain. Garis demi garis ditorehkan, mata remaja itu juga curi pandang ke depan agar tidak nampak mencurigakan.
"Baiklah, untuk saat ini sampai di sini dulu. Kalian dipersilakan untuk istirahat 15 menit. Kalian hanya boleh makan dan minum di bangku, jangan sampai ada yang berpindah tempat!" perintah Rika yang tadi menjelaskan.
Gambaran Padu pun ikut selesai. Perempuan duduk membelakanginya dengan rambut kucir dua. Rasa penasaran semakin mencuat dan ingin ia untuk mendekati.
"Hei! Bisa nggak panggilkan dia?" tanya Padu pada siswa di depannya sambil menunjuk siswa yang duduk di sebelah incarannya.
Siswa laki-laki yang duduk di sebelah incaran Padu itu pun berbalik tanpa meninggalkan tempat duduknya. Padu mengisyaratkan untuk bertukar tempat. Namun, tidak sesuai harapan, siswa itu menolak.
Tidak sengaja tangan Padu yang menggenggam itu menggebrak meja hingga mengagetkan seisi kelas. Padu terdiam sambil melihat sekeliling yang memperhatikannya. Setelah mengungkapkan maaf, ia kembali membujuk sampai mengancam untuk bertukar tempat. Padu menunjukkan kepalan tangan pada siswa itu.
Siswa itu pun menghela napas pasrah. Ia menuruti keinginan Padu. Mereka bergegas bertukar sebelum materi berikutnya di mulai.
Belum sempat duduk di tempat baru, ketiga OSIS itu memasuki kelas. Pandangan mereka pun tertuju pada Padu yang masih berdiri.
"Kamu ngapain berdiri?" tanya Tian sebagai satu-satunya OSIS laki-laki di kelas itu.
Padu berniat meletakkan bokongnya sebelum menjawab. "Siapa yang suruh duduk? Kita tanya, kamu ngapain berdiri?" Suara Tian meninggi dan membuat peserta lain terdiam. Padu pun berdiri tegak lagi
"Ee... Anu, Kak. Itu ..." Padu menjawab gagap.
"Tunggu ... " Zahra menyadari ada yang tidak beres, "Kamu awalnya tidak duduk di situ, 'kan?" lanjutnya.
Bola mata Padu bergetar dan ia mengangguk pelan. Zahra menyipitkan matanya untuk menyakinkan, kemudian ia menyeringai.
"Kamu pikir bisa membodohi kami? Sekarang ngaku! Siapa yang bertukar tempat dengan dia?" bentaknya sambil menunjuk Padu. Padu pun mengembuskan napas kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
[TAMAT✔] Cinta Ber(Padu) di Ruang BK
Novela JuvenilMenceritakan tentang seorang siswi bernama Cinta yang bisa memasuki sekolah Internasional, tetapi tidak diizinkan kedua orang tua. Sehingga, ia bersekolah di SMA Negeri biasa. Selain itu ada siswa bernama Padu yang dituntut untuk bisa masuk di sekol...