Cinta memindahkan baju dari koper ke lemari kamar kosnya sendiri. Selesai dengan pakaian, ia melanjutkan membersihkan dan merapikan kamar yang satu bulan tidak ditempati itu. Delon mencarikan kos yang masih satu kota dengan rumahnya, tetapi tetap jauh.
Masih bergelut dengan kerapian kasur, Delon datang. Ia berdiri di depan pintu sambil menunjukkan bungkusan makanan.
"Sarapan dulu, yuk," ucap Delon.
Cinta tersenyum walau matanya tidak bisa menyembunyikan bekas tangis. Ia meninggalkan pekerjaan sejenak dan menghampiri sang kakak. Mereka duduk bersama di lantai kamar kos. Untunglah sudah bersih dari debu.
Gadis itu menyuapkan nasi dan lauk dari bungkusan itu tanpa jeda. Delon melihat perbedaan dengan saat adiknya makan di rumah.
"Enak banget, ya?" tanya Delon.
Cinta terhenti, kemudian memadang kakaknya dan mengangguk.
"Padahal cuma nasi bungkus dari warteg depan," ujar Delon.
"Nggak tau, lebih enak aja dari biasanya."
Lagi-lagi gadis itu mengembangkan senyum dan melanjutkan makannya. Tangan Delon menggapai kepala Cinta kemudian mengacak rambut panjang itu pelan. Mereka menyelesaikan sarapan pertama di kos.
"Maaf, ya. Kamarnya nggak sebesar yang ada di rumah," Ujar Delon.
"Nggak pa-pa, kok, Kak. Lagian ini sudah cukup untuk aku sendiri. Maafkan aku yang ngerepotin Kak Delon." Cinta tertunduk.
Delon meraih badan adiknya, lalu dipeluk. Cinta nyaman dalam dekapan. Setelah saling melepaskan, anak sulung itu memijat bahu hingga tangan adiknya.
"Kok, kamu semakin kurus?" tanya Delon.
Cinta melihat di kedua tangannya yang memang terlihat seperti tulang berbalung kulit, ditambah garis-garis bekas luka yang mulai pudar. Delon juga melingkarkan jari di pergelangan tangan sang adik. Terlihat banyak sisa tempat yang menandakan kecilnya tangan gadis itu.
"Lihat, nih. Kecil banget," ketus Delon.
"Setelah ini aku tambah, kok," ujar Cinta.
"Iya, makan yang banyak, ya. Jangan mikir macam-macam. Besok Kakak antar seragam yang ketinggalan di rumah," jawab Delon.
"Nggak usah, Kak. Waktu skors ku masih lama juga." Cinta menolak.
Delon mengangguk. "Baiklah. Kakak tinggal dulu, ya? Mau kuliah. Kalau ada apa-apa, hubungi Kakak."
"Iya." Sekali lagi gadis itu memeluk kakaknya. "Makasih, ya, Kak," ucapnya.
Setelah di tinggal Delon, remaja merambut lurus itu melanjutkan acara bersih-bersihnya. Beberapa jam berlalu, rapi sudah kamar Cinta. Kamar dengan ukuran 2×3 meter itu berisi ranjang single dan lemari rakit yang cukup untuk pakaian Cinta. Ada juga meja kecil di samping ranjang yang bisa digunakan untuk belajar, buku-buku pun tertata rapi di sana.
Cinta merebahkan diri di ranjang itu untuk pertama kali. Matanya menatap jauh ke langit-langit. Di dalam otak gadis itu pun muncul kejadian-kejadian yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Mulai dari ia membisikkan kebohongan pada Lusi, hingga alasan orang tuanya benci.
Gadis itu bangkit dan meraih ponsel yang ada di meja. Setelah menekan layar beberapa kali, Cinta menempatkan barang itu di telinganya. Namun, tidak ada jawaban.
"Nina kemana, ya?" gumam Cinta. Gadis itu menelpon lagi beberapa kali, tetapi hasilnya sama.
Inisiatif Cinta tidak cukup sampai situ. Ia menuliskan sebuah surat yang berisi permintaan maaf dan kontaknya. Selesai menulis, ia bergegas menuju rumah teman sekelas yang bermasalah karenanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[TAMAT✔] Cinta Ber(Padu) di Ruang BK
Novela JuvenilMenceritakan tentang seorang siswi bernama Cinta yang bisa memasuki sekolah Internasional, tetapi tidak diizinkan kedua orang tua. Sehingga, ia bersekolah di SMA Negeri biasa. Selain itu ada siswa bernama Padu yang dituntut untuk bisa masuk di sekol...