CHAPTER 24: LAST GOODBYE

38 5 0
                                    

Dokter memanggil orang tua Zelo untuk ke ruangannya. Selagi mereka pergi, Delon yang menemani anak bungsu. Mahasiswa yang hampir lulus kuliah itu menuju sofa, tetapi ia beralih saat sang adik meminta untuk di dekatnya.

Sambil memainkan robot kesayangannya Zelo berkata, "Kak, kapan pulang? Aku bosen. Pengen sekolah."

"Sabar dulu. Kamu belum sembuh beneran," jawab Delon.

"Zelo udah sembuh, kok. Ini aja udah bisa duduk, kan?" Anak bungsu itu tidak terima.

"Tapi, tiap malam masih ngeluhin punggungnya sakit," balas Delon.

Zelo meletakkan robotnya dengan kecang dan mendesah karena kesal. Ia pun memilih berbaring membelakangi sang kakak. Delon dengan lembut menepuk pundaknya.

"Selain harus kuat, laki-laki itu juga harus sabar. Kakak yakin kamu bukan anak kecil lagi. Tunggu, ya. Sebentar lagi," ucapnya. Kemudian duduk di sofa dan membuka laptop untuk mengerjakan tugasnya.

Beberapa waktu berlalu, Mama dan Ayah kembali dari ruangan dokter. Delon segera berdiri untuk menanyai hal yang disampaikan dokter. Namun, Mama langsung memeluk anak bungsunya yang sudah duduk di ranjang. Dipelukan itu tangisan Mama pecah, sedangkan Ayah hanya berdiri sambil menghapus air mata yang sedikit keluar.

"Ma, Yah, ada apa?" tanya Delon.

"Zelo mendapat donor ginjal," jawab Ayah singkat.

Seketika lutut Delon lemas dan ia terduduk lagi di sofa. Zelo melepas pelukan Mama, lalu menanyakan kepastiannya. Mama mengangguk.

"Abis ini bisa sekolah lagi, dong?" ujar anak bungsu itu dengan girang.

Delon dan orang tuanya duduk bertiga di sofa. "Jadi, siapa yang mau jadi pendonor, Yah?" tanyanya.

"Minta dirahasiakan. Kata dokter minggu lalu ada yang ngajuin buat jadi pendonor. Pas di tes, ternyata golongan darah dan ginjalnya cocok dengan Zelo." Ayah menjelaskan.

"Syukurlah ... Delon ingin ketemu dia buat ngucapin terima kasih. Terus, kapan operasinya, Yah?"

"Lusa. Besok Zelo sudah mulai puasa."

"Cepat sekali," ujar Delon dengan senyum menatap sang adik. Zelo juga membalas senyuman kakaknya.

Terdengar suara ketukan pintu. Semua orang di dalam seketika menoleh. Delon langsung membukanya. Gadis yang sudah lama tidak menemui orang tuanya itu berdiri dengan membawa bingkisan roti dan susu untuk Zelo. Mama dan Ayah berdiri dan perlahan mendekat.

"Ngapain kamu ke sini? Sudah berani nunjukin wajah?" tanya Mama dengan nada yang lebih tinggi.

"Ma, Cinta ke sini buat jenguk Zelo," bela Delon.

"Kamu tahu? Gara-gara kamu Zelo jadi seperti ini. Puas kamu sekarang?" Mama tidak berhenti.

Ayah mendekati istri dan memegang pundaknya. Kepala keluarga itu tidak bisa mengeluarkan kata.

"Ma! Jangan keterlaluan. Cinta nggak ada hubungannya dengan sakit yang menimpa Zelo. Kalau Mama dan Ayah masih benci sama Cinta, jangan salahin dia untuk perkara yang tidak ada hubungannya."

"Sudah ... sudah. Tenang, Ma." Ayah menepuk pundak istrinya. "Kamu mau ketemu Zelo?" tanyanya.

Cinta mengangguk.

"Masuk saja. Kita keluar sebentar," ucap Ayah kemudian menuntun Mama yang napasnya tidak beraturan. Ketika melintas, tatapan Mama pun tajam pada Cinta.

Gadis itu mendekati adiknya. Zelo melapangkan tangan dan siap menerima pelukan dari kakak perempuan itu.

"Bagaimana keadaannya?" tanya Cinta.

[TAMAT✔] Cinta Ber(Padu) di Ruang BK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang