CHAPTER 13: FEEL FREE, BUT STILL

17 3 0
                                    

Suasana yang jarang terjadi di kelas X BHS 3, ketika guru tidak masuk pada jam pelajaran padahal sudah lebih dari 30 menit. Siswa di dalam pun tidak pada tempatnya. Ada yang menggerombol, ada pula yang asik dengan kegiatannya sendiri.

Padu, Azka dan Jo yang duduk di bangku paling belakang juga berbincang sendiri. Di tengah perbincangan, terlintas sesuatu pada pikiran Padu. Siswa bermata sipit itu mengentikan ocehan Jo. Perhatian kedua kawan itu ada pada Padu.

"Gimana kalo kita jajan? Laper, nih," bisik Padu pada kedua temannya.

"Mana bisa? Kan, lagi jam pelajaran," jawab Azka yang sedikit tidak setuju.

Padu menoleh kea rah Ulung yang sedang asyik membaca buku. "Kan, ada yang bisa di suruh," ucapnya sambil menyunggingkan senyum sehingga matanya semakin kecil.

Jo dan Azka ikut tersenyum dengan ide temannya.

"Cemerlang juga ide kamu kalau tentang makanan," kata Jo.

"Di antara kalian, gue memang paling pintar, kan." Padu tertawa bangga.

Siswa berbadan tinggi itu maju ke depan kelas. Ia mendiamkan teman sekelasnya yang gaduh dengan menepuk tangan dengan kelas beberapa kali. Berhasil, semua mata tertuju pada Padu.

"Siapa yang mau titip jajan?" kata Padu dengan nada yang cukup terdengar oleh teman-temannya.

Seorang siswi berdiri. "Ini jam pelajaran, mana boleh ke kantin?" ujarnya.

"Sekalian belajar jadi James Bond, siapa tahu habis ini jadi mata-mata handal." Ucapan Padu mengundang tawa satu kelas. "Lagian jam kosong, kan? Kalau nggak mau, nggak usah nitip," lanjutnya.

Beberapa siswa mengangkat tangan kemudian menyebutkan jajan titipannya. Karena sulit menangkap, Padu mengambil kertas dan pulpen untuk mencatat. Titipan tercatat dengan rapi beserta jumlahnya. 10 siswa menunggu jajan miliknya termasuk Padu, Azka dan Jo.

"Eh, ini uangnya sekalian," teriak salah satu siswa.

"Eit, nggak perlu, Bro. Hari ini kita akan ditraktir," jawab Azka.

"Siapa?"

Azka mengarahkan kedua tangannya ke arah Ulung yang sedari tadi tidak peduli dengan aksi mereka. Siswa berkacamata itu sontak menegakkan duduknya.

"A-apa?" tanya Ulung bingung.

Jo mendekat dan menjelaskan maksud sebagian teman di kelasnya. Suara sorakan menyebut nama Ulung beberapa kali. Ulung melihat Padu yang masih berdiri di depan kelas. Siswa anggota basket sekolah itu memberi tanda Ulung untuk ke kantin dengan kepalanya.

"Nggak! Aku nggak mau." Siswa pendiam di kelas itu memberanikan diri untuk menolak.

Suara gebrakan meja dari Azka membuat kelas sunyi. Matanya menatap tajam ke arah Ulung. Terpaksa remaja berkacamata itu menuruti permintaan teman-teman sekelasnya.

"Apa-apaan, sih, kalian?" ucap siswi itu lagi.

"Udah, deh ... Lu nggak usah ikut campur," balas Azka sambil kembali ke bangku belakang.

"Awas kalau lapor guru," sambung Jo sambil menunjuk siswi itu.

Bagaimana pun, siswi itu tidak bisa melawan mereka bertiga. Ia pun kembali duduk dan pasrah.

Ulung keluar kelas. Ia berlari kecil menuju kantin. Ia memilih menghindari lorong ruang guru yang biasanya menjadi jalan ke tempat siswa membeli jajan. Namun, hal yang tidak diharapkan benar terjadi.

Tidak sengaja Ulung bertemu dengan wali kelasnya tepat di depan kamar mandi. Guru dan siswa itu saling tatap. Tentu mata ulung tidak menemukan fokusnya.

[TAMAT✔] Cinta Ber(Padu) di Ruang BK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang